Part 42

11.9K 701 192
                                    

Terima kasih buat semua yang tetep nunggu cerita ini. Tapi aku mohon maaf jika tidak bisa janji untuk update setiap minggu lagi. Dikarenakan kesibukan pribadi yang sudah cukup menyita waktu, namun aku akan selalu usahakan update se-mampu aku. Jadi, mohon pengertiannya sekali lagi. Tidak lupa aku ingetin lagi kalo ini cuma fanfiction, jadi tidak semua yang ada dalam cerita ini begitu adanya. Yang bilang aku biang halu, thankyou loh. Itu alesan kenapa aku nulis fanfic bukan Biography.
I take that as a compliment .
:)

Syifa tidak bisa tidur malam itu, dia sangat mengkhawatirkan keadaan Rizky. Keadaan yang sama terjadi juga pada Rizky. Selain karena dia memang sakit, dia juga memikirkan apa yang terjadi pada dirinya dan Syifa tadi. Dia merasa sudah keterlaluan membiarkan Syifa dalam rasa khawatir tanpa menenangkannya.

Cut Syifa calling

Kak Ina yang sedang berbincang dengan mamanya dan Edo melirik layar hpnya dulu sebelum mengangkat telepon dari pacar adiknya itu.

"Halo Syif." Kak Ina menyapa ramah.

"Halo kak, gimana Kak Rizky? Udah minum obatnya belom?" Syifa to the point.

"Hmm nanti aku cek ya, kamu tidur dek ngga usah pusing mikirin, Rizky kan ada aku sama mama, kamu tenang aja." Kak Ina berusaha menenangkan Syifa

"Kak Ina, aku boleh minta tolong? Video call boleh ya, aku mau liat Kak Rizky. Soalnya aku chat Kak Rizky di read doang." Syifa terdengar menahan sesak saat menyebut chatnya hanya di read oleh adiknya.

"Oke matiin dulu ya." Kak Ina memutuskan teleponnya dan detik kemudian, Syifa sudah melakukan panggilan video.

Kak Ina melihat wajah sembab Syifa yang jelas sekali terlihat dia habis menangis merasa tidak enak. "Bentar ya dek, ini aku ke kamarnya." Kak Ina menaiki tangga rumahnya.

"Ky, ada telfon nih dari Syifa." Kak Ina mengetuk pintu kamar Rizky. Tidak ada jawaban. "Ky. Rizky." Kak Ina memanggil sekali lagi dan tetap tidak ada jawaban. Akhirnya dia memutuskan untuk membuka pintu kamar Rizky yang kebetulan tidak terkunci.

"Ky ini ada telfon dari Syifa. Nengok bentar kenapa sih." Kak Ina sudah kesal melihat sikap adiknya yang terus saja memunggunginya.

Rizky tetap diam dan tidak menjawab panggilan Kak Ina. Dia memilih untuk tidak mengeluarkan sepatah katapun.

"Udah Kak Ina ngga papa, di deketin ke Kak Rizky aja hpnya. Aku cuma mau ngomong aja kok." Tanpa menunggu lagi Kak Ina duduk di samping tempat tidur Rizky dan menunjukkan tubuh Rizky yang sudah memakai pakaian panjang lengkap. "Kak Ina itu Kak Rizky beneran sakit banget berarti kalo udah sampe pake celana panjang segala." Syifa berbicara lagi.

Kak Ina menghela nafas. "Iya emang sakit dek, tapi obatnya di geletakkin aja tuh ngga mau di minum."

"Oke, Kak Rizky terserah kakak mau marah sama aku, mau diemin aku kaya gimana juga terserah kakak. Tapi, tolong dengerin aku kali ini aja. Kakak minum obatnya ya itu. Kalo butuh yang anget minta tolong sama Kak Ina atau Tante Ika buat bikinin jahe ya. Atau nanti aku yang bilang. Kak Rizky, aku mohon pikirin diri kakak sendiri. Aku sayang sama Kak Rizky dan aku ngga mau kakak justru sibuk mikirin aku disaat kakak lagi kaya gini. Jadi ngga usah pikirin masalah tadi ya kak." Syifa berbicara panjang lebar dan tetap tidak membuat Rizky membalikkan badannya. Dan itu membuat Kak Ina semakin jengkel.

"Udah dek biarin aja ngga usah di perhatiin dari tadi semua orang dicuekkin. Heran. Adat kok jelek banget kaya gitu. Udah kamu ngga usah pikirin. Kamu tidur aja ini udah malem Syif. Tenang aja ada aku sama mama kok yaa." Kak Ina berbicara sambil berjalan keluar dari kamar Rizky. Baru beberapa langkah Kak Ina berjalan dari kamar Rizky, terdengar suara pintu dikunci. Kak Ina menghela nafas menyadari Rizky baru saja mengunci pintu kamarnya.

Life? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang