“Oh iya, sebelum kita pergi, gua tegasin satu hal sama loe. Kalau deren itu milik gua! Dan loe harus jahuin deren, oke?” Setelah itu sarah menamparku sebelum ia pergi dari hadapanku.Ketika aku berusaha bangkit, tiba-tiba dari belakang ada yang menyiramku hingga tubuhku basah kuyup sempurnah. Lalu suara tawa neta dan vivi terdengar dibelakangku, nggak salah lagi mereka berdua yang melakukannya.
“Itu kejutan terakhir dari gua dan neta, sayang?” Kata vivi dengan tawa yang sangat senang melihaku manderita dibully olehnya.
“Tunggu kejutan dari kita lagi ya? Bay jongos ..” Neta dan vivi kali ini benar-benar meninggalkan ku sandirian di toilet yang terkutuk ini.
-----------------------------------------------------
Pelajaran pertama satu jam yang lalu sudah dimulai. Tapi saat ini aku malah berada di rooftop menyendiri bahkan masih menangis mengingat kejadian di kantin yang begitu memilukan.
Mengapa orang yang begitu aku percaya dan aku cintai, bermain dibelakangku? Kenapa harus deren yang aku juluki sebagai penghianat?!
Ketika aku butuh keluarga yang bisa menghangatkan kehidupanku, keluarga itu malah ingin berpisah. Ketika satu satunya tujuan dan samangatku ada, dia malah pergi dan dengan gampangnya menghianati cinta tulusku. Dan saat ini titik semangatku yang tersisa hanyalah gadis lemah yang berjuang melewati masa komanya. Sindy Wulandari.
I'm only one call away
I'll be there to save the day
Superman got nothing on me
I'm only one call awaySuara tangisku berhenti ketika suara merdu Charlie Puth terdengar dari ponselku. “IBU”, nama tersebut muncul di layar ponselku. Aku membiarkan ponselku berdering tanpa berniat untuk mengangkat panggilan ibuku. Aku sudah muak dengan keluargaku.
Sudah 15 menit ibuku terus menelfonku, hingga terdapat 22 panggilan tak terjawab. Sebenarnya aku juga penasaran kenapa ibu sampai menelfonku berulang kali, ingin sekali aku menggeser tombol hijau. Tapi mau bagaimana lagi, hatiku sudah terlanjur sakit karena perceraian kedua orang tuaku. Mereka bahkan tidak pernah meminta ijin kepadaku.
Ponselku berdering lagi untuk ke-23 kalinya. Kali ini bukan nama ibu yang muncul di layar ponselku, tapi “KEVIN”. Aku sedikit kaget karena tiba-tiba kevin menelfonku, dengan berat hati aku menggeser tombol hijau.
“Assalamu’alaikum alvina .. Kamu dimana sekarang?” Suara khas laki-laki langsung muncul dari ponselku. Terdengar cemas seseorang diseberang sana.
“Wa’alaikumsalam .. Ada apa vin?” Suaraku lemah dan terdengar santai meskipun isak tangisku masih ada. Aku berusaha agar terdengar baik-baik saja.
“Alvina! Kamu dimana sekarang?!” Suara kevin mulai meninggi dan panik. Aku mengerutkan kening.
“Ada apa vin?” Tanyaku lagi tak membalas pertanyaan kevin. Diseberang sana terdengar kevin mandecak frustasi.
“Na, sekarang kamu ada dimana sih?! Kenapa kamu nggak masuk kelas? Kenapa kamu nggak ngangkat telfon dari ibumu?!” Suara kevin semakin panik bahkan ia sedikit membentak, dan terdengar kacau dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Senja (Selesai)
Teen Fiction"Aku jatuh cinta sama kamu sejak pertama kita bertemu" ucap kevin secepat kilat. Aku kaget untuk kedua kalinya. "Kev, gua .." "Aku nggak butuh jawabanmu!" Samber kevin memotong kalimatku. Wajahnya sangat serius dan mat...