Pt.2| Mini Chapter 23 : Trip To The Past

1K 134 144
                                    

Jum'at 28 April 2017. Pukul 08.10. Parkiran dekat TK bibi Han. Line chat.

Fabian : Daryl, pacarmu ingin bolos. Temani dia jalan-jalan hari ini.

Daryl : Dia dimana sekarang?

Fabian : Entahlah, coba telepon sendiri. Dia akan memberitahumu.

Daryl : Sip, bro!

Fabian : Seperti janjiku, aku belum mengucapkan selamat ulang tahun ke Raizel. Kau boleh bilang duluan.

Daryl : Okay, aku kabari kalau aku sudah bersamanya.

-||-

Kelas terasa sepi, Raizel tidak ada di sekitarnya. Fabian terus saja dikerumuni anak-anak sekelas yang meminta bantuannya untuk ini dan itu. Hanya keberadaan Raizel yang bisa menghentikan orang-orang di kelas ini untuk tak mengganggunya.

Mata kuliah pertama dimulai pukul 9 tepat. Fabian sibuk mencatat, sesekali melirik ponselnya, menunggu kabar dari Daryl. Baru sekitar pukul 10, Daryl mengabari jika ia sedang bersama Raizel dan mereka baik-baik saja. Setelah tahu kabar Raizel, Fabian yang merasa lega memasukkan ponselnya ke dalam saku. Belajar dengan lebih terfokus dari sebelumnya.

Siang harinya Fabian menyambangi kantor biro hukum. Bukan hal yang aneh jika mahasiswa ataupun anggota BEM datang berkunjung. Toh, pengacara-pengacara di sana mengajarkan tata cara persidangan di kampus. Wajar bila banyak mahasiswa bolak-balik untuk sekedar minta copy-an materi dan meminta lembar laporan untuk diisi.

Fabian mengedarkan senyum, menjalari seluruh bagian kantor biro hukum di belakang kampus itu. Tapi, ia tidak menemukan Elsa dimanapun. Hanya Sadha yang bisa ditemukannya, tertangkap basah menghindari dirinya. Setengah berlari menuju gedung utama kampus.

Fabian berlari menuju laki-laki yang bicaranya gagap itu, meminta waktunya untuk sekedar menimba informasi tentang keberadaan Elsa. "Kau bisa ceritakan sesuatu?" Fabian membuka pembicaraan sesampainya di kantin bersama Sadha.

"..." Sadha mengangguk. Mengetik di ponselnya. Kau kesana karena Raizel, kan?

"Benar, kau sendiri ke biro hukum karena pacarmu, Redy. Bukannya begitu?"

Sadha kembali mengangguk. Kali ini dengan wajah lesu.

"Sudah sampai dimana kasus ini?"

Sadha mengedikkan bahu tanda tidak tahu. Kembali mengetik pesan untuk Fabian. Redy minta ini semua berakhir, tapi Elsa memaksa. Pengacara biro baru menulis legal opinion. Kampus berusaha menutupi ini, Elsa mengancam menyebarkan ini ke media. Orangtuanya jurnalis.

Fabian membaca tulisan Sadha di layar. "Benar... Inilah kenapa aku berniat mencari Elsa sekarang. Aku perlu tahu kenapa ia begitu bernafsu menyeret Randi ke meja hijau. Apa kau punya informasi tentang hubungan Randi dan Elsa? Mungkin pernah terjadi sesuatu di masa lalu mereka."

Sadha kembali mengetik. Kenapa tidak menemui Randi langsung? Aku tahu alamatnya.

"Terlambat, Randi kabur dari kota ini. Aku mencuri dengar dari para pengacara di biro.  Mereka sudah mencoba menghubungi Randi. Tidak ada tanggapan. Lagipula orang-orang di biro ditekan oleh dekan kampus agar tidak melanjutkan kasus ini."

Masalahnya hanya Elsa, kan? Sadha mengetik dengan cepat.

"Benar. Reputasi kampus dipertaruhkan sekarang. Kita hanya perlu menemukan cara untuk menghentikan Elsa. Satu-satunya cara menghentikannya adalah dengan mengancam balik perempuan itu. Dan sekarang otakku buntu. Sial!" Fabian memegangi kepalanya sendiri. Sadha menepuk-nepuk punggung Fabian sebelum kembali mengetikkan pesan.

Twisted (BL Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang