[AUTOR POV]
Gadis berkerudung merah mudah itu sedang sibuk dengan ponselnya. Hampir setengah jam ia menelfon seseorang yang menurutnya penting, tapi seseorang itu tidak mengangkat panggilannya. Selalu saja yang menjawab suara mbak-mbak operator yang menyatakan kalau pemilik ponsel tersebut tidak aktif.
Gadis itu bersandar di kursi tunggu, ia sangat lelah seharian ini. Walaupun ia hanya duduk dan menangisi keadaan sepupunya yang sedang berjuang hidup, tapi ia sangatlah lelah. Dalam hati ia selalu berdo’a untuk sepupunya tersebut, sindy.
Tak lama ponselnya berdering, dengan antusias ia langsung menggeser tombol hijau tanpa melihat siapa yang sedang menelfonnya.
“Hallo deren! Kamu kemana aja sih, aku ud--”
“Assalamu’alaikum alvina.. Jangan terlalu mikirin deren, mungkin ia lagi sibuk? Positif tingking aja ya?”
Cowok diseberang sana bukan pemilik suara yang alvina maksut. Iya, cowok itu bukan deren. Lalu ia menjauhkan ponselnya dan melihat siapa yang menelfonnya.
“Loh, kevin? Maaf-maaf kev, aku tadi--” lagi lagi kevin memotong kalimat alvina.
“Jawab dulu salam aku, alvina..” Alvina menepuk jidatnya.
“Oh iya, wa’alaikum salam.. Maaf kev, aku panik banget!” Ucap alvina sambil menyengir mencoba tidak panik, tapi tetap aja tidak bisa.
“Gimana keadaannya sindy, na? Sudah sadar?” Tanya kevin tenang. Alvina membuang nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan kevin.
“Hmm.. Belum kev, tidak ada tanda-tanda kalau sindy bakal bangun dari komanya,” jawab alvina dengan suara lirih, bahkan sekarang air matanya sudah berkumpul handak menetes.
“Sabar na.. Sindy bakal sehat kembali kok. Kamu banyak-banyak berdo’a aja biar sindy cepat bangun dari komanya. Kamu jangan panik atau cemas lagi ya?” Kevin memberi nasihat diseberang sana.
Alvina mengangguk sambil tersenyum, ia yakin kalau nanti sepupunya tersebut bisa sehat lagi dan bersekolah bersamanya.
“Iya, aku akan selalu berdo’a kepada Allah agar sindy cepat sadar kev,” air mata alvina menetes perlahan-lahan, tapi tangan alvina segera menghapusnya. Ia harus kuat.
“Oh iya, kamu jangan terlalu mikirin deren. Mungkin deren lagi sibuk atau mungkin dia lagi--”
“Enggak kevin! Udah dua puluh lebih aku telfon dia, tapi hp-nya masih aja tidak aktif! Aku juga udah sms, bbm, wa. Tapi tetap aja nggak ada tanda-tanda kemunculan deren! Aku capek kev, sebenaranya dia ada dimana sih? Apa deren nggak peduli sama aku lagi?!” Kali ini alvina yang memotong kalimat kevin dengan suara berapi-api. Ia sangat marah dengan kekasihnya sandiri, deren.
“Aku kan udah bilang .. Positif tingkin aja na, jangan terlalu mengambil kesimpulan gitu donk! Deren sangat mencintaimu na, dia sangat peduli sama kamu.. Jadi jangan berfikir negatif dulu ya?”
“Tapi kev, aku capek loh! Aku yakin pasti deren la--”
“Na udah! Saat ini kamu masih panik, jadi jangan ngambil keputusan tanpa bukti dulu. Ingat na, penyesalan selalu datang akhir. Ingat itu! Sekarang kamu tenang ya?” Ucap kevin menyudahi perdebatannya dengan alvina.

KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Senja (Selesai)
Teen Fiction"Aku jatuh cinta sama kamu sejak pertama kita bertemu" ucap kevin secepat kilat. Aku kaget untuk kedua kalinya. "Kev, gua .." "Aku nggak butuh jawabanmu!" Samber kevin memotong kalimatku. Wajahnya sangat serius dan mat...