"Sebenarnya bukan itu hadiah yang ingin ia berikan"Hyuna menatap penuh selidik kearah Bambam, "Busun suriya?"
Bambam berjalan kearah belakang Hyuna. Ia mendorong kursi roda yang tengah diduduki Hyuna. Ia membawa Hyuna kesuatu tempat. Hyuna sendiri tidak tahu dengan perubahan sikap Bambam. Pria itu tampak menunjukan aura gelap yang entah darimana datangnya.
Hyuna sempat khawatir, tapi ia hanya bisa pasrah. Saat dilift pun Bambam terlihat begitu dingin, bukan seperti Bambam yang ia kenal, benar-benar berbeda jauh.
Saat pintu lift terbuka Bambam bergerak mendorong kursi roda Hyuna, ia membuka sebuah pintu lalu mendorong kursi roda Hyuna masuk ke sana.
"Rooftop?" Hyuna mengernyit.
Pria itu terus mendorong tanpa perasaan. Ia tidak memperdulikan Hyuna yang mulai ketakutan.
"Bambam-ah, sadarlah. Apa yang akan kau lakukan!"
"Diamlah, bukankah kau bilang akan menyusulnya?"
"Bambam-ah apa kau sudah gila? Apa kau ingin jadi seorang pembunuh huh?"
"Aku hanya ingin membantumu bertemu dengan Jinyoung-hyung. Bukankah kau mencintainya? Lalu kenapa kau tidak bersamanya saja?"
"Bambam hentikan, Bambam!!"
Dirooftop rumah sakit itu banyak sekali helaian kain putih yang dijemur disana. Bambam terus mendorong kursi roda Hyuna melewati helaian kain putih itu. Semakin lama temponya semakin lebih cepat.
"Bambam-ah sadarlah. Bukankah kita sudah lama bersahabat?" kini air mata Hyuna menetes lagi.
"Ya, kita memang sudah lama bersahabat. Lalu kenapa?"
"Kenapa kau lakukan ini padaku?" lirihnya.
"Aku tidak tega melihatmu terpuruk seperti ini, aku berniat membantumu terbebas dari rasa sakit itu. Kau akan segera bertemu dengannya."
Ini adalah helaian kain putih terakhir, dan Bambam mendorong lumayan kuat. Hyuna menutup matanya rapat sambil menahan jeritan.
Sedetik rasanya tubuh Hyuna mati rasa. Apakah saat ini ia sudah terjun dari lantai 15 rumah sakit, atau dia tersangkut dibalkon, atau apa ia tidak tahu. Perlahan ia membuka matanya, cahaya yang cukup terang menginterupsi penglihatannya. Semakin lama semakin jelas. Semakin jelas, dan semakin jelas.
"Jinyoung-ah?"
Pria itu tersenyum.
"Apa aku sudah di Surga?"
Pria itu kembali tersenyum namun senyumannya lebih manis dan meneduhkan sekarang.
"Apa benar kau Jinyoungku?" tanyanya sambil menangkup wajah tampan malaikatnya.
Pria itu mengangguk.
"Ahh aku pasti sudah gila, bahkan aku melihat Jinyoung disini. Aku yakin aku belum mati, tapi kenapa aku melihatmu? Ahhh aku pasti sudah gila semenjak kau pergi"
Pria itu tersenyum. Ia merogoh sesuatu dari balik sakunya. Ia membuka kotak merah hati yang didalamnya sudah bertengger sebuah cincin emas putih dengan taburan berlian yang terlihat simpel tapi elegan.
"Ahh bahkan sekarang aku melihatnya melamarku. Hyuna-ah, kenapa kau segila ini" gadis itu menangis lagi.
"Kau memang gila" ucap lelaki itu.
Hyuna mengerutkan alisnya, "Kau bisa bicara? Ahh bahkan sekarang aku sedang bicara sendiri. Kenapa aku jadi gila seperti ini." Hyuna menangis sambil tertawa. Ia melihat pria itu sekali lagi, "Jika kau masih hidup, pasti aku sangat mau kau memakaikan cincin itu dijemariku. Aku pasti akan mengatakan iya jika kau melamarku, dan aku pasti akan bahagia bisa berdiri bersamamu dialtar"
KAMU SEDANG MEMBACA
A GOOSE DREAM ✔ [COMPLETED]
Fanfiction[PJY-KJS] Mimpi adalah sesuatu yang tak akan pernah kita lepas meskipun dikondisi sesulit apapun. Ini adalah cerita dimana semua mimpi terwujud. Bukan bagaimana mimpi itu menjadi nyata, tapi bagaimana membuat mimpi itu menjadi nyata. Impian, Sahabat...