Jangan lupa tekan 🌟
Happy Reading..
“So, gua masih berarti buat loe,” Ucap sindy dengan tatapan yang bikin aku makin terpesona. Sial!
Untung aku nggak punya sayap. Coba kalau aku punya, dari tadi udah terbang sampai langit ke-tujuh aku. Nge-fly men..
“Loe aja masih ada dihati gua,” ucapku tanpa sadar. Tanganku langsung menutup mulutku cepat.
Duh, kelihatan bego aku. Dan resenya si sindy malah tertawa. Sial!
“Udah tau gua!” Sahut sindy yang masih senyum-senyum nggak jelas.
Lalu hening. Sindy masih bergelut dengan fikirannya, sedangkan aku masih sibuk menetralkan debaran jantungku yang tak menentu. Sekuat tenaga aku menyembunyikan kegugupanku didepan sindy. Jangan sampai aku salting.
“Kevin,” panggil sindy membuka percakapan pertama. Pandanganku teralih padanya, aku sempat bingung dengan ekspresinya yang saat ini ia tampilkan. Bisa dibilang .. Sedih.
“Udah hampir 2 bulan gua koma, tapi nggak ada tanda-tanda mau sadar juga” kata sindy barusan terasa mengetuk dihatiku. Kali ini aku menatapnya serius, gadis ini benar-benar bimbang sama kehidupannya saat ini.
“Bahkan gua sempat mikir, apa gua lagi tidur terus bangun dari mimpi buruk gua? Gua masih nggak percaya, kev. Gua benar-benar bingung, gua kesannya udah nggak nyata lagi. Pada mungkin ini udah takdir gua, ya?” Kata sindy masih dengan kesedihan, tapi ia terlihat masih bingung. Iya, belum percaya dengan apa yang telah menimpahnya.
“Loe ngomong apaan sih? Loe nggak usah bawa-bawa takdir, Allah udah ngatur takdir kita dengan baik. Meskipun takdir tak sesuai yang kita harapkan, itu semua pasti ada hikmanya. Loe harus yakin itu!” Jelasku yang kini mengubah posisi dudukku mendekat ke sindy.
“Bagus kalau loe menghadapi takdir dengan bijak seperti ini. Gua salut sama loe,” ucapnya sambil tersenyum, tapi dari senyumannya terlihat ada kesedihan yang mendalam.
“Sekarang gua yang bingung sama pembahasan loe?” Alisku menyatu.
“Nggak selamanya gua koma, kev. Nggak selamanya gua kaya gini. Dan nggak selamanya gua hidup di dunia, iya kan?” Ucapnya, “Bukan hanya gua, tapi semua makhluk yang ada di dunia ini bakal kembali, kev. Di dunia ini nggak ada yang abadi!”
“Loe ngomong apaan sih?!” Kali ini bicaraku bernada kesal.
“Gua tau, suatu hari nanti gua akan terbangun dan melewati masa koma gua. Tapi saat itu, pilihannya hanya dua, kev. Gua terbangun dan bisa hidup kembali, atau .. Gua bangun hanya untuk menyampaikan pesan atau salam terakhir gua,” sindy menghelah nafasnya berat. Lalu ia melanjutkan kalimatnya.
“Setidaknya gua minta maaf ke tante yuli, om akbar, alvina, sama loe, teman-teman--”
“SINDY CUKUP!” Teriakku menghentikan ucapan sindy yang terasa kami hendak berpisah selama-lamanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Senja (Selesai)
Teen Fiction"Aku jatuh cinta sama kamu sejak pertama kita bertemu" ucap kevin secepat kilat. Aku kaget untuk kedua kalinya. "Kev, gua .." "Aku nggak butuh jawabanmu!" Samber kevin memotong kalimatku. Wajahnya sangat serius dan mat...