Pt.2| Mini Chapter 13 : Guilt

1.1K 153 127
                                    

"Martin... Ah... Sakit... ini sakit..."

"Longgarkan sedikit, lemaskan..."

"Ah... Martin... ini sakit... aku tidak mau mencobanya lagi..."

"Sebentar lagi juga mendingan. Nanti Raizel bisa ketagihan, malah."

"Ini sama sekali tidak menyenangkan buatku..."

"Ayo, teruskan... sebentar lagi enak, kok." bujuknya.

"Sudah ah, aku tidak tahan..." aku mengangkat kakiku dari jalur, meninggalkan jalanan kecil yang isinya batu-batu bundar yang disusun dan disemen untuk refleksi kaki. "Tahu begini lebih baik jogging saja..."

Martin memandangku dengan wajah 'ya ampun' miliknya. Menggelengkan kepalanya sesekali karena bingung dengan inginku. "Katanya mau olahraga yang tidak keringatan, tapi Martin ajak refleksi Raizel ogah. Martin kan serba salah..."

"Iya, tidak keringatan, memang... tapi kalau ini namanya menyiksa diri!" sekumpulan kakek-kakek yang sama-sama menghuni taman kota hanya menyengir saat mendengar kalimatku. Mengejekku dengan langkah mantap mereka di atas bebatuan tadi.

"Kalah sama kakek-kakek... Huuu... payah!" laki-laki yang kekanakan ini perlu kujitak sampai waras sepertinya. "Kalau begitu kita ke rumah Martin. Martin ajari sesuatu..."

Aku mendudukkan diri di atas kursi panjang, memijati kakiku sendiri. Martin duduk di sebelahku, menunggu tanggapanku. "Ajari apa? Memangnya Martin bisa apa?"

"Raizel meremehkan sekali, sih. Martin kan juga punya keahlian. Martin bisa masak seperti Fabian. Martin bisa main badminton bahkan pernah ikut kejuaraan waktu SMA. Martin juga bisa dandan seperti Raizel. Jadi, jangan remehkan Martin, ya!"

"Iya deh iya... tidak akan kuremehkan... jadi apa yang mau kau ajarkan?"

"Martin beritahu kalau sudah di rumah."

-|❦|-

"Ini mudah, kan?" Martin membiarkanku memegang kendali motor matic-nya. "Hanya tinggal putar gas dan rem saja. Harusnya Raizel bisa, dong."

"A-aku tidak bisa. Aku takut..."

"Takut? Takut kenapa?"

"Ya, takut saja... Kalau di sekitaran kompleks begini sih bisa. Kalau di jalan raya, that's another level of shit we're talking about..."

"Tapi setidaknya bisa, kan? Jadi Raizel tidak perlu dibonceng kak Fabian terus. Kan sudah bisa naik motor sendiri." ceria Martin yang duduk di belakangku.

"Iya deh iya..." aku memacunya sedikit lebih cepat. Kembali ke rumah Martin setelah setengah jam suntuk mengitari kompleks elite ini dengan motornya.

"Okay, time for a bath..." kami sudah di dalam kamarnya sekarang. Martin membuka pintu kamar mandinya, kedua kakiku mengikutinya ke dalam. Aku terhenyak saat sadar kalau kamar mandinya nyaris 5 kali luas kamarku. "Mau coba jacuzzi ? Kita bisa santai sambil sarapan kecil ~ oh-oh... kita bisa pakai alat mikrodermabrasi. Raizel perlu coba. Kulit Raizel bisa sehalus pualam kalau pakai itu."

Aku hanya tersenyum melihat Martin yang super excited. Mataku beralih ke meja rias super besar dengan banyak rak yang apik. Ada bath tub di tengah ruangan, shower area yang terpisah, ada jacuzzi yang tadi disebutkan Martin, serta hal-hal lainnya yang membuatku merasa seperti berada di mall alih-alih di kamar mandi. Aku bahkan takut menyentuh semua yang ada disini, karena mungkin saja ini betulan movie set dan kami diawasi berbagai kamera sekarang.

 Aku bahkan takut menyentuh semua yang ada disini, karena mungkin saja ini betulan movie set dan kami diawasi berbagai kamera sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Twisted (BL Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang