Jangan lupa vote dulu, baru baca..
Selamat Membaca ... 😊“Saya akan mando’akan semoga nak sindy cepat sadar dari komanya, dan bisa sehat kembali..”
“Amin.. Semoga sindy secepatnya bisa sadar dari komanya,” ucap yuli sangat berharap keponakannya sadar.
Bapak tersebut sempat melihat sindy dari kaca ruangan. Ia ikut merasakan kesedihan yang dirasakan yuli dan anaknya sebagai keluarga korban. Lalu tak lama yuli berkata lagi padanya, lebih tepatnya bertanya.
“Apa bapak tau orang bersepeda motor yang telah menabrak sindy?”
Bapak tersebut gelagapan mau menjawabnya. Ia bingung, tapi ia harus merusaha tenang didepan yuli. Jangan sampai mencurigakan.
“Hem .. Saya tidak tau. Soalnya orang itu habis nabrak nak sindy .. Langsung kabur gitu aja,” jawab bapak itu akhirnya.
“Bapak tidak melihat ciri-ciri orangnya kaya apa? Atau enggak.. Sepedanya kaya apa, atau plat nomernya, bapak tau?” Tanya yuli antusias, ia ingin sekali bapak ini memberikan informasi yang menabrak sindy meskipun hanya sedikit.
“Maaf.. Saya tidak tau. Karena saat itu saya begitu kaget dan langsung membawa sindy ke rumah sakit. Bahkan sampai paniknya, saya tidak kepikiran lagi sama sepeda motor yang menyebabkan sindy koma kaya gini. Sekali lagi saya minta maaf..” Lagi-lagi bapak itu merasa bersalah.
“Iya pak, nggak pa-pa..” Yuli tidak berniat untuk bertanyanya lagi. Saat ini yang memenuhi dikepalanya cuma keponakan dan anaknya saja.
Selesai sholat subuh, bapak supir tersebut pamit untuk pulang karena ia masih ada pekerjaan.
Sebagai jaminan ia sudah memberi uang, ktp, no telfon dan alamat rumahnya. Lagi pula yuli sudah percaya sama bapak tersebut. Dari wajahnya saja bapak itu orang baik-baik, buktinya dia sudah berani untuk bertanggung jawab kepada sindy. Tanpa keberatan yuli mengijinkannya.
Kini yuli dan alvina masuk ke ruangan sindy dengan pelan-pelan. Iya, alvina sudah sadar sebelum sholat shubuh tadi. Belum sempat alvina mandekat ke tubuhnya sindy yang penuh perban dan alat medis, ia sudah tak kuat dan lari keluar dari ruangan sindy.
Yuli sempat kaget melihat reaksi anaknya setelah melihat keadaan sindy yang mengenaskan. Tapi yuli tetap mandekat bahkan menyentuh tangan sindy yang diinfus dengan hati-hati.
Sedangkan alvina berada diluar ruangan menangis sampai terisak. Ia tak kuat melihat sepupunya sandiri terbaring lemah, tubuhnya penuh perban dan alat medis yang membantu sindy bertahan hidup.
Setelah berlama-lama menangis, sindy berhenti karena ia melupakan sesuatu. Ia baru ingat kalau hari ini ulang tahunnya sindy dan itu artinya rencana memberi kejutan untuk sindy gagal. Ia merogo saku celananya lalu dengan cepat mengeluarkan ponselnya. Ia seperti memencet tombol hijau untuk menghubungi seseorang.
Tut.. Tut.. Tut..
“Hallo? Assalamu’alaikum..” Suara khas cowok diseberang sana telah mengangkat panggilan dari alvina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Senja (Selesai)
Teen Fiction"Aku jatuh cinta sama kamu sejak pertama kita bertemu" ucap kevin secepat kilat. Aku kaget untuk kedua kalinya. "Kev, gua .." "Aku nggak butuh jawabanmu!" Samber kevin memotong kalimatku. Wajahnya sangat serius dan mat...