Aldina Maaf

617 22 2
                                    

Keesokan hari nya

Mobil Aksel memasuki perkarangan rumah Aldina, ia ingin menjelaskan tentang kejadian tiga hari yang lalu. Aksel pun juga merasa bersalah karena telah berbohong tentang peristiwa lima tahun yang lalu.

Aldina juga marah kepada Clara karena sudah membohongi nya tentang Ayah nya.

Aksel memencet tombol bel yang berada di samping pintu. Beberapa menit kemudian Aksel menunggu dan pintu tersebut dibuka oleh seorang pelayan yang bekerja dirumah Aldina.

"Ada Aldina nya, Bi?" Tanya Aksel kepada pelayan yang di hadapan nya.

"Ada, silahkan masuk, Den" ucap nya sopan.

"Non Aldina ada di kamar nya, Den" kata Seorang pelayan yang bernama Bibi Ijah.

"Mari saya anterkan ke kamar Non Aldina" ucap nya memberi bantuan kepada Aksel.

"Tidak usah, Bi, terimakasih" ucap nya yang langsung menaiki anak tangga dan menuju ke kamar Aldina.

Tok...Tok...Tok...

Tanpa ba-bi-bu Aldina segera membuka pintu kamar nya dan mendapati Aksel yang sedang menatap nya.

Karena Aksel yang mengetuk pintu nya, Aldina segera masuk ke kamar nya dan mengunci pintu kamar nya, tetapi Aksel menarik tangan nya terlebih dahulu. Tenaga Aldina tidak kuat untuk menepis tangan Aksel yang menarik nya karena Aldina belum pulih 100%. Mau tak mau Aldina mengikuti Aksel dan masuk kedalam mobil nya.

Aldina hanya memakai kaos tidak berlengan dan celana levis sepaha yang ada sobekan seperti model.

"Apaansih ah lepasin gue" ucap nya sedikit memberontak tapi Aldina tak mampu membebaskan tangan nya yang di tarik Aksel. Aksel tak menggubris ucapan Aldina.

Mobil melaju dengan cepat dan hening yang mereka rasakan adalah hening. Beberapa menit kemudian Aksel mulai berbicara.

"Aldina maaf, aku ga bermaksud bohong ke kamu, Sayang" Mohon Aksel kepada pacar nya.

Aldina tidak menanggapi ucapan Aksel, Aldina hanya memikirkan satu kata, kecewa.

"Aldina, maafin aku ya? Aku gak bermksud ngebohongin kamu, aku ter--" ucap Aksel yang telah di potong oleh Aldina.

"Ga maksud ngebohongin apa? Hah? Ada ya seorang wanita yang sangat mencintai pacar nya dan dengan bego nya dia percaya apa yang di ucap kan oleh pacar nya itu benar. Tega seorang pacar yang ngebohongin wanita itu." Kata nya dengan tertawa sinin.

"Aku bisa jelasin sayang"

"Apa yang perlu lo jelasin? Semua nya udah jelas. Emang lo anggap gue ini apa?" Bentak Aldina. Aksel pun hanya diam tak berkutik karena Aksel tak tau ingin berkata apa.

"Dibohongin, setelah itu minta maaf? Gua gak segampang itu, Sel" sekarang Aldina tidak memanggil Aksel dengan sebutan 'kaka' jangan kan 'kaka', 'aku kamu' aja enggak.

"Sayang?" Panggil Aksel. "Lo gak bisa ngelakuin itu dengan seenak lo, dengan seenak nya lo lukai, dan setelah itu lo bakalan khilaf, dan kemudian lo lakuin lagi sampai seterusnya begitu, ini hati sel bukan mainan yang kalo udah rusak di buang"

Tess..

Kini air mata Aldina mulai membasahi pipi nya, kelopak mata nya tak bisa menampung air mata nya. Aldina menangis karena semua yang telah Aksel lakukan kepada Aldina.

"Al?" Panggil nya. Aldina tidak bisa mereda kan amarah nya, ia tak kuasa mengendalikan emosi nya.

Kini Aksel mulai menjatuhkan setetes air mata nya karena pelupuk mata nya sudah tak menampung air mata nya itu. Aksel mengingat, jika emosi Aldina mulai tak terkendali, hanya sebuah pelukan lah yang mampu mereda kan nya.

Aksel langsung memeluk nya, perasaan Aldina tidak keruan, ia seperti ingin memaafkan Aksel, Aldina juga tak bisa marah dengan pacar nya, itu karena emosi yang mengendalikan diri nya. Ketika Aksel memeluk nya, emosi Aldina mulai mereda dan semakin lama semakin hilang.

•••

Baca chapter selanjut nya guys!1!1!1!
XOXO

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang