Pt. 2| Mini Chapter 1 : Intersection

1.8K 218 36
                                    

"Cukup..." Raizel mendorong Fabian ke ujung kasur, menjauhi dirinya. "Aku dan Daryl baru sampai sini. Aku tidak akan memberimu lebih. Memangnya semudah itu kau bisa menyentuhku?"

"..." Fabian terduduk dengan mulut menganga, siap misuh-misuh. Namun, enggan dilanjutkannya.

"Hanya karena kau bilang mau melakukannya denganku, lalu aku akan bilang iya? Yang benar saja. Pikirmu aku ini serendah apa, sih!?"

"Tapi, bukannya kau..." Fabian menyisir rambutnya dengan jari, jengah dengan muka memerah. Mendesis lalu menutup separuh mukanya. "Kau membalas ciumanku, Raizel. Kau bilang suka mendengarku 'menginginkanmu'... Kau tadi..."

Menyela. "Iya, aku berubah pikiran. Aku terpikirkan Daryl. Pikirmu aku bisa backstreet denganmu, apa? Kau tidak punya perasaan, ya? Daryl itu temanmu sejak kecil, Fab!"

"Kau tahu dari siapa?" Fabian nanap. Kedua matanya membulat.

"Dari Daryl. Dia menceritakan semuanya. Termasuk rencanamu dan mama yang menghalang-halangiku berhubungan dengan laki-laki lain selainmu." Raizel menyeringai. "Pantas saja kau main tarik ulur 6 bulan ini. Sialan!"

"Itu demi kebaikanmu. Aku menjalankan perintah mamamu demi dirimu juga. Kau pikir jadi diriku itu enak, apa? Aku harus terus menahan perasaanku padamu, Rai. Setiap kali kita bersentuhan, hatiku sakit. Waktu kau bilang tidak bisa memilikiku padahal aku di depan matamu, aku juga berpikir seperti itu. Rasanya tidak enak tidak bisa menyentuhmu lebih dari batasku."

Fabian membenarkan posisi duduknya. "Aku berani seperti ini karena mamamu bilang sudah membebaskanmu sekarang. Aku sudah tidak perlu lagi mengikuti rencana awal. Aku bisa memilikimu sekarang."

Fabian mendaratkan kedua tangannya di bahu Raizel, memaksa Raizel menghadapnya. "Kau harus tahu. Aku memilih jurusan yang sama denganmu, karenamu. Aku batal mengambil beasiswa luar negeri, karenamu. Aku memohon-mohon pada kak Mirna dan tinggal disini karenamu. Aku melakukan semuanya supaya bisa dekat denganmu. Kurang jelas apa lagi perasaanku padamu, Raizel?"

Raizel tersenyum perih. Tatapannya nanar, nyaris berkaca. "Lalu kenapa sekarang? Kenapa harus sekarang saat aku sedang bahagia dengan Daryl? Aku lebih senang kau mengkhianati mama dan merusakku diam-diam daripada menunggu aba-aba dan muncul tiba-tiba seperti sekarang!" cerocosnya, emosi.

"Raizel... aku..."

"Kumohon, keluarlah... Aku perlu bicara dengan diriku sendiri."

Fabian menggenggam tangan Raizel yang terlanjur membuang muka. "Aku minta maaf. Aku... huh..."

Fabian keluar dari kamar Raizel dengan langkah gontai. Menutup pintu pelan-pelan lalu bersandar di pintu itu. Tak lama tubuhnya merosot hingga terduduk di lantai.

Kedua matanya memanas, nafasnya kering. Dadanya terasa sesak, mendalam. Lalu air matanya meleleh. berjatuhan dari wajahnya yang tertunduk dalam. Kecewa dengan dirinya sendiri.

Tak lama, sepasang kaki muncul dari titian terakhir tangga. Berdiri tepat di depannya, tangan orang itu merenggut kerah pakaian Fabian. Mengangkatnya hingga Fabian nyaris terbang di udara.

"BRENGSEK KAU!"

BUG!!! Sebuah pukulan melayang ke wajah Fabian.

☋☽╰☆╮☾♂

Warning : Read more to see more.

Twisted (BL Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang