BEST HUSBAND 16

39.2K 1.9K 34
                                    

Pukul 23.00. Sesil tak kunjung terlelap juga, Sesil tidak bisa tidur. Sesil menggeliatkan tubuhnya kesana kemari, berusaha mencari posisi nyaman agar dirinya bisa cepat terlelap. Tapi hasilnya nihil, pikirannya masih kalang kabut kemana-mana.

Kenapa Reyhan belum pulang juga? Ini sudah malam.

Entah apa yang ada di pikiran Sesil saat ini, bayangan Reyhan selalu terngiang di kepalanya. Apalagi sudah malam begini Reyhan belum pulang juga, membuat Sesil semakin cemas.
Sepulang dari restoran tadi, Reyhan mengantar Sesil pulang ke rumah, tapi dia balik lagi ke kantor karena akan ada meeting penting bersama kliennya.

Entah kenapa Sesil terus memikirkan Reyhan, biasanya tidak seperti ini. Bahkan Sesil acuh pada Reyhan dan tidak mempedulikan Reyhan. Tapi sekarang? Apa yang terjadi padanya? Kenapa dia jadi seperti ini? Kenapa wajah Reyhan selalu terngiang di kepala nya?

Ceklek, suara pintu terbuka berhasil mengagetkan Sesil.

"Kenapa kau belum tidur? Ini sudah malam."

Ternyata itu adalah Reyhan. Kapan dia pulang? Rasanya Sesil bahagia sekali melihat Reyhan sudah pulang. Hingga tak sadar, segurat senyuman tipis terukir di wajah Sesil.

"Kau sudah pulang?" Tanya Sesil dengan posisi duduk bersila di atas ranjang. Reyhan hanya berdiri seraya melipat kedua tangan di dada.

"Iya, maafkan Aku karena pulang terlambat, pekerjaanku menumpuk di kantor,"

"Kerja juga harus punya waktu, kau juga butuh istirahat , kau tidak boleh terlalu banyak menghabiskan waktu untuk bekerja."

Entah kenapa Sesil bicara seperti itu pada Reyhan, seakan mulutnya nyerocos sendiri tanpa bisa mengeremnya.

"Iya, aku minta maaf. Ya sudah, sebaiknya kau tidur, Aku juga ingin segera membaringkan tubuhku di kasur. Rasanya seluruh tubuhku pegal semua."

"Ya sudah, tidurlah."

Reyhan melenggang meninggalkan kamar Sesil, ralat, maksudnya kamar Reyhan yang kini menjadi kamar Sesil. Ya, semenjak sebulan yang lalu Jaka pindah ke Bandung untuk mengurus perusahaan Abraham disana, Reyhan dan Sesil tidak lagi tidur satu kamar.

Ini sama sekali bukan keinginan Reyhan, ini murni keinginan Sesil untuk pisah kamar dengan Reyhan. Mumpung Jaka tidak ada di sini, jadi Sesil tidak usah lag merasa canggung untuk menyuruh Reyhan tidur di kamar tamu.

***

Reyhan langsung membanting tubuhnya di kasur, rasanya sangat lelah, bahkan untuk mandi saja Reyhan tidak sanggup.

Ingin sekali Reyhan terlepas dari crowded- nya kantor, tapi apalah daya, selain Reyhan siapa lagi yang akan mengurus kantor, setelah kepergian Abraham, Reyhan di tuntut untuk mengurus segalanya.

30 menit Reyhan memejamkan mata, sebelum ia kembali terbangun karena kurang nyaman dengan pakaian yang penuh keringat yang belum dia ganti, Reyhan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

***

Sesil masih menggeliatkan tubuhnya, padahal Reyhan sudah pulang, tapi kenapa dirinya tak kunjung terlelap juga. Entah kenapa pula malam ini terasa sepi, membuat Sesil jadi takut sendiri.

Sesil menatap langit-langit kamarnya, bayangan Reyhan seakan muncul di sana. Sesil langsung mengucek matanya.

Kenapa dia selalu menghantui pikiranku terus? Ah, sial!

Best Husband [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang