Resah

137 30 5
                                    

Aku ingin berdua denganmu
Di antara daun gugur
Aku ingin berdua dengamu
Tapi aku hanya melihat keresahanmu

-Payung teduh, Resah
(Sebuah lagu yang sering kita nyanyikan, aku masih menyimpannya dalam memori terpentingku.
Tentang kita, yang sudah lama mati.)

------------------------------------------------------

Aku membereskan seluruh perlengkapanku kedalam dua koper besar, baju-baju kutata sedemikian rupa, walupun sebagian besar kutinggal dalam almari. Ko Elvan yang duduk di atas ranjang menatapku dengan iba.

"Kalau kamu kangen, kamu boleh pulang. Kapanpun." Lengan lelaki itu segera membantu merapikan pakaianku. Aku masih terdiam, semenjak kabar pernikahan itu, wajah menyenangkanku semakin luntur. Pak Rehan juga bilang begitu, katanya aku terlihat begitu keras belakangan ini.

Usiaku dua puluh enam tahun, dia dua puluh tujuh tahun. Kabar pernikahannya dua minggu lalu sukses membuat hari-hariku berubah. Semenjak hari itu pula kami putus komunikasi, padahal semua saling tahu, dia ada di Jakarta, dua kilometer dari kediamanku. Segalanya berubah, hari-hariku semakin sepi. Aku kembali ke dalam fase sendirian. Berangkat ke kantor sendirian, pulang dengan mobil sendiri, makan siang sendiri, walaupun Ko Elvan sesekali menemani. Tetapi perasaanku begitu hampa.

"Kalau Koko tanya sekali lagi, kamu yakin betul mau pergi? Balikpapan itu jauh, Re." Aku menatap lamat-lamat bola mata Ko Elvan. Retina hitamnya menyiratkan segala luka. Entah, entah luka apa yang lelaki itu tanggung. Dia selalu misterius, aku dekat dengannya sejak sepuluh tahun yang lalu, tetapi sampai hari ini, aku bahkan tak tahu, siapa dia sebenarnya.

"Lantas, dengan alasan apalagi aku bertahan di Jakarta, Ko?" Jemari lentikku diraihnya kedalam genggamannya.

"Kamu jangan merasa sendiri. Kamu masih punya Farid, Kak Alissa, Koko, dan semua orang yang sayang kamu. Koko nggak paksa kamu buat bertahan di sini, tapi apakah nggak bisa kamu pikirkan lagi keputusan itu? Sebelum terlambat, masih ada waktu."

Ya, pada akhirnya setelah kabar buruk itu tanpa ampun menghujam hatiku, aku memutuskan untuk pergi, lari dari kenyataan, mengambil promosi untuk kerja di Balikpapan. Silahkan caci-maki aku sesukamu. Yang jelas, ini adalah kehidupanku, dan aku yang menjalani seluruh pahit getirnya perasaanku. Dengan lari dan jauh darinya, mungkin segalanya akan jauh lebih baik. Biar saja begitu kusimpulkan sekarang. Masalah terealisasi atau tidak, itu urusan nanti. Bukankah waktu adalah obat terbaik dalam menyembuhkan luka? Kuharap begitu.

"Koko tau sakitnya, Re. Kamu nggak sendirian ngerasain itu, kok." Ko Elvan tidak bosan-bosannya menghiburku. Setiap hari berkunjung ke rumahku, dengan alasan malas masak di rumah,  tidak sengaja lewat, habis membeli makanan, atau sekedar ingin membantu Farid mengerjakan tugas. Aku tahu, itu hanya alasan. Lelaki itu selalu berbaik hati meminjamkam bahu untuk bersandar, melontarkan obrolan ringan supaya aku lupa sejenak pada masalahku, mengajakku berkeliling kota menikmati malam-malam penuh keramaian, atau sekedar bertandang lantas berakhir dengan terbaring kelelahan di atas sofa. Belakangan dia sering mengingatkanku untuk lebih rajin Shalat. Meminta pada Tuhanku supaya memelihara hatiku dari rasa sakit. Aku mendengarkan nasihatnya selalu. Setidaknya, dia satu-satunya kakak terdekat yang kumiliki.

"Makan di luar, yuk." Dia segera beranjak dari kasur. Wajahnya sekarang lebih ceria, aku masih sibuk berkutat dengan koporku. Keberangkatanku tinggal dua hari lagi.

"Farid?" panggilnya, nyaring. Yang dipanggil segera menyahut.

"Mau kemana-mana, nggak? Kita makan di luar, yuk."

"Yah, Koko. Farid baru aja mau pergi. Tuh udah dijemput temen di bawah."

"Mau ke mana?" tanyaku, dingin dari pintu kamar. Seketika Farid terdiam. Begitulah aku sekarang, sikapku terlihat kejam dan menakutkan. Farid tahu semuanya, dia memilih untuk mengikuti permainanku. Farid mengerti keadaanku, dia yang tadinya begitu cerewet dan banyak bicara, sekarang lebih sering mendengarkan perintahku.

Dia, Kembali (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang