Malam itu adalah hari pertama tarawih. Setelah Rizky pulang dari rumah Syifa tadi dia langsung pergi tarawih di Mesjid dekat rumahnya. Dia merasa bersyukur sekali masih bisa dipertemukan dengan Ramadhan tahun ini. Banyak hal yang dia dapatkan dan patut sekali untuk di syukuri di tahun 2017 ini, seperti halnya rasa cinta yang baru saja dia miliki. Perasaannya itu adalah anugerah terindah yang diberikan Tuhan di tahun ini. Saat sedang menatap langit dari jendela kamarnya setelah tarawih, Rizky dikagetkan oleh bunyi handphonenya yang tergeletak di meja sebelahnya.
Verrell's calling
"Dimana ky?" Verrell memulai pembicaraan.
"Rumah bro, kenapa?" Rizky sambil tetap menatap langit. Dia melihat bulan yang malam itu bersinar terang, seolah menyinari semua orang yang sedang berbahagia menyambut Ramadhan tahun ini.
"Nyusul sini, anak-anak lagi main billyard, ajak aja temen-temen lo sekalian yang di deket rumah, biar rame." suara Verrell terdengar berisik sekali.
"Bukannya tarawih lu pada hahaha ntar ye gue coba ajakin dulu, gue nyusul deh tapi bentar lagi tanggung." Rizky memandang bulan penuh malam itu, seolah tidak akan melihat lagi. Apa Syifa sedang melihat bulan juga? Syifa lagi yang melintas di pikirannya. Ini tanggung yang di maksud kepada Verrell. Tanggung sedang memikirkan Syifa.
"Tanggung ngapain sih lu yailah, yaudah buruan ditungguin ya sama anak-anak." tanpa menunggu jawaban Rizky, Verrell menyudahi teleponnya.
Rizky bahkan tidak langsung bersiap-siap. Dia lanjut menatap langit. Sungguh indah bulan dan bintang di sekitar langit hitam malam itu.
Fero yang melihat Verrell sudah mengakhiri teleponnya bertanya, "dimana si Rizky?"
"Dirumah, iya ntar nyusul katanya." Verrell memasukkan hpnya ke dalam kantong.
"Rizky mau kesini rel? Ini si Dina minta kabarin kalo ada Rizky. Dia pas lagi diluar juga soalnya, mau langsung kesini kalo ada Rizky." Ranggaz menimpali Verrell sambil mengetik sesuatu di hpnya.
"Ohhh kalo ngga ada Rizky ngga kesini gitu kan? hahaha" Verrell bertanya sinis. Dia sebenarnya tidak terlalu suka dengan Ardina yang terlihat sekali mengejar-ngejar Rizky, karena sejujurnya dia memang pendukung berat hubungan Rizky dengan Syifa, bukan dengan Ardina. Dia hanya menghargai Ardina sebagai temannya. Karena sebagai teman, Ardina memang teman yang baik.
Berbeda dengan Ranggaz yang sepertinya sangat mendukung Ardina dengan Rizky. "Ya ngga gitu juga sih ini dia mumpung sekalian dijalan aja sih katanya." Dia terlihat membela Ardina.
Yang lain tidak begitu mempedulikan ada atau tidak adanya Ardina. Tidak sampai 10 menit, Ardina datang sendirian dan langsung mengambil tempat disebelah Ranggaz yang sedang meminum kopinya. "Where's my monkey?" Ardina sambil melihat buku menu.
"Who is your monkey?" Kali ini Jeje yang menjawab pertanyaan Ardina.
"You really know what I mean." Ardina menatap Jeje sedikit sinis.
"Hahahaha biasa aja kali din ngeliatin Jejenya. Tau kok kita siapa "monkey" nya elu." Fero meledek Ardina sambil tertawa melirik ke arah Verrell.
Verrell yang mengerti kode dari Fero hanya tersenyum sedikit lalu sibuk bermain lagi dengan Al.
"Verrell sama Fero kenapa dah? senyum-senyumnya gitu banget sama gue?" Ardina bertanya sedikit berbisik ke Ranggaz.
"Mereka kan pro Rizky sama si itu din, Verrell apalagi. Gue sih karna kenal elo ya gue dukung lo hahaha." Entah Ranggaz bercanda atau tidak, itu membuat Ardina merasa memiliki pendukung. Sejak pertemuan terakhir dengan Rizky waktu itu, dia tetap berhubungan dengan Rizky walaupun Rizky selalu menjawab dingin setiap chatnya, selalu menghindar ketika di telepon, dan hanya menyapa sekenanya kalau dia sedang datang kerumah Rizky untuk bertemu dengan Tante Ika dan Kak Ina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life? (Completed)
FanfictionFan fiction of Cut Syifa & Rizky Nazar. Don't take it seriously, just enjoy my works! 76 Parts ---