Diaku, Sudah Jatuh Hati

242 44 17
                                    

ku menyukaimu, jika itu kurang
Tambahkan lagi dengan kau menyukaiku

------------------------------------------------------

Malam dari hari itu aku mulai tahu sesuatu. Dia memang benar menyukai Mutia, dan aku tak berhak keberatan. Dia sendiri yang bercerita terang-terangan padaku lewat pesan singkatnya.

Reavani : “Aku tahu sesuatu tentang kamu, Aditya.”

Aditya : “Oh, ya? Apa?”

Reavani : “Kamu lagi suka sama seseorang, 'kan?”

Aditya : “Hahaha, sok tau kamu. Siapa memangnya?”

Reavani : “Mutiaaaa ... Hahaha.”

Aditya : “Nggak, salah tuh ramalan kamu?”

Reavani : “Ah, nggak usah bohong. Matamu tadi yang bilang ke aku.”

Aditya : “Ada benarnya juga, Rea. Hehehe.” Dan kau mesti tahu, malam itu begitu buruk untukku yang mengetahui perasaannya secara terang-terangan.

Reavani : "Ramalanku jarang meleset, Aditya.”

Aditya : “Memangnya kamu cenayang? Tahun depan boleh jadi aku suka kamu lho, Rea.” Coba kau tebak, untuk apa dia mengatakan hal ini?

Reavani : “Ah, aku tahu diri, kali. Nggak pantas kalau aku banyak berharap ke kamu. Hehe.” Jujur saja, perkataanku jauh dari apa yang ada di dalam hatiku. Tentu saja aku pantas, aku juga punya banyak kelebihan. Kamu juga menyukaiku bukan? hati memang tak pernah sama dengan otak.

Aditya : “Siapa bilang? Semuanya pantas kok, Rea.”

Reavani : “Apa lebihnya aku  dibandingkan Mutia :( ? Dia cantik, baik, pintar, sopan, dan lemah lembut.” Lalu aku baik, dewasa, pintar, realistis, dan penyabar. Lihhat aku tidak lebih buruk dari Mutia.

Aditya : "Kamu jauh lebih dewasa Rea, bijaksana. Dan aku kagum dengan segala sikap yang bisa kamu ambil."

Reavani : "Kamu belum banyak tau tentang aku, Dit." Ah, dia terlalu banyak memberiku harapan. Aku takut patah oleh harapanku sendiri.

Aditya : “Oh, ya? Jarang ada perempuan sekuat kamu.”

Reavani : “Kamu berlebihan. Hahaha.”

Aditya : “Btw, kok kamu tahu?”

Reavani : “Kamu percaya emphats ?”

Aditya : "Emphats Apa?"

Reavani : “Kemampuan membaca emosional seseorang. Ya kayak aku tahu kamu suka sama siapa, gak suka sama siapa, ya gitulah. Aku punya itu.”

Aditya : “Ehem, aku percaya Rea. Coba sebutin di kelas siapa aja yang suka sama aku.”

Reavani : “Mutia, Airin, Rina, Sri, Tiara, Novita, Salsa juga nanti.”

Aditya : “Kamu enggak?”

Reavani : “Menurutmu?” Bodoh benar dia. Tentu kalau iya pun akau takkan bilang.

Aditya : “Mmmm, nggak tahu. Hehehe.”

Reavani : “Nggak banyak yang suka kamu dalam konteks tertentu, Dit. Kebanyakan Cuma kagum.”

Aditya : “Maksudnya gimana? Cinta?”

Reavani : “Ya, mungkin terlalu naif bagi orang seusia kita kalau bilang cinta. Mereka suka kamu cuma karena kagum, kamu tampan, pintar, baik, sopan.”

Aditya : “Oh ya? Hahaha, mereka salah Rea, aku nggak sesempurna itu. Kamu juga suka aku karena itu, Rea?”

Reavani : “Menurutmu aku suka kamu? Ah, jangan samain aku dengan banyak perempuan. Aku hampir nggak pernah naksir laki-laki karena ganteng.” Sungguh, aku ingin dia mengerti bahwa perasaan ini bukan lagi sebatas kagum. Tapi aku sudah jatuh cinta padanya.

Dia, Kembali (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang