Di sudut kafe, di meja nomor 8, tempat yang acap kali sepi tapi ternyata sering ditempati oleh seorang pria. Dan Jungkook yang notabenenya salah seorang karyawan di kafe ini sering ketahuan oleh karyawan yang lain bahwa ia selalu memperhatikan pelanggan itu.
Tapi ada yang aneh dengan sikapnya. Jungkook tidak mau melayani pria itu sekalipun perhatiannya selalu tertarik ke sana. Aneh, tapi ini sungguhan.
"Kau harus berani, Kook! Dia tidak jahat, kok," ucap Bambam yang sudah kesekian kalinya merasa gemas dengan sifat sahabatnya ini.
Jungkook menggeleng cepat. Mereka berada di mulut dapur tempat menyajikan menu sebelum diantar ke pelanggan. Dari sini biasanya Jungkook selalu memperhatikan pria itu yang setiap hari selalu datang.
Pukul 4 sore untuk Senin sampai Jumat dan pukul 2 siang untuk Sabtu dan Minggu. Lihat, bahkan ia saja hafal jadwal kunjungan pria itu. Benar-benar pemerhati yang baik, bukan?
Jungkook tidak tahu nama pria itu, di mana ia tinggal, apa pekerjaannya, apa pria itu sudah punya keluarga atau kekasih, apa pria itu sadar bahwa ia sering memperhatikan, dan masih banyak lagi. Jungkook ingin tahu semuanya tentang pria itu, ia ingin mendengar suaranya barang sebentar saja, atau kalau bisa ia ingin mendapat balasan walau sekadar tatapan singkat yang bisa-bisa membuat jantungnya melompat barang membayangkannya saja.
"Jungkook, tolong layani pelanggan di meja nomor delapan ya!" titah seorang seniornya di sini.
Bambam tersenyum senang, penuh kemenangan. Berbeda dengan Jungkook, jantungnya seolah ingin lepas dari tempatnya, tubuhnya mendadak lemas dan sungguh, ia ingin segera pulang saja.
"Cepatlah! Kau mau membuat pelanggan menunggu?" desak Bambam yang dibalas tatapan tajam dari sahabatnya.
Jungkook pun meraih note kecil dan pulpen. Entah mengapa ia sedikit merapikan penampilannya terlebih dahulu. Menghela napas sebentar kemudian berjalan menuju salah satu sudut kafe ini. Jantungnya berdetak seirama dengan langkah kakinya yang terus mendekat.
"Mau pesan apa, Tuan?" tanya Jungkook, berusaha mengatur nada bicaranya senetral mungkin.
Ia tidak mau terlihat aneh karena gugup atau salah tingkah begitu pandangan tajam pria itu tertuju padanya. Benar-benar berbahaya, Jungkook sudah keringat dingin saat ini juga.
"Ekspreso dan bisa kau rekomendasikan makanan manis di sini?"
Mati. Jungkook nyaris mati begitu tahu betapa dalamnya suara pria itu, suara yang pasti mampu membuatnya seperti sedang mengisap morfin, candu.
"Eum ... lava cake? Itu sedang trend saat ini, Tuan. Kue cokelat yang isinya berupa lelehan cokelat yang hangat. Apa Tuan mau?"
Pria itu mengangguk, tersenyum. Dan sungguh, senyumnya mampu membuat Jungkook tercekat. Menahan napas barang untuk menghargai pesona senyum itu.
Apa pria di hadapannya ini manusia? Sungguh? Apa Jungkook tidak sedang bersanding dengan malaikat?
"Baiklah. Satu ekspreso dan lava cake. Ditunggu sebentar ya," ucap Jungkook ramah. Profesionalitasnya nomor satu.
"Ah sebentar," ucap pria itu menahan Jungkook. "Boleh aku minta nomormu?"
[***]
Bambam menjerit senang di dalam ruang khusus pegawai. Membuat Jungkook harus pandai-pandai meredam malu agar tidak menarik perhatian sama sekali.
Sejak kejadian itu, mereka bertukar nomor telepon. Dan Jungkook seolah bermimpi, hidupnya seperti di dalam mimpi di mana mereka menjadi semakin dekat.
Kini tak jarang atau bahkan selalu Jungkook yang melayani pria itu. Namanya Kim Taehyung, umurnya 29 tahun dan ia merupakan seorang pegawai kantoran.
Dan ada satu fakta yang mencengangkan. Bahwa pria setampan Taehyung masihlah lajang, bahkan pria itu sendiri yang berkata.
"Kau harus berkencan dengannya! Kalian sudah seminggu ini dekat sekali!" ujar Bambam sambil mengguncangkan bahu sahabatnya itu.
"Dia memang sudah ...."
"Sudah apa?!"
"Eum ... mengajakku?"
Dan teriakan Bambam makinlah terdengar keras.
[***]
Kencan yang sederhana. Mereka memang bukan lagi remaja SMA atau orang kaya yang bisa menghabiskan waktu di dalam kemewahan.
Makan malam di kedai emperan saja sudah cukup, di tengah suasana keramaian tapi mereka sudah memiliki sekat kasat mata khusus untuk mereka. Ditemani dua botol soju yang dikisar tidak mampu membuat mereka mabuk.
Jungkook suka, bagaimana Taehyung bercerita padanya. Entah urusan kantor, keluarga, hobi, dan kebiasaannya. Semua itu sungguh menarik, dan tak menutup ragu Jungkook turut menceritakan hidupnya.
Mereka terus dekat. Dan sepertinya cupid memang sudah memutuskan mereka. Membawakan takdir pada mereka, sejauh ini tidak ada masalah yang berarti bahkan kata pisah pun seolah tak tega hinggap di antara mereka.
Malam itu, saat salju turun. Di ruang tengah yang penuh kehangatan itu. Dengan lilin dan kue yang tampak manis di atas meja. Setelah mengucap doa dan syukur, hening melangsa sementara.
"Jungkookie."
Yang dipanggil sontak menoleh. Bersitatap satu sama lain, Jungkook memejamkan kedua matanya saat Taehyung mencium keningnya lembut, membawanya dalam dekapan hangat di antara salju yang turun di luar sana.
Diam-diam pria itu meraih tangannya, menyampaikan sebuah logam mulia yang terasa dingin di jemari lentik Jungkook. Ia sontak terlonjak kemudian menatap jari manisnya yang sudah dilingkari.
"Mau menjadi istriku?"
Bahkan, Jungkook tidak pernah menduga bahwa Taehyung akan melamarnya di saat ulang tahun pria itu. Sungguh, bahkan yang Jungkook harapkan hanya menghabiskan waktu bersama hingga tahun berganti esok malam.
Air mata haru luluh. Tak kuasa menanggung bahagia sendirian, dunia harus tahu. Butiran salju mengintip dari kaca jendela. Isak tangis Jungkook memang yang paling keras terdengar, tapi tidak ada kesedihan yang menempel di sana.
"A-aku mau ...."
[***]
"Kau melamun?"
Senggolan pelan pada bahunya menyadarkan Jungkook. Ia pun mengerjap sebentar, menyadari bahwa kafe sedang dalam keadaan sangat ramai. Tentu, sebentar lagi Natal tiba dan tahun baru berikutnya.
Bambam menyadarkannya, dari segala lamunan singkatnya. Bel yang berada di atas pintu masuk berbunyi, pelanggan baru masuk dan begitu Jungkook menoleh ke sana.
Pandangan mereka, bersitatap. Jungkook nyaris lupa bernapas, hari ini, pria itu datang lagi dan ia tampak lelah sekali. Dengan mantel dan tas kerjanya.
"Heh! Layani sana, yang lain sedang sibuk," ujar Bambam sebelum kembali mengantarkan pesanan.
Jungkook menelan ludahnya gugup.
Akankah,
bayang-bayangnya menjadi kenyataan?
---FIN---
KAMU SEDANG MEMBACA
kth ♡ jjk
Fanfictioncerita vkook atau taekook ya pokoknya tentang mereka. [37/100] ©leenamarui