9. Judgment Separate

204 4 0
                                    

Jangan lupa vote dulu, baru baca..

Selamat Membaca ... 😊

Sindy dan alvina saling memandang dan bergelut dengan fikirannya masing-masing.

"Bu .. Ayah nggak pulang ke rumah nenek di kalimantan kan?" Tanya alvina dengan suara lemah. Yuli mengangkat bahunya dengan tidak peduli.

"I .. Ibu dan ayah lagi .. Berantem?" Tanya alvina dengan suara bergetar, takut respon ibunya yang tidak diduga-duga.

Hening. Yuli tidak menjawab pertanyaan frontal yang keluar dari mulut anaknya. Ingin rasanya alvina menangis saat ini juga, tapi ia berusa tegar menghadapinya. Sindy diam tidak berani angkat bicara.

"Kalian sudah selesai makan? Kalau gitu cepat ke kamar, belajar yang bener!" Pintah yuli ke alvina dan sindy. Yuli masih sinis melihat kedua remaja yang masih diam tidak beranjak pergi ke kamarnya.

"Masih punya telinga kan? Kenapa masih duduk disini?!" Ketus yuli menatap alvina dan sindy.

Alvina dan sindy saling memandang, lalu detik kemudian mereka beranjak mau menuju kamarnya.

"Tunggu!" Kata yuli mencegah alvina dan sindy berjalan.

"Alvina masuk kamar, sindy tetap disini. Ada yang mau tante omongin sama kamu" kata yuli masih sinis. Sindy dan alvina mengangguk. Lalu alvina bergegas menuju kamarnya.

"Ada apa tante?" Tanya sindy setelah duduk dengan perasaan bimbang.

Sebelum yuli menjawab, ia menoleh kanan, kiri, depan dan belakang memastikan tidak ada seseorang yang mendengar pembicaraannya dengan sindy. Terutama anaknya sendiri, alvina.

"Tante akan cerai sama om akbar!" Jawab yuli pelan tapi masih ada ketegasan.

Sindy diam dia tidak tau harus merespon jawabaan tantenya kaya gimana. Kalau saja adegan ini dibuat FTV, mungkin saat ini petir menyambar nyambar, hujan turun tiba-tiba lalu disusul angin kencang yang melanda sindy.

"Tente akan mengurusi surat cerai secepatnya. Tolong tenangkan alvina, hibur dia, kasih alasan kenapa orang tuanya harus bercerai. Karena hubungan ini nggak bisa dilanjutkan lagi" ucap yuli dengan mata yang sudah berkaca-kaca, tapi ia berusa tegar didepan sindy. Sindy membuang nafas lelah.

"Aku harus kasih alasan apa ke alvina tante?" Tanya sindy mati-matian menahan emosinya.

"Terserah! Alvina sangat menyayangimu, percaya sama kamu dan tante yakin .. Alvina akan menerima keputusan ini jika kamu ngasih alasan yang tepat dan bilang baik-baik" kata yuli sambil mengusap air matanya yang berhasil menetes.

"Ngasih alasan yang tepat? Bilang baik-baik ke alvina? Gimana?!" Tanya sindy kesal ke tantenya sendiri.

"Terserah kamu, alvina akan menerima keputusan ini asal kamu yang bilang! Harus kamu!" Sinis yuli tetap kekeh memaksa sindy.

"Oke" jawab sindy singkat sambil berdiri mengakhiri perbincanganya dengan yuli. Yuli menatap sindy dengan tatapan tidak bisa diartikan. Sindy membuang muka lalu berkata ..

"Jangan salahkan sindy kalau terjadi apa-apa sama alvina" sinis sindy lalu melangkah menuju kamarnya. Tapi langkahnya berhenti, karena yuli berhasil menahan lengan sindy.

"Apa maksud kamu?!" Tanya yuli masih memegang tangan sindy dengan kuat.

"Sindy nggak bermaksud apa-apa. Tante cuma harus tau aja, alvina itu anak yang pintar, lugu, pendiam, nggak banyak gaya, dia hanya butuh kasih sayang dirumah ini. Tante bisa bayangin sendirikan, kalau sampai alvina mendengar keputusan ini? Sindy hanya berfikir kehidupan alvina kedepannya kaya apa, jika orang tuanya kekeh untuk berpisah. Mungkin alvina .." Sindy sengaja tidak melanjutkan kalimatnya.

Menunggu Senja (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang