(Fabian)
Aku terbangun di sebelah Raizel. Rambutnya berantakan di atas bantal satinnya. Kedua mataku terus tertancap padanya. Enggan melepasnya sejak tadi.
Seingatku, sudah kucoba untuk berpakaian dengan lengkap semalam. Tapi sepertinya gagal. Karena tubuhku masih dibalut handuk kimono milik Raizel.
Semoga ia tidak marah saat melihatku mengenakan ini. Ini handuk kesukaannya. Salahku yang salah ambil handuk waktu mandi semalam.
"Uhm..." Raizel menggeliat di atas kasur, mengucek kedua matanya yang masih berkabut. Menarik secuil handuk yang kukenakan. "Handuk punyaku kan, Fab..."
Tatapan kematiannya itu menghenyakkan. "Maaf..."
"Tak apa... aku masih punya cadangan..." ringannya, kemudian Raizel meraba handuknya yang menempel di tubuhku dengan telapak tangannya. "Kau tahu, Fab. Kalau aku tidak waras, aku sudah melakukannya denganmu semalam."
"..." Aku hanya diam saat ia menarik handuknya yang ada di tubuhku. Membuat dadaku tersingkap sepenuhnya.
"Sejauh apa kau menginginkanku? Kau mau merebutku dari Daryl?" Raizel kembali bicara.
"..." Tap. Aku menghentikan tangannya yang menjalar ke pinggangku. Menggenggamnya.
"Sudah kuduga..." Raizel tersenyum, menjauhkan tangannya dari tubuhku. Duduk bersandar ke pembatas kasur di belakang kepalanya. "Kalau kau tidak mau bertindak, jangan pernah menggodaku seperti semalam. Aku membencinya..."
"..." aku hanya diam dengan kepala tertunduk, membuat Raizel bergejolak.
Tak lama kemudian dia berjalan cepat ke kamar mandi, dengan teganya membanting pintu membuatku terhentak. Aku harus meminta maaf...
-|❉|-
"Raizel..." Dia sedang mengenakan sepatu saat aku mengelus pundaknya, merangkulnya. "A-aku..."
Raizel menatapku lesu. "Aku tidak apa-apa. Hanya saja aku tidak bisa melihatmu seperti biasanya lagi. Aku sudah tahu terlalu banyak tentangmu. Jadi maaf saja kalau derajatmu nyaris nol di mataku sekarang." tajamnya.
"Aku minta maaf..." tipisku. Nyaris berbisik ke telinga Raizel.
Raizel memegang tanganku. "Kau tahu, aku sangat menyukaimu. Aku menahannya untuk waktu yang lama. Bahkan setelah tahu kalau kau pernah 'begitu' dengan Daryl saja perasaanku masih tersisa untukmu."
DEG. Jantungku berdebaran. Seperti ada panah yang menancap di jantungku yang nyaris lepas dari tempatnya. Si brengsek itu mengumbar aib...
"Kau pernah menyukai Daryl, dan sekarang kau bilang menyukaiku..." Raizel menyimpan tangannya di pipiku, jemarinya membenarkan posisi kacamataku. "Kesimpulan yang bisa kutarik dari sini... kau hanya jatuh cinta pada orang terdekatmu. Dulu, posisiku yang seperti sekarang ini milik Daryl. Kalian juga terikat sama seperti aku denganmu kini."
Giliran ibu jarinya Raizel mendarat di bibirku. Raizel menyambung kalimatnya, "Sepertinya kau hanya bingung dengan dirimu sendiri. Aku bisa membayangkan, jika aku mulai jauh denganmu dan kau mulai dekat dengan orang lain... Perasaanmu padaku juga akan hilang... Jadi kuputuskan untuk tidak memilihmu."
Raizel kembali angkat bicara. "Aku juga berpikir untuk melepaskan Daryl. Aku akan kembali ke kodratku seperti sebelumnya. Bahagia hanya dengan diriku, menikmati perasaan terpendam saat menyukai seseorang... Jujur saja, itu terasa lebih indah dari apa yang kumiliki sekarang." Raizel memegangi bingkai wajahku dengan dua tangannya.
"..." aku membeku dalam diamku, tidak tahu harus berbuat apa.
Raizel menurunkan tangannya. Menatap pintu utama dengan pandangan kosong, "Saat kau tidak punya apa-apa dan kau menginginkan sesuatu, sesuatu itu menjadi segalamu. Tapi saat kau sudah memiliki semuanya, semuanya itu bukan lagi segalamu. Kalau tidak kuhentikan, perasaan dan hubungan yang seperti ini hanya akan merusakku. Membuatku ketagihan dengan deritanya. Dan aku tidak mau yang seperti itu..." kali ini Raizel tersenyum sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted (BL Novel)
RomanceJika kau menginginkannya, apa kau mau berjuang untuknya? -Raizel- Novel Debut : 20 Agustus 2017