Merindunya

143 32 7
                                    

Tidak ada yang salah pada cinta
Yang salah adalah kita
Entah kau yang terlalu memberi harapan
Atau aku yang terlalu banyak berharap

------------------------------------------------------

Setelah sabtu itu, tidak ada lagi yang akan kuceritakan. Bukan, tidak ada lagi cerita penuh kemanisan yang akan kukatakan. Sabtu itu, lengkap sebagai hari penutupan, bahwa aku memang tak pernah istimewa baginya. Tidak ada lagi pengharapan-pengharapan itu. Aku dan dia-ku, kami adalah teman. Dari dulu, sekarang, kini, dan sampai kapanpun.

Aku menatap hidung bangirnya, dia asik menulis pada buku berukuran standar. Kakiku bergerak menyentuh permukaan lantai, ingin sekali aku bangkit dan duduk di sampingnya seperti biasa. Sayangnya, entah kenapa sejak pagi, dia mendadak tak acuh padaku. Bertemu tatap langsung mengalihkan pandang, bibirnya terkunci rapat tanpa sapaan, dan matanya sekalipun tak pernah mengarah padaku. Aku menghela napas mengurungkan niatku. Mungkin, suasana hatinya sesang tiak terlalu baik setelah membicarakan Vanessa beberapa waktu lalu.

Dia berubah, benar-benar berubah. Aku tak pernah tahu apa alasannya. Dia berhenti tersenyum padaku, dia berhenti menatapku, dia berhenti mengirimkku pesan, padahal dalam sepekan kurasa sikapku padanya baik-baik saja.

Minggu pagi setelah dia berubah, aku membuka aplikasi BBM pada telepon genggamku. Airin baru saja merubah display photo diganti dengan foto berdua dengannya. Gadis itu menggunakan pakaian berlengan panjang berwarna hijau daun, dan celana training hitam sebetis, memamerkan betis yang bak bulir padi, sedangkan dia menggunakan jaket coklat bergambar snoppy kesukaannya, celana training hitam putih panjang, dan sepatu olahraga berwarna coklat, kontras sekali dengan kulit putihnya yang berkeringat. Jelas, mereka pasti habis lari pagi, berdua.

Sejenak hatiku mencelos. Beribu-ribu kali kukubur perasaanku karna aku tahu dia menyukai orang lain, beratus-ratus kali kurelakan dia menyukai gadis lain, tapi rasa cemburu itu tetap tertinggal. Mendekam dalam lubuk hatiku yang paling dalam.

Kugeserkan layar ponselku ke bawah, dia memasang display photo yang sama dengan gadis itu. Hanya berbeda gaya, jika tadi sedang duduk formal, maka sekarang sedang tertawa riang dengan tangan melambangkan peace. Wajahnya riang sekali, matanya juga berbinar terang. Sangat beda dengan mata yang seminggu ini kutemui.

Dia sedang jatuh cinta. Bagaimana bisa? Bukankah selama ini dia tidak pernah menyukai Airin? Bagaimana mungkin? Bukankah selama ini aku satu-satunya yang istimewa dan dia sudah mendekatiku sejak pertama masuk sekolah. Ah, bagaimana tidak? Airin gadis yang cantik, pintar, dan juga populer. Perjuangan untuk mendapatkan tempat di hatinya pun tidak bisa diremehkan. Gadis itu ... sempurna.

Ting ....

Adi : "Airin sama Aditya habis dari mana?"

Aditya : "Lari pagi. Terus makan."

Salsa : "Gak ngajak, nih."

Reavani : "Gak ngajak, nih. 2"

Aku terenyak. Dia bahkan tidak pernah seterbuka itu ketika pergi bersamaku. Aku benci sekali, Airin mencoba merebut posisiku. Ditambah Salsa yang juga menjadi fasilitator acara PDKT-an mereka.

Beberapa waktu berselang, dia semakin banyak berubah, terkadang aku seolah samasekali tak pernah dikenalinya. Menjadi asing, persahabatan kamipun lama-lama semakin merenggang.

Dia, Kembali (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang