Pt.2| Mini Chapter 9 : Slumber Party

1.4K 180 97
                                    

Warning : This mini chapter might be a little bit longer than usual. Serve yourself a cup of tea, have some popcorns and sodas coz we're about to join their slumber party the whole night.

--❉--

Nyaris tiga minggu berlalu sejak aku bertemu dengan Vanessa dan Minjung. Waktu itu hari Senin, tanggal 6 Maret. Sekarang sudah tanggal 24 Maret. Hwa... aku bersyukur hari-hari yang menyiksa itu akhirnya berlalu juga...

Sebenarnya tak banyak yang terjadi, mengingat aku dan seantero kampus sibuk dengan Ujian Tengah Semester yang berlangsung dari tanggal 13 hingga hari ini. Dalam nyaris tiga minggu itu, aku merasa kalau hidupku jadi sangat-sangat normal. Tidak ada masalah, tidak galau, tidak buruk dan juga tidak overly  indah. Untuk sesaat aku akhirnya merasakan hidup dalam mode auto-pilot dan menjadi mahasiswa seutuhnya. Maksudku... benar-benar belajar dan membaca buku dengan telaten itu sama sekali bukan aku di hari-hari biasa.

Well, sisi baiknya aku tidak terlalu larut dalam drama dan intrik hidupku sendiri. Tidak ada masalah dengan Daryl, Fabian atau Martin.

Daryl memang sempat marah karena akhirnya aku memutuskan untuk memakai semua pemberian dari Martin, which is terpaksa kulakukan karena titah mama dan karena Martin nyaris mengamuk saat aku bilang ingin menjualnya pemberiannya. Tapi setelahnya, Daryl baik-baik saja. Selama tiga minggu itu, ia rajin mengingatkanku untuk belajar. Sesekali mengantarku ke kampus kalau jadwal ujiannya sama. Intensitas pertemuanku dengannya memang tidak terlalu sering, tapi ia masih sering menarikku ke mobilnya untuk sekedar cium atau peluk kalau  rindu.

Kalau Fabian... ia memang pernah bilang akan menyentuhku kalau perasaannya membuncah. Tapi nyatanya tidak. Ia menghormati hubunganku dengan Daryl. Kembali bersikap seperti sahabatku di rumah. Meski terkadang aku bisa merasakan kalau ia sering bertingkah dingin kalau aku sudah ketemuan dengan Daryl. Tapi tak apa... we're fine.

Lalu kalau Martin... tiga minggu belakangan ini ia rajin menanyai apa saja yang kupakai setiap harinya. Ia menanyakan apa toner yang kupakai, foundation mana yang cocok untuk kulitku, pakaian mana yang paling kusuka. Intinya ia menanyakan apakah aku benar menggunakan pemberiannya atau tidak. Martin bilang, aku baru boleh memberikan produk-produk yang tidak kusukai pada orang lain dengan syarat aku sudah pernah mencoba semuanya. Which is sucks coz it takes forever for me to try them all since i only have one face.

Agak risih sih sebenarnya, tapi anak itu akan cemberut seharian kalau aku tidak memberi penjelasan menyeluruh tentang alasanku memakai produk ini dan itu. Itulah mengapa aku sengaja mengirim rincian tentang apa saja yang kupakai setiap harinya lewat chat.  Semata-mata kulakukan agar aku tidak perlu banyak bicara padanya sesampainya di kelas.

Oh iya, grup penuntut yang ingin merusak hidup Randi juga sudah lama tidak ada kabar. Biasanya mereka mengirimiku update lewat aplikasi chat. Rasanya sudah lama sekali tidak melihat ruang chat  grup itu aktif lagi. Sepertinya mereka juga terhisap rutinitas masing-masing karena ujian.

And now.... here i am... beres-beres kamar, menggelar karpet bulu dan kasur angin karena Vanessa dan Minjung mengadakan pesta piyama dadakan di rumahku. Martin dan Daryl juga diundang. Fabian otomatis harus ikut campur beres-beres kamar karena buku-bukunya berantakan, bertumpukkan di lantai kamarku.

"Mereka datang jam 7, lho. Kau sudah membeli makanan kecil? Snack yang kubeli kau simpan dimana? Jadi masak makanan berat atau tidak?" cecarku dengan banyak pertanyaan sekaligus ke Fabian yang sedang mengangkut kardus bukunya ke luar kamarku.

"Tenang saja, ini masih pukul 5 sore." datarnya, bersama senyum khasnya. Rambut Fabian yang mulai gondrong menutupi dahinya saat ia bergerak ke lantai bawah.

Twisted (BL Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang