Syifa mendengar suara Verrell berbisik bisik, pasti dengan Rizky. "Kak?" Syifa memanggil lagi.
"Eh iya dek, nih nih Rizkynya bentar." Verrell lalu langsung memberikan hpnya kepada Rizky. Rizky mengambil hp Verrell sambil senyum-senyum karna mendengar bisik-bisik Verrell tadi.
"Iya Syif kangen banget emang ya?" Rizky tertawa kecil karena teman-temannya disana juga sudah mulai menggoda.
Syifa yang tidak bisa melihat wajah Rizky pada saat itu saja hatinya tak karuan, apalagi jika dia melihat langsung wajah Rizky saat berbicara seperti itu. "Apaan sih kak, kakak kan janji mau ngabarin aku jadi mau nyusulin Kak Verrell atau engga, nah aku tunggu-tungguin kok ngga ngabarin, khawatir aku." Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutnya.
Syifa tidak sadar bahwa kalimatnya barusan jelas-jelas lampu hijau buat Rizky. Disaat dia sedang galau dan bimbang untuk menyatakan perasaan dia yang sebenarnya kepada Syifa, Syifa justru memperlakukannya seperti mereka memang sudah berpacaran. Rizky cukup lama terdiam hingga akhirnya bicara cukup pelan sambil tertawa, "Emang kamu beneran khawatir banget?"
"Khawatir kak, aku takutnya kakak kenapa-kenapa di jalan kan, soalnya kakak udah bilang ngantuk makanya aku rada ngga setuju kakak mau nyusulin Kak Verrell tadi." Syifa berbicara serius karena dia tidak suka dikira sedang bercanda dan tidak serius dengan omongannya, padahal dia memang menunggu kabar Rizky.
"Ya ampun Syif, maaf ya, aku baru sampe juga ini. Emang udah niat kok mau ngabarin kamu." Rizky merasa bersalah mendengar suara Syifa yang tiba-tiba serius. Dia benar-benar menunggu kabarnya.
Syifa yang mendengar suara Rizky yang penuh penyesalan, tiba-tiba mendapat ide untuk mengerjai Rizky yang biasanya selalu Rizky yang melakukan hal itu, "Ya emang aku udah biasa sih diginiin sama kakak, lagian emang ngapain juga ya aku nungguin kabar kakak. Mendingan juga tidur daritadi, yang dipikirin sama sekali ngga peduli. Yaudah kak have fun ya. Bye."
Rizky kaget karena Syifa langsung mematikan teleponnya. Dia berulang kali melihat hp Verrell siapa tau hanya sinyal yang hilang, tapi tidak. Syifa benar-benar menyudahi teleponnya.
"Lah ngambek. Mampus gue." Rizky mengembalikan hp Verrell.
Verrell mengernyit melihat wajah Rizky saat itu yang mulai sibuk dengan hpnya, "kenapa ky?" Verrell menepuk bahu Rizky.
Rizky tersentak karena dia memang sedang melamun saat itu, "eh gapapa, Syifa ngambek gue bercandain terus daritadi. Gue kira dia suka diajak bercanda gitu, gataunya dia beneran khawatir sama gue." Sesal Rizky.
"Hahahaha sebenernya lo sama ade udah pacaran belom sih?" Verrell benar-benar merasa kali ini Rizky dan Syifa sudah tidak biasa lagi.
"Belom, lo tau sendiri gue mau nembak ngga berani, takut ditolak beneran gue, nanti malah chemistry gue sama dia ilang." Rizky sambil sibuk mengetik sesuatu di hpnya.
Verrell yakin Rizky sedang mengetik chat kepada Syifa karena dia terlihat berfikir sekali. "Tapi, kalo lo ngga tembak-tembak nih ya, cepat atau lambat ade bakalan ada yang deketin ky, toh elo berdua juga ngga akan selalu se-project kan? Iya sekarang, kan lama-lama orang bosen juga pasti butuh couple-couple yang lebih fresh."
Rizky diam sejenak lalu menatap Verrell yang sedari tadi lebih memilih duduk disebelahnya ketimbang bermain. Dia menghela nafas sebelum akhirnya menjawab, "Gue mau nembak dalam waktu dekat, cuma gue nunggu ketegasan sikapnya dia dulu deh. Puasa ini aja gue udah ada shoot TVM lagi, abis lebaran persis gue ada sinetron sama dia. Bener-bener bisa ancur chemistry gue sama dia kalo di tolak rell."
"Ketegasan sikap yang kaya gimana yang lo maksud? Ada juga elo yang ngga tegas. Kalo serius sama ade ngga usah deket-deket sama yang lain. Lo ngerti lah maksud gue." Verrell sedikit sewot karena dia sudah gemas sekali dengan sikap Rizky yang seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life? (Completed)
FanfictionFan fiction of Cut Syifa & Rizky Nazar. Don't take it seriously, just enjoy my works! 76 Parts ---