Dilanku?

157 34 8
                                    

Tetaplah bersamaku
Jadi teman hidupku
Berdua kita hadapi dunia
Kumilikmu milikku kita satukan tuju

------------------------------------------------------


"Selamat ulang tahun, Mutia." Gadis itu tersenyum mengangguk.

"Pulang sekolah, ikut ya. Aku ada acara makan-makan, Rea."

"Oh, iya. Aku pasti ikut, kok." Hari itu Mutia ulang tahun, sepuluh hari sebelum ulang tahunku yang keenam belas.

pukul 14.00. WIB. matahari mulai turun. Kami--teman-teman perempuan sekelas, menuju rumah Mutia untuk ikut acara makan-makan. Kukira dia ikut juga, ternyata ini acara khusus perempuan.

Reavani : sent picture "Ke sini, lagi makan-makan."

Aditya : "Itu kan acara khusus perempuan :(. Gimana, novel Dilan? Udah dibaca?" Aku tersenyum, mengingat tiga seri novel karya Pidi Baiq milik dia yang dipinjamkan padaku tiga hari yang lalu.

Reavani : "Udah, aku suka banget. Kamu udah selesai baca?"

Aditya : "Belum, baru baca bagian depan yang seri pertama doang. Bagus ceritanya?"

Reavani : "Bagus banget ya ampun, kamu musti baca. Aku suka banget sama tokoh Dilannya, dia asik."

Aditya : "Oh, ya? Aku malas baca, Rea. Sebaiknya kamu ceritakan."

Reavani : "Lho, kamu yang beli kok aku yang baca sendiri? Pokoknya asyik deh, Dilan itu cowok humoris banget, semua perempuan pasti pengen punya pacar kayak Dilan."

"Senyum-senyum aja, lo. Siapa sih yang nge-chat?" Indah dengan tampang usilnya mengintip layar pesanku.

"Oh, ADITYA!!!" Ingin sekali aku membekap mulutnya, biar bagaimanapun aku harus tetap menjaga perasaan Mutia dan Airin. Kasihan kedua gadis itu.

Aditya : "Terus kamu jadi naksir sama si Dilan itu? Dia nggak akan mau ke kamu, orang kumis kamu nggak panjang." Aku tertawa melirik pesannya, Mutia dan Airin sempurna menatapku. Ah, persetan. Toh, orang lain saja tidak pernah perduli pada perasaanku.

Reavani : "Aku suka sama Dilan. Kamu tau nggak, dia tuh kayak kamu."

Aditya : "Apanya yang kayak aku? Gantengnya?"

Revani : "Gak jelas dan garingnya sama kayak kamu. Jangan sok ganteng, Dit."

Aditya : "Lha, aku nggak jelas ya? Terus garing juga?"

Reavani : "Iya, kamu nggak jelas, terus garing juga bercandanya. Kayak Dilan. Tapi aku suka. Kamu Dilan-ku :)."

"Makan dulu, Re. Main hp nya nanti aja dulu." Aku meneguk ludah mendengar perkataan Mutia. Gadis itu sekarang pasti sedang meremas hati di hari ulang tahunnya. Ini harusnya menjadi hari terbaik bagi Mutia, aku tidak sepantasnya menghancurkan hari ini.

***

Malam ini, adalah malam terakhir dia berada di Indonesia. Besok, sabtu pagi adalah hari keberangkatannya ke Singapura. Dia mendorong troli di sampingku, sesekali berhenti memilih produk. Lihatlah, aku yang menemaninya berbelanja untuk kebutuhannya, bukan Sekar ataupun Mutia. Terbukti sudah bahwa keberadaanku jauh lebih dianggap.

Dia, Kembali (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang