9. Sania's Secret

56 10 2
                                    

"Ya, aku mulai menyukainya. Aku menyukai sahabatku."

-Sania Mendes

----------

Chapter 9

----------

Knock... knock... knock...

Aku sedang bersantai di kamarku. Tak lama aku mendengar pintu kamarku diketuk. Segeralah aku membukanya.

"Hey, Ni! Ada apa?" Tanyaku pada Niall. Ya, ternyata dia yang datang.

"Aku hanya ingin berbicara denganmu, aku-" Ucapan Niall terhenti karena aku memotong ucapannya.

Ya, aku tahu kenapa Niall datang. Dia pasti ingin mencurahkan isi hatinya. Dan tentu saja dia membutuhkan seseorang yang bisa mendengarkannya.

"Masuklah, Ni. Aku sudah tahu maksudmu." Ucapku seraya mempersilahkannya masuk.

Niall duduk di sofa kamarku. Akupun duduk di sebelahnya.

Belum sempat Niall berbicara, ibuku datang.

"Hey, kalian! Ini minuman dan makanan ringannya." Ucap ibuku sembari menyimpan nampan yang berisi orange juice serta blue berry cake.

"Thanks, Mommy." Ucapku.

"Yeah, thanks, Mom. Mom tahu saja kalau aku lapar, hehe." Ucap si perut karet, yap Nialler.

"Haha, iya iya. Yasudah, kalau begitu Mom ke bawah dulu." Ucap ibuku seraya keluar dari kamarku.

"Ini, minum dulu!" Ucapku seraya memberikan Niall orange juice tadi.

"Thanks, San!" Ucap Niall seraya mengambil orange juice dari tanganku.

"Jadi, bagaimana? Kau masih kuat melihat Amora bersama Troy?" Tanyaku.

Ku lihat Niall terdiam dan menundukkan kepalanya. Lalu dia tersenyum kecut.

"I'm strong enough." Ucapnya.

"Ayolah, aku tahu kau bohong!" Ucapku membantah ucapannya.

"Kalau pun itu bohong atau tidak, yang penting aku masih bisa melihat Amora. Melihat senyumnya, tawanya, dan mendengar suaranya. Dan aku masih bisa memandangnya walaupun dari kejauhan." Jelasnya seraya tersenyum kecut.

"Kau yakin masih ingin menunggu Amora? Kau tidak mencoba untuk melupakannya dan mencari yang lain?" Tanyaku.

Niall tersenyum lebar. "Tidak." Jawabnya sembari menggelengkan kepalanya.

"Tidak akan pernah aku menyerah untuk menunggunya. Dia terlalu berharga untuk di lepas. Walaupun dia belum menjadi milikku, tapi tetap dia adalah pemilik hati seorang Niall James Horan." Tambahnya.

"Niall, aku juga merasakan apa yang kau rasakan. Aku sangat faham. Kau tahu kan, aku juga sepertimu." Ucapku.

"Jadi, sampai sekarang kau juga masih mencintainya ya" Ucap Niall, entah itu pertanyaan atau pernyataan untukku.

PERFECT TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang