Jum'at, 03 Maret 2017
Aku sudah menceritakan semuanya pada Raizel. Tentang malam itu... aku tak ingin membahasnya lagi. Terlalu menyakitkan. Aku bersyukur Raizel mengerti dan percaya padaku. Tapi aku merasa bersalah pada Daryl. Aku mengkhawatirkan hubungannya dengan Raizel. Bagaimanapun keduanya sahabatku, aku tidak bisa menyakiti salah satunya.
Tentang bolosku dan Raizel hari Kamis kemarin diketahui tante Tyara lewat Martin.
Martin menelepon langsung tante Tyara dan bertanya kenapa Raizel tidak datang ke kelas.
Aku sendiri tidak tahu kalau mereka mulai saling mengabari. Tante jadi sering menyebut nama Martin sejak promosi jabatannya. Bahkan dalam marahnya padaku dan Raizel tadi petang, tante masih menyebut-nyebut nama Martin. Raizel sendiri kelihatannya tidak terlalu senang dengan hal itu. Apalagi aku.
Raizel membuat hatiku berat. Aku tahu dia mengasihaniku. Memperdulikan perasaanku. Tapi tingkahnya itu malah membuatku sakit. Dia memutuskan untuk tidak menikmati pemberian dari Martin dan menyimpan kembali semua barang-barang dari Martin, katanya karenaku. Membuatku merasa bersalah saja.
Sabtu, 04 Maret 2017
Raizel pergi jalan-jalan pagi dengan Daryl. Tidak seperti minggu-minggu yang lalu. Tante Tyara tidak memperlakukan Daryl sebaik sebelumnya. Daryl ditanggapi dingin. Firasatku berkata kalau ini ada hubungannya dengan Martin. Karena terbukti dengan jelas di depan mataku, kalau tante Tyara begitu memuja Martin.
Kedatangan Martin sore tadi membuat heboh satu rumah. Belum cukup dengan kotak besar pemberiannya, sialan itu membelikan Raizel, tante dan Boy pakaian-pakaian yang harganya 'gila' untukku. Mungkin untuknya hanya seharga semangkuk makanan mahal di hotel. Bagiku, itu melebihi apapun yang bisa kuberikan pada Raizel selama ini.
Lalu Raizel menolak. Di tengah sorak sorai tante Tyara dan Boy yang berterimakasih dengan sangat, Raizel mengutarakan penolakannya dengan lantang.
Tapi aksinya itu hanya sebentar. Tas-tas kertas bermerek itu mendarat di lantai kamar Raizel dengan selamat. Tanpa sedikitpun goresan dari tangan Raizel yang enggan mencobanya.
Lalu seperti kemarin. Tante Tyara berkhotbah. Memaksa Raizel menerima begitu saja semua pemberian Martin. Mengatai Raizel tidak tahu terimakasih.
Ini semua hanya karena Martin anak pemilik perusahaan.
Seandainya aku ada di posisinya.
-|❉|-
"Hwaaaa..." Boy berlarian di ruang tamu. Mengenakan topi empuk tebal dari Martin. "Nana Ba... Nana Ba nana..."
"Aku muak melihat topi Minion itu di kepalanya..." kecut Daryl. "Kalau cuma topi seperti itu sih aku juga bisa beli."
Raizel tersenyum, menertawakan Daryl yang terlihat menyedihkan. "Setelah kuhitung, total semua pemberiannya nyaris 25 juta. Skincare darinya yang merek Korea itu, History Of Whoo saja satu set-nya saja nyaris 2 hingga 3 juta rupiah, dan dia membelikanku 3 set dengan varian berbeda. Makeup dan lainnya, mencapai 8 jutaan, termasuk NARS, Tarte, Lancome dan beberapa produk drugstore low-end lainnya. Baju mama, bajuku dan Boy nyaris 7 juta rupiah . Hebat, kan? Ini seperti mimpi saja..."
Daryl mengernyih sakit ke arah Raizel, "Jizz... kau senang dengan pemberiannya? Silahkan! Kalau kau mengenakan pemberiannya. Jangan harap besok-besok aku sudi menciummu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted (BL Novel)
RomanceJika kau menginginkannya, apa kau mau berjuang untuknya? -Raizel- Novel Debut : 20 Agustus 2017