10. Flashback

178 3 2
                                    

Jangan lupa vote dulu, baru baca..

Selamat Membaca ... 😊

"Jangan mencoba mengganti topik lain. Ngerti?!" Kali ini aku sedikit ketus.

Kevin menggeleng dengan terkekeh.

"Mau nyoba jatuh dari rooftop sekarang?!" Suaraku meninggi sambil melotot ke kevin. Kevin menggeleng lalu nyengir sambil jarinya membentuk 'peace'. Hening lagi. Kenapa kevin nggak cerita-cerita sih?

"Oke, aku bakal cerita" ucap kevin tiba-tiba.

Udah kaya ada ikatan batin antara aku sama kevin. Eh, apa kevin punya mata bantin? Eh, dia itu anak indigo ada anak yang punya indra ke-enam sih?

"Aku tu punya indra ke-enam sin .. Wajar kan kalau aku tau dikit tentangmu, meskipun kamu nggak pernah cerita sama aku. Masa kamu lupa apa kata mamaku dulu?" Jelas kevin. Aku hanya mengiyakan kevin, yang sebenarnya aku lupa kalau kevin punya indra ke-enam.

"Aku cuma ngerasa kalau dulu kamu sama dia baik-baik saja, emang iya? Terus kenapa jadi kaya gini?" Tanya kevin bingung.

"Iya bener kev, dulu aku sama dia itu .. Baik-baik saja. Dia teman smpku. Tapi setelah kejadian itu .. Semua berubah!" Kataku pelan.

Kevin mendekat lalu memegang pundakku, memberikan ketenangan untukku. Aku menatap kevin sekilas lalu berusaha tegar dengan melihatkan senyum manisku ke kevin. Membuang nafas agar bebanku sedikit mengurang. Dan barulah aku menceritakan tentang kejadian itu. Hari terakhir Masa Orientasi Siswa (MOS).

[Flashback On]

Lagi-lagi kelompokku dihukum. Ya, aku dkk disuruh mengambil sampah yang ada dilapangan futsal. Lapangannya kotor banget, mengingat kemarin dipakai buat tanding sama sekolah lain. Ya kaya semacam turnamen gitu.

Bukan sok cantik atau apa ya .. Sumpah dari tadi kepalaku pusing banget, dan aku baru ingat kalau aku belum sarapan. Dan sekarang udah hampir jam sebelas. Udah siang.

Panasnya matahari saat ini aku kasih bintang lima deh. Panas banget men. Ya meskipun lebih panas ketika melihat gebetan udah punya pacar si? Panas luar dalam itu mah. Panas Hati!

Aku mencoba kuat, bentar lagi juga udah istirahat. Tapi lama-lama perutku kok perih juga ya? Aduh kepalaku yang pusing aja belum kelar, eh malah nambah sakit perut.

"Sin, loe sakit ya? Muka loe pucet banget?" Tanya teman sekelompokku penuh kawatir. Namanya ira. Aku hanya menggeleng, ira mendekat lalu menyentuh keningku yang panas.

"Panas banget loe sin? Loe belum makan ya?" Aku menjawab dengan anggukan pelan. Rasanya mau ngomong aja susah, terus lama-lama jadi lemes.

Lalu kakak osis yang jadi pendamping kelompokku mendekatiku dan ira. Dia berjalan dengan gagahnya.

"Ada apa ini?" Tanya dia kalem.

"Temanku sakit kak, dia dari pagi belum makan sama sekali. Pucat banget nih .." Jawab ira cemas. Aku cuma mengelengkan kepala.

"Kamu kalau nggak kuat, di UKS aja" kata senior yang ada didepanku ini. Lagi-lagi aku menggeleng, berusaha menjawab.

"Sa .. Saya masih .. Ku .. Kuat .."

BRUK!!

Pusing, perut perih, lemes dan akhirnya aku jatuh dan semua gelap. Samar-samar aku masih mendengar ira yang burusaha menyuruhku bangun dan kakak seniorku yang panik memanggil anggota PMR. Lalu detik berikutnya aku benar-benar pingsan.

Menunggu Senja (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang