27. Seeing The Truth

389 29 0
                                    

"Bangunlah, apa kau tega melihatku tampak menyedihkan seperti ini?"

🍁🍁🍁

“Dokter, bagaimana keadaan anak kami?” tanya Hyuna-appa.

Semua orang menunggu jawaban dari Dokter itu. Ia sempat terdiam sejenak menyusun kalimat yang sesuai dengan keadaan Hyuna.

Suasana tegang melingkupi kelima manusia yang sedang menunggu kabar kondisi Hyuna.

“Hyuna-sshi sedang dalam kondisi kritis, kita berdoa saja agar dia bisa segera melewati masa kritisnya”

Sedetik rasanya hati Hyuna-eomma dan Hyuna-appa hancur, tak luput pula dengan kedua sahabat Hyuna, Bambam dan Youngjae. Tampak air mata Hyuna-eomma mengalir deras seiring dentingan jam yang terus berdentum.

Jinyoung tak melakukan pergerakan apapun, ia hanya terus berdiri tertegun tanpa tahu apa yang harus dilakukan. Hatinya juga sama hancur tapi ia tak menampakkannya, ia berusaha menyembunyikan itu tapi tetap saja guratan wajah dan pancaran matanya menunjukan kesedihan.

Hyuna-ah, berjanjilah padaku kau akan baik-baik saja” ungkap Jinyoung dalam hatinya.

Pria tampan itu menghembuskan nafasnya berat, seakan oksigen begitu langka sekarang. Tulang-tulang kakinya lemas dan membuatnya harus menjatuhkan diri, duduk dilantai rumah sakit dengan lutut yang dilipat. Ia mengacak rambutnya frustasi sambil terus menatap lurus kedepan.

***

Suara petikan gitar yang dimainkan Youngjae mengisi keheningan didalam ruangan tempat Hyuna dirawat. Sesekali Jenny menyaut permainan gitar Youngjae dengan suara emasnya. Sementara Bambam hanya mengamati kedua temannya itu.

Sudah lima hari sejak kecelakaan naas yang dialami Hyuna. Sejak itu pula setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah dan sore setelah pelajaran usai,  Youngjae, Bambam, Jenny dan juga Jinyoung akan pergi ke Rumah Sakit untuk menemani Hyuna.

Mereka berharap Hyuna akan segera sadar. Tak habis akal, setiap harinya mereka selalu mencoba berinteraksi dengan gadis yang sekarang terbaring tak sadarkan diri diatas bangkar.

Mereka selalu menyanyi, bercerita, bahkan menangis memohon agar gadis cantik itu membuka matanya.

Ya, Bambam, Youngjae, dan Jennylah yang melakukan semua hal itu sedangkan Jinyoung hanya diam memandangi wajah pucat gadisnya.

Sesekali Jinyoung melirik seismograf memastikan tanda nya tidak berubah menjadi garis panjang, dia tidak akan rela jika itu terjadi.

Jinyoung juga tidak tahu kenapa perasaannya bisa sedalam ini pada Hyuna, ia merasa sudah sangat lama mengenal Hyuna padahal mereka baru saja akrab akhir-akhir ini.

“Jinyoung-oppa, apa kau tidak kembali ke sekolah?” interupsi Jenny membangunkan lamunan Jinyoung.

Jinyoung menoleh sejenak, “Aniyo, kalian duluan saja”

“Apa kau yakin hyung?” timpal Bambam.

Jinyoung hanya mengangguk tanpa menjawab pertanyaan itu.

Arraso, kalau begitu kami pergi dulu” pamit Jenny.

Setelah ketiganya lenyap dari pandangan Jinyoung, kini pria tampan itu kembali mengalihkan penglihatannya pada Hyuna. Matanya menatap Hyuna sendu. Perlahan tangan besar Jinyoung memegang punggung tangan Hyuna. Setelahnya  Jinyoung memegang telapak tangan mungil itu, ia mengangkatnya pelan dan mencium lembut punggung tangan Hyuna.

Tangan kirinya yang bebas kini sudah berada dipuncak kepala Hyuna. Ia mengusap nya pelan sambil tersenyum kearah gadis cantik itu. Jinyoung juga menyelipkan beberapa helai anak rambut Hyuna kebelakang daun telinganya. Tangan mereka terus bertaut dan Jinyoung enggan melepasnya.

“Hyuna-ah, bangunlah. Sudah berapa lama kau seperti ini huh? Apa kau tidak lapar?”

Tiba-tiba setetes air mata berhasil lolos dari mata indah Jinyoung, setelah sekian lama ia menahannya kini Jinyoung sudah tidak sanggup.

Ini adalah kedua kalinya ia menangis setelah kematian eommanya. Sejak kematian sang ibu, Jinyoung tidak pernah sekalipun menangis. Hidupnya terasa sangat hampa bahkan tak ada satupun yang mampu menyentuh perasaannya. Dan ini adalah kali keduanya terlihat menyedihkan setelah kematian sang ibu.

Pertama saat ia menangis di auditorium sekolah tentunya ia menangis dihadapan Hyuna, dan sekarangpun ia juga menangis lagi dihadapan gadisnya.

“Hyuna-ah, apa kau tega melihat kedua orang tuamu menangis setiap malam huh? Apa kau juga tega melihat teman-temanmu kehilangan semangatnya karenamu? ---“ sebelum melanjutkan kalimatnya, terlebih dahulu Jinyoung menarik nafas dalam-dalam, “Dan apa kau tega melihatku tampak menyedihkan seperti sekarang? Apa kau tidak berniat menepati janjimu padaku? Kya Hyuna-ah”

Tanpa Jinyoung sadari sedari tadi Bambam ada dibelakang punggungnya. Bambam mendengar dan menyaksikan semuanya.

Bukan maksud Bambam untuk mengetahuinya, hanya saja ponsel Bambam sempat tertinggal disofa, ketika Bambam hendak mengambilnya ia tertegun melihat perlakuan Jinyoung pada sahabatnya.

Selama ini orang-orang telah salah mengira Jinyoung, termasuk Bambam namun sekarang ia percaya jika lelaki yang sedang menangis dihadapan Hyuna itu benar-benar tulus menyayangi Hyuna.

***

Pagi ini Hyuna-appa mendatangi kantor polisi hendak menanyakan tentang kelanjutan dari kasus kecelakaan yang melibatkan anaknya sebagai korban.

Lelaki parubaya itu sengaja datang sendiri karena ia tidak mau memperkeruh suasana jika mengajak isterinya.

Annyeonghaseoyo, apa saya bisa mengetahui kejelasan kasus kecelakaan taxi itu? Saya adalah ayah dari korban Choi Hyuna-sshi, Choi Soo Man-ibnida” ujar Hyuna-appa memperkenalkan diri.

“Ahh, Choi Soo Man-sshi, silahkan duduk”

Tanpa berbosa-basi, polisi itu langsung menjelaskan semuanya pada Hyuna-appa. Kecelakaan itu sendiri adalah kecelakaan tunggal, dimana taxi yang Hyuna tumpangi tiba-tiba oleng dan menabrak sebuah truk yang sedang terparkir dipinggir jalan.

Dari pemeriksaan CCTV dan para saksi, kecelakaan itu murni kelalaian dari supir taxi. Diketahui supir taxi itu mengidap anemia atau kekurangan sel darah merah. Malam itu penyakitnya sedang kambuh, tapi ia tetap nekad bekerja untuk membiayai anaknya yang sedang sakit. Untuk meredakan sakitnya ia pergi kesebuah swalayan dan membeli obat penambah darah.

Dan saat itulah Hyuna datang dan memakai jasa taxi itu. Besar dugaan supir taxi tadi kelebihan dalam mengkonsumsi obat sehingga konsentrasinya hilang.

Chogi, apa boleh aku bertemu dengan supir taxi itu?” tanya Hyuna-appa ditengah penjelasan polisi.

Chuseonghabnida, tapi supir taxi itu baru saja meninggal dini hari tadi setelah tidak sanggup melewati masa kritisnya. Ia kehilangan banyak sekali darah.” Jelas polisi itu.

Mata Hyuna-appa menatap nanar kesegala arah. Ingin rasanya ia menangis tapi menangis untuk apa. Ia merasa kasihan dengan sang supir taxi setelah mendengar kebenarannya apalagi ia memiliki seorang puteri yang juga sedang sakit, tapi dilain sisi dia juga merasa kecewa karena sekarang Hyuna juga sedang kritis dan entah kapan ia akan bangun.

***

🍁TBC🍁

A GOOSE DREAM ✔ [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang