Kenangan terindah (End)

481 42 7
                                    

Bila yang tertulis untukku
Adalah yang terbaik untukmu
Kan kujadikan kau kenangan
Yang terindah dalam hidupku
Namun, takkan mudah bagiku
Meninggalkan jejak hidupmu
Yang telah terukir abadi
Sebagai kenangan yang terindah.

Samsons,
Kenangan Terindah

------------------------------------------------------

"Kita bisa batalkan pernikahan kita. Sebelum semuanya terlanjur." Lelaki itu melesit hidung bangirnya.

"Untuk apa?"

"Dia datang kembali, dia mencintaimu. Bukankah itu yang kamu harapkan selama sepuluh tahun?"

"Ko ...."

"Sebaiknya Cici tidur. Hari ini melelahkan, 'kan? Besok, jam enam pagi Koko pulang ke Bandung."

Ko Elvan segera beranjak ke kamar mandi, meninggalkanku seorang diri dalam keadaan yang entah bagaimana.

Aku mengunci pintu kamar, sudah biasa kulakukan begitu. Buru-buru aku naik ke atas kasur, menangkupkan wajah dan menangis sejadi-jadinya.

Lihatlah, dia datang dan mengatakan seluruh perasaannya padaku, sedangkan aku sudah memutuskan untuk menikah. Dia terlambat, benar-benar terlambat. Lantas aku musti apa?

Benar, aku masih mencintainya. Tidak sedikitpun perasaan di hatiku berubah. Tapi kenyataan menghantamku pada sebuah garis pilihan, meneruskan kehidupan baru, atau berlarut dalam kepingan masa lalu.

Dia adalah pemilik hati yang belum pernah aku miliki. Salah satu bagian dari cerita masa muda terindah yang kulalui. Beberapa tahun setelah kami lepas dari seragam abu-abu itu, mengapa rasa cinta ini baru datang menghampiri hatiku?

Beberapa tahun setelah dia dan aku terpisah jarak antara dua kota yang berbeda, mengapa baru kali ini aku merasa rindu yang amat berbeda?

Ini adalah jatuh cintaku yang paling tenang, dan akan menjadi yang terberat, karena aku harus menghancurkan pikirannya tentang aku sebagai temannya. Aku tidak bisa dengan mudahnya mencairkan sebongkah hatinya yang telah beku. Apalagi menghancurkan anggapannya tentangku sebagai temannya.

Sungguh, aku tahu bahwa sebenarnya dia tahu dengan perubahan yang terjadi. Tapi mengapa aku tak kunjung melihat sebuah perkembangan? Aku bersyukur dia masih ada di sini, di sampingku seperti janjinya. Tidak selangkah pun dia berusaha ingin pergi dariku.

Namun salahkah jika aku ingin memilikinya secara utuh? Egoiskah aku? Jika suatu saat dia sadar tentang hal ini, sebelumnya aku hanya ingin meminta maaf bahwa aku telah jatuh cinta.

Maaf aku terlalu berharap banyak kepadanya yang memang seorang temanku. Maaf aku selalu berusaha membuatnya tahu tentang perasaan ini melalui tulisanku. Bertahun lamanya mungkin aku akan menjalani sebuah kisah, kisah di mana aku sebagai pemeran utama yang menjalani sebuah kisah-- cinta sendiri.

***

"Pikirkan matang-matang. Aku masih tetap sama, apapun keputusanmu, itu adalah yang terbaik bagi kita. Aku bisa terima." Kali ini tidak ada pelukan sampai jumpa. Suasana antara aku dan Ko Elvan sedikit berubah sejak semalam.

Aku menunduk, tidak balas menatapnya."Jangan cemberut. Semuanya akan baik-baik saja." Lelaki itu mengangkat daguku.

"Koko berangkat, ya. Kamu jaga diri baik-baik. Segera kabari, apapun keputusan kamu."

Dia, Kembali (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang