“Aku tau kamu masih belum menerima takdir! Aku nggak bisa percaya sama kamu, sin,” ucap kevin masih ngeyel kalau aku sudah meninggal.
“Kev, gua koma! Gua masih hidup! Loe harus percaya itu!” Aku sengaja menekan kata perkata yang ku lontarkan ke kevin. Kevin tertegun sesaat, ia menerjemahkan ucapanku di otaknya.
“Nggak mungkin, sin! Bagaimana aku bisa per--”
“KALAU KAMU MASIH NGGAK PERCAYA, CEK DIRUMAH SAKIT! SEKARANG!” Bentakku untuk kesekian kalinya. Dan itu sukses membuat kevin berfikir dan akhirnya ia bergegas menuju rumah sakit.
---------------------------------------------------
[AUTOR POV]
Pintu UGD terbuka, melihatkan dokter dan beberapa susternya keluar dari ruangan rawat deren dan alvina. Yulia, akbar, dan beberapa gurunya alvina langsung berdiri mandekati dokter tersebut.
“Bagimana keadaan anak saya dok?” Tanya yuli panik. Akbar mengelus pundaknya memberi ketenangan.
“Anak ibu baik-baik saja, hanya terdapat luka ringan dikening sama pergelangan tangannya. Hari ini dia bisa pulang,” ucap dokter dengan senyum bahagiannya. Lalu disambut lega oleh yuli, akbar dan guru-guru alvina.
“Kalau deren kondisinya gimana, dok?” Tanya pak agus.
“Dia masih pingsan, mungkin sebentar lagi dia sadar. Dia mengalami benturan lumayan keras dikepalanya. Tapi tenang saja, itu tidak berakibat fatal. Tapi untuk beberapa hari ia perlu dirawat,” jelas dokter tersebut panjang lebar. Lalu ia pamit pergi.
Yuli dan akbar langsung memasuki ruangan UGD. Sedangkan para guru masih diluar menanti kedatangan orang tua deren yang masih dalam perjalanan.
Yuli tersentak kaget melihat putrinya berbaring dengan tatapan kosong. Ia mengingat kembali penjelasan dari gurunya alvina, kalau anaknya mencoba untuk bunuh diri. Ralat, sudah bunuh diri tapi tidak berhasil.
Hatinya sangat sakit bagai tertusuk ribuan jarum. Ternyata yang ditakutkan akhir-akhir ini telah terjadi, yang diucapkan sindy dulu benar terbukti.
“Mungkin alvina bakal stres, nggak fokus sokolah dan impiannya bakal buyar! Atau yang lebih buruk lagi .. Alvina bisa nekat, dan akhirnya .. Bunuh diri!”
“Tapi tante yuli tenang aja, alvina tidak akan bertindak bodoh sampai-sampai nekat mau bunuh diri. Tapi sindy juga tidak bisa menjamin itu, ya nggak tau kan kalau alvina .. Imannya nggak kuat. Kemungkinan hal itu bisa terjadi!”
Kata-kata sindy yang dulu seperti mengaung-ngaung ditelinganya. Benar kata orang, penyesalan pasti ada dibelang. Kali ini ia benar-benar menyesal.
“Alvina..” Panggil yuli yang kini sudah duduk disamping ranjang putrinya. Diikuti oleh akbar yang sekarang ada dibelakang yuli.
Alvina tidak merespon!
“Maafkan ibu nak.. Ibu janji bakal nurutin semua keingin kamu. Maafkan ibu..” Yuli mengeluarkan air matanya sambil terus menatap sandu putrinya. Kini alvina menatap ibu dan ayahnya bergantian dengan tatapan tak bisa dijabarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Senja (Selesai)
Teen Fiction"Aku jatuh cinta sama kamu sejak pertama kita bertemu" ucap kevin secepat kilat. Aku kaget untuk kedua kalinya. "Kev, gua .." "Aku nggak butuh jawabanmu!" Samber kevin memotong kalimatku. Wajahnya sangat serius dan mat...