Pukul sembilan malam. Ketika mulai banyak manusia memilih benar-benar beristrahat atau malah mulai melakukan aktivitas. Tapi berbeda dengan pemuda berumur 28 tahun ini. mungkin dia bisa dibilang mulai beraktivitas namun juga sembari beristirahat.
Ada kafe bergaya klasik di perempatan jalan distrik ini. Dengan tas selempang kecilnya yang setia menemani. Membawa ipad sebagai pegangannya. Memasuki kafe dan duduk di kursi dekat jendela. Tipikal orang normal pada umumnya, menikmati pemandangan dari balik kaca tembus pandang.
Kim Taehyung bukan seorang penyanyi yang terkenal, tapi dia adalah seorang produser handal. Banyak lagu tenar yang sayangnya tidak banyak yang tahu bahwa itu adalah karyanya, terdapat campur tanga dan pikirannya di sana. Hanya saja orang-orang lebih tertarik pada penyanyi yang membawakan. Taehyung tidak keberatan, selama karyanya disukai banyak orang sudah membuatnya merasa sebagai seniman betulan.
"Mengapa cemberut lagi?"
Suara Taehyung itu berat, tetapi ketika menyanyi entah bagaimana bisa terdengar sangat lembut. Taehyung mendorong cangkir cappuccino-nya yang belum tersentuh ke arah seseorang yang baru datang dan duduk di hadapannya dengan wajah kurang bersahabat.
"Aku lelah."
"Istirahatlah, apartementmu dekat dari sini, bukan?"
Orang itu menghembuskan napas. Tidak suka dan selalu demikian dengan jawaban Taehyung. Meski dia tahu dan sadar kalau dia suka berkata demikian dan akan mendapatkan jawaban yang sama.
"Oke, maafkan aku," ujar Taehyung, tulus.
Menarik sebelah tangan orang itu, mengusapnya lembut selembut kapas tertiup angin. Tanpa diminta, rona merah keluar di kedua pipi putih orang itu. Taehyung hanya melakukan tingkah kecil yang nyatanya mampu melelehkan hati siapa saja.
"Untuk apa juga kita selalu bertemu kemari. Apartement kita hanya berjarak satu lobi, kau tahu."
"Ini bukan masalah jarak, Sayang. Tapi filosofi tempatnya. Tanpa kafe ini, kita tidak pernah bertemu."
"Ya ya, seorang seniman sepertimu penuh romantisasi sekali."
Orang itu tidak pernah benar-benar menyindir Taehyung. Semua juga tahu itu, karena dari kedua binarnya selalu terlihat ketulusan akan ketakjuban melihat sosok Kim Taehyung.
"Hehe. Jadi, ada lagu yang harus kumaikan?" tawar Taehyung.
Orang itu tersenyum manis. Mengangguk semangat. Pertemuan mereka selalu begini dan mereka tidak pernah bosan sama sekali.
Taehyung membuka aplikasi piano khusus di ipad-nya. Ketimbang membawa alat musik sungguhan, zaman ini sudah begitu modern dan memudahkan segalanya. Jari-jari panjangnya mulai bermain di atas layar sementara suaranya mulai bermain.
Let's fall in love for the night
And forget in the morning
Play me a song that you like
You can bet I'll know every line
Ketika lagu habis dinyanyikan maka suara tepuk tangan kecil akan terdengar. Taehyung memberi hormat seperti habis menampilkan konser besar di seluruh dunia. Keduanya tersenyum dengan saling memandang.
"Penampilanmu selalu bagus, Hyung," ujar orang itu.
"Tentu saja. Dan, mengapa kau selalu meminta lagu ini, Jungkookie?"
Orang itu tersenyum—miris sebenarnya. Dia adalah Jeon Jungkook, usianya baru 25 tahun tapi kariernya di dunia permodelan sangat melejit. Jeon Jungkook adalah model dimana kau tidak bisa melihat gender dalam setiap gayanya. Begitu netral dan cocok untuk siapa saja. Entah wanita atau pria, semua bisa mengikuti style dan fashionnya. Jika memang ada, Jeon Jungkook mungkin definisi keseimbangan antara wanita dan pria—ini Taehyung yang bilang, berlebihan.
"Karena apa ya... karena kenyataan?"
Taehyung mendengus malas. Memanggil pelayan dan memesan pesanannya—secangkir limun hangat dan potongan kue. Mereka selalu begini. Menghabiskan sedikit malam di kafe ini sebelum pagi menjelang dan ketika pagi, mereka kembali menjadi orang lain yang tidak saling mengenal. Bersyukur mereka berkaja di bidang yang berseberangan. Sedikit kemungkinan mereka bisa bertemu di depan media.
. . .
Ini masih pukul 6 pagi. Dan Jeon Jungkook paling benci diganggu di bawah jam 9 pagi. Ini masih waktu bebasnya untuk beristirahat—tidur cantiknya. Tapi siapa pun itu, berani-beraninya membangunkannya dengan keadaan masih lelah.
"Siapa—"
"Hai, Sayang."
Suasana itu agak canggung tapi keduanya juga tidak pernah dalam keadaan seperti sekarang. Kim Taehyung hanya tahu Jungkook saat malam hari begitu sebaliknya. Tapi kini di keadaan dan waktu yang lain mereka bertemu. Rasanya agak asing namun menyenangkan.
"Ada apa, Hyung?" Jungkook yang masih setengah mengantuk, menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan itu imut sekali, tolong.
Mereka ada di ruang tengah. Duduk di sofa hijau tua dalam posisi berhadapan. Taehyung menggigit bibir bawahnya: menahan senyum. Mendekati Jungkook dengan perlahan, menarik pemuda manis itu ke dalam pelukannya.
"Kita ini pacaran, bukan?"
"Hah? Mungkin, aku belum memutuskan kekasihku omong-omong."
Taehyung mencibir mendengarnya. Ini memang terdengar jahat. Mereka berpacaran ketika ketiga kalinya bertemu di kafe—meski Taehyung tahu kalau Jungkook tengah mempunyai hubungan dengan seorang model lain: wanita yang sebenarnya dipaksa oleh agensinya. Mereka berpacaran hanya dalam kontrak.
"Putuskan saja. Biar aku yang menjadi satu-satunya kekasihmu."
"Hyung," panggil Jungkook sembari keluar dari pelukan Taehyung, menatap yang lebih tua dengan pandangan heran, "kau sedang mabuk? Apa yang terjadi padamu?"
"Pertama, aku tidak suka mabuk. Kedua, karena aku benar-benar mencintaimu."
"Tapi kita sama-sama lelaki."
"Kau cantik. Aku suka."
Jungkook mendesah tidak suka. Taehyung dengan segala pemikiran luar biasanya. Tapi sayangnya dia suka semua itu. Kali ini mendorong tubuh pemuda itu hingga berbaring sehingga Jungkook dapat memeluknya dalam keadaan mereka berbaring di atas sofa.
"Terserah. Aku lelah dan ingin tidur," balasnya dengan nada merengek.
Dan Taehyung tersenyum dalam hati mendengarnya. Turut membalas pelukan di atasnya, mengusap lembut rambut pirang sehalus sutra itu.
HEADLINE NEWS
Model TOP 2019 JJK Diduga Mengencangi Seorang Produser Handal KTH selama Berpacaran dengan Rekan Modelnya Sendiri
"Bagaimana perasaanmu setelah keluar berita akhir-akhir ini?"
"Entahlah. Mungkin aku merasa lebih bahagia? Ya karena berpacaran kali ini tulus dari perasaanku sendiri. Bukan paksaan siapa-siapa."
"Bagaimana pasangan Anda sekarang? Apa dia membuatmu lebih nyaman?"
"Jelas sekali. Kami belum lama kenal tapi dia bisa membuatku merasa bahwa kami sudah lama kenal dan sudah seharusnya berpacaran."
"Apa Anda tidak malu dengan julukan Anda sebagai seorang gay saat ini? Tidak sedikit yang kontra terhadap Anda."
"Aku tidak peduli. Ini hidupku dan kebahagiaku adalah hakku sendiri. Siapa pun yang kontra denganku, kuharap kalian menemukan kebahagian kalian sendiri tanpa merepotkan orang lain."
Jumpa pers itu diakhiri dengan Jungkook yang memilih singgah dari hadapan para wartawan. Tak peduli banyak wartawan yang belum puas. Baginya semua sudah jelas. Yang terpenting kini dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Memasuki mobil pribadinya dengan sang supir yang sudah siaga.
"Kita ke apartement, Pak."
Ponselnya segera menyala, sebuah pesan muncul.
💜
aku bangga padamu!
selamat mendapat kejutan di apartement!Jungkook tidak sabar ingin segera sampai di apartement saat ini juga.
selesai.
a.n
siapa yang mabok liat taekook di kbs kemarin pas perform HOME 😭😭 menangis parah sih aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
kth ♡ jjk
Fanfictioncerita vkook atau taekook ya pokoknya tentang mereka. [37/100] ©leenamarui