7. Show Time

599 41 4
                                    

Semua persiapan telah dilakukan. Dekorasi panggung, lighting, sound sistem, kostum, dan MUA pun sudah dipersiapkan.

Auditorium Sekolah Seni Hyorin setiap tahunnya memang digunakan untuk ShowCase, jadi tidak perlu persiapan dan pengeluaran biaya lagi selain yang sudah disebutkan.

Para siswa yang berpartisipasi dalam ShowCase pun juga sudah menyiapkan diri mereka.

"Youngjae~ah, Bambam~ah !!" panggil Hyuna.

Youngjae dan Bambam kemudian menghampiri Hyuna.

"Bagaimana persiapan kalian?" tanya gadis itu.

"Kami sudah mempersiapkan yang terbaik" jawab Bambam.

"Kalian berdua harus tunjukan yang terbaik"

Kini ketiganya saling berpelukan. Mata Hyuna sedikit berkaca-kaca karna air mata. Dalam satu waktu dia bahagia karna sahabat-sahabatnya sebentar lagi akan mendapatkan agensi untuk menaungi karir mereka kelak. Tapi ia juga sedih karna itu artinya mereka tidak bisa bersama lagi.

"Hyuna~ah, kenapa kamu menangis?" Youngjae melepaskan pelukan itu dan diikuti Bambam.

Hyuna sendiri tidak sadar jika air mata dipelupuknya tumpah membasahi pipinya.

Segera ia menghapus jejak air mata itu agar Youngjae dan Bambam tidak lagi khawatir.

"Aku baik-baik saja" ucap Hyuna.

Gadis cantik itu tersenyun perlahan. Ia menepuk pundak Bambam dan Youngjae dengan kedua tangannya.

"Semangat!! Fighting !!!"

Dari balik tembok Jinyoung memperhatikan mereka, terutama Hyuna. Namun kali ini tidak seperti beberapa waktu lalu, hari ini keberadaannya tidak diketahui oleh Hyuna.

***

Malam ini cuaca begitu cerah. Tak ada satupun awan yang menggantung diatas sana.

Angkasa yang luas kini hanya dipenuhi dengan bintang-bintang yang gemerlap menunjukan kemolekannya. Mereka seakan berlomba menjadi yang paling terang diantara gelapnya malam.

Disebuah rooftop disalah satu gedung yang ada dikota, berdirilah seorang gadis dengan sweeter dan syal merahnya. Saat yang lain berada di auditorium menyaksikan penampilan-penampilan teman mereka, Hyuna malah mengasingkan diri di atas sana.

Setelah menemui Youngjae dan Bambam diruang make up, Hyuna pergi ke rooftop auditorium sekolah.

Udara disana memang sedikit dingin, ditambah angin yang berhembus dengan kencang. Mungkin itu dikarenakan musim dingin sudah tiba, meskipun salju nya sendiri belum kunjung turun.

Sambil mendekap tubuhnya sendiri Hyuna perlahan berjalan mendekati pagar. Ia bukan ingin bunuh diri, ia hanya ingin sedikit menikmati indahnya lampu kota.

Tapi perlu diakui, ciptaan Tuhan jauh lebih menakjubkan daripada itu. Gemerlap lampu kota masih kalah indah dari gemerlap angkasa raya dengan jutaan bintang yang menghuninya.

Hyuna bersyukur masih bisa menyaksikan keindahan itu. Kadang ia berfikir, menjadi bintang memang sangatlah menakjubkan. Semua orang bisa melihat bintang dimanapun mereka berada. Banyak orang yang mengagumi bintang. Tapi ia berfikir lagi, alangkah kesepiannya menjadi bintang. Ia berada jauh diangkasa sendirian tanpa teman.

"Apakah jalan yang aku pilih ini benar?"

Tatapan nya kini nanar. Ia sedari tadi hanya terus menatap bintang-bintang itu. Seakan mencari jawaban dari sekelumit pertanyaan bodoh yang ada diotaknya.

"Apa aku salah mengambil jalan ini?!!"

Air mata Hyuna tumpah. Ia terisak meratapi nasibnya sendiri. Ingatannya kembali pada dua tahun lalu saat ia lulus dari Sekolah menengah pertama.

Ayah Hyuna bersikeras agar dia melanjutkan sekolah formal dan seterusnya melanjutkan kuliah. Tapi Hyuna tidak mau. Dia lebih memilih melanjutkan di Sekolah Seni.

Entah, rasanya sekarang Hyuna mulai menyesali keputusannya dua tahun lalu. Jika ia tahu akan sesulit ini untuk bisa debut, mungkin dia akan bersekolah formal saja dan meneruskan usaha orang tuanya.

Ditengah sunyinya malam ia hanya bisa terus menangis. Sekeras apapun isakannya ia yakin tidak ada yang mendengarnya.

"Jangan menangis"

Deg.

Hyuna terkejut. Dia pikir sejak tadi dia hanya sendirian diatas sana.

Perlahan ia menoleh, air matanya masih saja keluar meskipun ia sudah menahannya.

"Jinyoung~ah..." Hyuna hanya bisa menggantungkan kalimatnya, karna memang dia sudah kehabisan kata-kata.

Jinyoung mendekati Hyuna yang mematung dipinggir pagar besi. Jinyoung melepaskan mantel jaket yang ia kenakan, kemudian memakaikannya pada Hyuna.

Ia tahu Hyuna pasti kedinginan. Pada udara sedingin ini, sweeter dan syal saja tidak cukup untuk menghangatkan tubuh.

Meskipun Jinyoung harus merasakan dinginnya malam ini karna mantel jaket yang ia kenakan diberikan pada Hyuna, tapi ia tak apa.

Hyuna masih saja mematung. Jinyoung melihat jejak air mata Hyuna. Sepersekekian detik kemudian ia mengusap air mata itu dengan jemarinya.

"Jinyoung~ah... Kamu...."

"Jangan menangis lagi"

"Tapi....kamu...."

"Sudah aku bilang, jangan menangis lagi"

Sikap Jinyoung memang aneh, tapi ekspresi wajahnya tetap datar seperti biasanya.

Ada angin apa hingga Jinyoung bersikap aneh seperti itu pada Hyuna.

"Kenapa, kenapa kamu peduli denganku?"

Lelaki itu hanya terdiam. Ia tidak ingin menjawabnya.

"Kenapa kamu melakukan itu untukku?"

Sekali lagi Jinyoung hanya diam. Ia mengedarkan pandangannya kesegala penjuru.

"Jinyoung~ah !!" kini Hyuna berteriak karna merasa diacuhkan oleh lelaki tampan itu.

Air mata itu jatuh lagi, kini semakin deras mengalir. Perasaan Hyuna kalang kabut sekarang. Ia berharap ini hanya mimpi.

Tapi mimpi ini terlalu indah untuk dianggap sebagai mimpi.

"Jangan buat aku berfikir jika kamu menyukaiku, Jinyoung~ah" ujar Hyuna sesenggukan.

Ia menangis untuk beberapa saat. Ia berharap Jinyoung tidak melakukan hal aneh lagi yang dapat membuat perasaannya tumbuh.

Setelah dirasa cukup, Hyuna pun menghapus sendiri jejak air matanya. Ia menatap Jinyoung sebentar lalu ia pergi meninggalkan lelaki tampan itu di rooftop.

Jinyoung masih terpaku disana. Ia hanya terus memandangi bayangan Hyuna yang perlahan menghilang.

"Hmm bodoh"

***
[TBC]


MUA : Make Up Artist

A GOOSE DREAM ✔ [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang