Pelangi di matamu

157 36 3
                                    

Ada pelangi di bola matamu
Yang memaksa diriku
'Tuk bilang
Aku sayang ... padamu

- jamrud,
pelangi di matamu

------------------------------------------------------

Aditya : "Udah dulu ya, chat nya jangan lama-lama."

Reavani : "Biar apa?"

Aditya : "Biar rindu. Nanti kalau terlalu sering, malah bosan." Aku menyimpul senyum. Sekarang perjalanan menuju kota Medan. Ya, ini hari kepulanganku ke Bandung.

Reavani : "Lebay kamu." Padahal aku suka sekali.

Aditya : "Oh ya, gimana rencana kelas tambahan. Kamu jadi daftar bareng aku, 'kan?"

Reavani : "Ya, jadi. Ibuku juga sudah mencak-mencak ngomong terus. Gara-gara kemaren hasil raportnya jelek." Minggu lalu kabar pembagian hasil belajar itu sampai. Nilaiku amblas total. Dari predikat juara umum--ketika SMP, sampai peringkat sepuluh besar saja tidak masuk. Aku mengeluh penuh, dia banyak menasehatiku. "Jangan nyerah, aku yakin kok kamu bisa. Aku gak pernah kenal sama Rea yang gampang patah semangat. Aku malah kagum sama sifat kamu yang pantang menyerah." Aku benar-benar merasa terpukul atas hasil itu.

Aditya : "Kita kan bisa berjuang sama-sama. Masih ada aku kok, kamu tenang aja. Kamu itu orang yang ku kagumin. Masa kamu gini."

Reavani : "Hmmm ... Makasih lho, selama ini kamu paling baik."

Aditya : "Nggak masalah. Kita kan sahabat."

Reavani : "Mau daftar less di mana?"

Aditya : "Terserah kamu. Aku ngikut."

Reavani : "Ehh, gimana kamu aja. Aku yang ngikut." Hari berangkat senja, aku tiba di Bireun. Masih lima jam lagi menuju kota Deli serdang, Medan.

Dia banyak sekali mengoceh tentang di mana akan ikut belajar tambahan. Beberapa kali juga menolak, dengan alasan di sana ada Nandira. Aku bahkan baru mendengar namanya. Carmenita Nandira. Beberapa kali kutanya siapa gadis itu, dia hanya meninggalkan tanda sudah mebaca tanpa membalas. Aku sedikit bingung, dan perasaan janggal juga beberapa ada yang membekas dihatiku.

Sulitnya, ternyata aku harus bersikap sebagai teman baik--setelah semua ucapannya yang lalu, mendukung hubungannya dengan perempuan manapun, mendengar curhatnya tentang gadis yang sedang dia sukai, memberikan solusi terbaik atas keluhan-keluhannya, termasuk merekomendasikan dia harus bilang apa pada perempuan-perempuan itu. Itu terasa begitu sulit. Dia juga terang-terangan membahas perihal itu di grup, di depan teman-teman sekelas.

Indra : "Dit, Nandira nanyain. Katanya chatnya siang tadi belum di baca."

Aditya : "Wah? Masa sih? Malahan udah dibalas."

Salsa : "Rea mau di kemanain, Dit?"

Reavani : "Berisik, Sa."

Aku benci sekali, dia selalu dikelilingi perempuan-perempuan cantik. Sebenarnya aku senang, aku bangga bisa dekat dengan dia yang begitu diidamkan. Tapi sayangnya, bukankah naluri tidak pernah bisa dibohongi? Aku merasa kecil. Sungguh. Lihatlah mereka dengan segala kesempurnaannya. Kak Citra gadis yang cantik, matang, dewasa. Nandira yang belakangan kutahu bahwa gadis itu paling cantik di kelas Fisika 1, gadis itu juga sangat pintar, peraih juara kelas. Belum lagi Mutia, gadis itu baik sekali, cerdas, berbudi, santun, dan penyabar. Airin juga, cantik, anggun, baik, dan pintar. Aku bahkan tidak memiliki satu point pun untuk lebih dilirik.

***

"Hai, selamat sore." Seseorang yang muncul di balik pintu kamarku menyapa.

Dia, Kembali (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang