Pt.1| Mini Chapter 13 : Mask

2.2K 276 69
                                    

"Raizel kenal orang itu?" Martin menunjuk ke segerombolan anak basket yang sedang tidak pakai baju basket itu di meja kantin fakultas teknik, beberapa meter di seberang kami.

"Yang mana? Yang kulitnya super bersih itu atau yang kumal di sebelahnya?"

Martin menarik kepalanya ke belakang dengan wajah 'you sure, bro?' miliknya. "Kalau aku jadi Raizel, aku akan berpikir dua kali untuk bilang begitu."

"Oh, jadi kau kenal Daryl?"

"Well, siapa yang tidak kenal dia disini. Dia itu member basket paling handal dan dihormati fakultas ini."

Giliranku mengernyitkan dahi. "You're not kidding, right?"

Laki-laki blasteran di sebelahku ini tak menggubris kalimat terakhirku, langsung melambaikan tangan dengan bebasnya ke udara. Menyapa seseorang lain dalam kumpulan itu yang juga membalas lambaian tangannya.

Sementara Martin berjalan lalu duduk di sebelah orang yang ditujunya itu, bisa kurasakan tatapan Daryl yang menusuk. Seolah menghina keberadaanku di fakultas teknik. Menghakimi seolah aku seharusnya tidak berada disini siang ini. "Kau tersesat ya, princess?"

Aku hanya menelan ludah, menghentikan langkah dan berbalik padanya. "Bukan urusanmu!"

"Acieeee... princess marah..." gerombolan anak basket itu mengejekku. Membuatku jengah ada disini. Mukaku pasti sudah merah seperti udang rebus sekarang.

"Ini Raizel, lawan mainku. Kalian sudah kenal, kan?" Martin membuka percakapan. Hanya Kevin yang tersenyum manis padaku, lainnya hanya cuek atau bilang 'Oh' besar-besar, meremehkan. Mereka itu seperti gangster saja. Huh...

"Hi, aku Kevin. Martin ini adikku." adik? Pantas saja mereka mirip. "Dia Daryl, kapten basket, si keriting sombong itu Rogan, si pecicilan yang mengejekmu tadi itu Devan dan pendiam berambut merah di sebelahku ini Sadha."

"Obviously, aku yang paling tampan disini, Daryl jarang mandi, Kevin terlalu lembek, Devan cuma badut dan Sadha itu gagap. Aku paling sempurna, bukan?" Rogan menaik-naikan satu alisnya. Tersenyum asimetris membanggakan dirinya.

"Halaaah, tampan tapi burungnya kecil! Ahahaha!" Balas Devan. Lainnya hanya tertawa saat Rogan terlihat marah dengan alis menukik.

"Oy! Punyamu juga kecil, ya! Awas kau!" Rogan mengepalkan tangan di udara pura-pura meninju.

"Raizel itu tetanggaku. Jangan ganggu dia... Sekali saja kau bully dia, kau akan berurusan denganku!" Daryl menyambar, entah angin apa yang membuatnya mendadak membelaku seperti itu.

"Kalau kau" Daryl menunjuk muka Devan. "Mempelorotkan celana, menguncinya di gudang atau menjahilinya sekali saja... Awas saja kau!" Daryl lalu kembali ke wajah datarnya yang dingin.

"Wah, spesial sekali kau. Jarang-jarang kapten membela orang terang-terangan seperti ini. Jangan-jangan kaliaaaan..."

"Uhuk-uhuk!" Rogan ikut iseng, pura-pura batuk dan mengejek.

Kevin hanya tersenyum kecil, sementara Sadha menatapku iba... seperti ingin bicara padaku namun tak bisa. Lalu, laki-laki yang sebenarnya berwajah manis itu pelan-pelan mengalihkan pandangan ke jendela. Sangat sopan dan lugu. Aku hanya tersenyum melihat Sadha yang terkesan paling innocent dari yang lainnya.

"Daryl disini berbeda dengan yang di rumah, kan? Ada pedas-pedasnya gitu... Hahaha!" Kali ini Kevin dan Martin yang tertawa, seolah berkomplot satu sama lain.

"Iya... berbeda sekali. Di kampus ia tak pernah mengajakku bicara. Aku berpapasan dengannya pun dia hanya diam. Apa dia seperti itu hanya padaku?"

"Semua orang. Aku seperti ini pada semua orang." tembak Daryl.

Twisted (BL Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang