Dan sial! Aku ketinggalan jejaknya. Apalah dayaku yang bertubuh kurus dan tak pernah berolah raga. Bukan hanya itu, kaca mataku sangat mengganggu ketika aku berlari mengejarnya.
Tetapi aku sangat familiar dengan postur tubuhnya. Apa lagi ketika mataku berpapasan dengannya, ya .. walupun hanya sedetik dan masih sedikit ragu. Tapi aku ingat cowok itu.
Boleh aku menyebutnya? Tentu! Cowok itu si brengsek ketua genk Daredevil, Alexander Marko.
---------------------------------------------------
[ALVINA POV]
Setelah deren sadar, aku langsung memanggil dokter untuk memeriksa deren. Dan sukurlah deren baik-baik saja kata dokternya. Deren meminum obat dari dokter tapi sebelumnya ia juga makan, walaupun ku paksa setengah mati. Ia sangat susah disuruh makan, kaya disuruh nikah aja. Eeeh.
“Puas?” Tanya deren tiba-tiba setelah meminum obat. Keningku berkerut.
“Nggak!” Jawabku ketus. Kemudian aku beranjak dari dudukku, tapi tangan deren berhasil menahan tanganku lebih dulu.
“Mau kemana?”
“Pulang! Lagian ngapain disini, kata dokter kamu udah baik-baik saja!” Ucapku sengaja ketus karena aku masih kesal sama deren. Kesal banget malah.
“Yakin aku baik-baik saja?” Deren mengangkat alisnya sebelah. Tuh kan, Rese!
“Situ nggak merasa bersalah apa?!”
“Situ nggak mau berterimakasih apa?!” Deren sengaja menirukan gaya bicaraku.
Ni anak kok bikin gemes sih?!
“Apa?!” Sahutku nggak nyambung.
“Lah, kok malah tanya apa?!”
“Aduh deren! Nggak usah bertele-tele dech!” Tuh kan aku mulai emosi.
“Aku mau kamu disini saja sampai orang tuaku dateng!” Pintahnya dengan tatapan mautnya. Sial! Mau bagaimanapun deren, deren ya tetap deren, nyebelin! Untung cinta.
Aku duduk kembali mengiyakan permintaan deren. Yup, kali ini mengalah lebih baik kayanya, dari pada berdebat dengan orang yang baru saja kepalanya kebentur. Nggak lucu! Hening, hanya suara detik jarum jam yang berbunyi. Kami berdua bergelut dengan fikiran masing-masing. Tak lama deren memecahkan keheningan.
“Yang aku bilang tadi itu .. Benar,” ucapnya tapi pandangannya tak melihatku.
“Emang tadi kamu bilang apa?”
“Aku cinta sama kamu. Aku nggak pernah berselingkuh--”
“Nggak usah dibahas!” Sahutku cepat. Moodku buruk seketika.
“Aku nggak pernah pacaran sama sarah! Dia cuma teman, nggak lebih,” lanjut deren lagi tanpa memperdulikan sahutanku.
“Ganti topik! Emang orang tuamu sudah sampai mana?” Tanyaku mengalihkan pembicaraan sekenaknya.
“Itu pun tadi masih ku anggap teman. Tapi setelah ini sarah bukan temanku lagi, aku siap bertaruh nyawa untuk keluar dari genk daredevil. Aku udah yakin, dan aku nggak peduli lagi sama marko, sarah dan anak daredevil lainnya,” deren masih kekeh membahasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Senja (Selesai)
Ficção Adolescente"Aku jatuh cinta sama kamu sejak pertama kita bertemu" ucap kevin secepat kilat. Aku kaget untuk kedua kalinya. "Kev, gua .." "Aku nggak butuh jawabanmu!" Samber kevin memotong kalimatku. Wajahnya sangat serius dan mat...