"Sca, gue pulang duluan ya. Gue udah dijemput" ucap Rennie melihat mobilnya didepan sekolah
"Oke deh. Take care ya"
"Bye" Rennie berjalan sambil melambaikan tangannya kepada Tosca
"Bye" ucap Tosca membalas sambil melambaikan tangannya juga kearah Rennie.
"Huft, gue sekarang pulang gimana lagi? Kak Kyle nggak bisa jemput lagi" gerutu Tosca melihat text pesan dari Kyle yang mengatakan tak bisa menjemputnya karena adanya praktek
Tosca mengedarkan tatapannya dan ia mendapati motor Blue yang sangat ia hafal diluar kepala. Tosca tersenyum penuh arti lalu berjalan menuju motor Blue.
Blue tengah berjalan menyusuri koridor menuju pakiran. Dirinya pulang terlambat karena harus ke ruang guru karena dipanggil guru dan Blue disuruh mengikuti olimpiade Biologi.
Blue memerhatikan sekitar dan sekolah sepi cuma beberapa orang masih belum pulang karena ekskul. Blue menghadap pakiran dan ia menuju motornya. Namun, ia melihat perempuan disamping motornya. Dahi Blue mengkerut bingung
"Blue" ucap cewek itu sambil membalikkan badannya dan tatapannya bertemu dengan tatapan Blue. Blue mendengus berat
"Aku boleh nebeng nggak? Aku nggak ada yang jemput" ucap Tosca penuh harap Blue mau mengantarnya
"Lo masih punya kaki buat pulang" ucap Blue sinis lalu mengambil helmnya dan mengenakannya.
"Jahat banget. Boleh ya? Aku udah daritadi nih tunggu disini" ucap Tosca lagi
"Pulang sendiri" balas dingin Blue
"Anterin" sahut Tosca
"Nggak"
"Anterin" rajuk Tosca tak mau mendengarkan ucapan Blue
"NGGAK!! Gue bilang nggak ya nggak!! Lo manja banget jadi cewek. Punya kaki ya manfaatin. Gue udah bosan dan capek lo gangguin terus dari SMP. Lo nggak tahu semenderitanya gue selama lo dideket gue, hah!? Mundur lo. Gue mau pulang!!"
Tosca menyingkir lalu Blue menaiki motornya dan menghidupkannya. Dia pun mengegas motornya dan ia melajukan motornya.
TESS...
Tosca menjatuhkan airmatanya. Dia sangat sakit dan pedih mendengar jawaban Blue tentang kemuakkannya pada Tosca.
Tosca hanya menangis dalam diam. Dia sangat sakit mendengar ucapan kasar dari orang yang sangat ia cintai.
Tosca melangkahkan kakinya tak tahu arah.Pikirannya kosong dan hanya kakinya yang menuntunnya entah kemana nantinya ia berada.
Tosca menghentikkan langkahnya lalu menatap pintu itu dengan pandangan sedih. Dia membuka pintu itu dan berjalan lurus kedepan.
Dia menduduki kursi khusus itu. Dia mulai memainkan alunan melodi dari piano putih itu dengan dalam. Nada yang ia buat sungguh dalam dengan nada sedih yang menggambarkan suasana Tosca sekarang.
"Kapan gue bisa buat lo jatuh cinta sama gue, Blue"
"Gue sangat harap keajaiban Tuhan membuat gue sama lo bisa hidup bersama di masa depan. Tapi kayaknya nggak mungkin banget keinginan gue itu. Lo aja muak deket sama gue apalagi mau hidup sama gue selamanya hingga ajal menjeput kita berdua. Mungkin itu hanya angan angan aja deh" senyum getir dengan tetesan air mata terus ditampilkan Tosca.
Tosca menghapuskan air mata yang menetes di pipinya dan ia tersenyum ceria
"Gue nggak boleh menyerah, gue kan udah biasa digituin sama Blue. Tenang aja Tosca, Blue akan jatuh cinta sama lo. Lo harus berjuang lebih giat dari biasanya. Buat pandangannya hanya sama lo, bukan ke cewek lain"
~~~~~~~~~~~~
Tosca melangkahkan kakinya memasuki rumahnya itu. Dia menggunakan saran Blue untuk menggunakan kakinya. Tosca merasa pegal dan ia langsung menuju kamarnya.
Direbahkannya tubuhnya, dia menatap langit langit kamarnya dengan sayu. Di rumahnya masih sepi.
Tosca berjalan menuju meja belajar dan mulai mengambil buku yang berisi curahan hatinya semenjak SMP. Dia membuka dan lembaran demi lembaran terlaluinya.
Dia mencari halaman kosong buat ia curahkan ke buku itu. Tosca mengambil pulpen yang selalu ia gunakan buat menulis di buku diary itu dan ia mulai menulis isi hatinya.
Tosca merasakan rasa kantuk melandanya, dia membangunkan badannya dan ia mengganti bajunya dengan kaus dan celana selutut.
Tosca lalu merebahkan badannya ke kasurnya lalu dia memejamkan matanya dengan erat.
Dilain tempat, Blue berbaring di ranjangnya sehabis mengganti bajunya. Dia melipat tangannya di belakang kepala dan tangannya sebagai alas kepalanya.
Dia kepikiran dengan kejadian yang terjadi di pakiran tadi bersama Tosca. Blue nggak merasa bersalah dengan ucapannya karena menurutnya itu perkataan yang seharusnya ia lontarkan kepada Tosca agar dirinya menjauh darinya.
Tapi, entah mengapa melihat Tosca meneteskan air mata mengganggu pikirannya.
Blue melewati Tosca dan ia menangkap Tosca meneteskan air mata."Apa gue terlalu kasar ya? Tapi dia memang penganggu kaya hama" Blue bermonolog.
Dirinya juga dibingungkan dengan perkataan Albert yang terus terngiang di kepalanya. Selama pelajaran juga dia tak konsen pada materi yang disampaikan. Entah mengapa perkataan Albert seperti peringatan atau pertanda untuknya.
Blue mengedikkan bahunya cuek agar dirinya tak kepikiran dengan perkataan konyol Albert.
"Dia nggak mungkin benci sama gue karena dia cinta sama gue selamanya"
~~~~~~~~~~~~
"Hai sayang, wake up" ucap suara halus dan menenangkan itu. Tosca membuka matanya perlahan dan mengerjapkannya hingga pandangannya jelas. Dia melihat Rose, mamanya tengah duduk disampingnya.
"Ada apa ma?" Tanya Tosca lalu merubah posisi tidurnya menjadi duduk di ranjang
"Kamu mandi ya, kita makan malam"
"Oke ma. Tosca mau mandi dulu"
Tosca mulai beranjak menuju kamar mandinya. Rose memandang punggung anaknya yang sudah hilang karena terhalang pintu.
Rose memerhatikan kamar anaknya yang tidak berubah dari kecil. Dia berjalan menuju meja belajar Tosca. Dia menangkap beberapa foto dengan bingkai dari kayu berwarna.
Ia melihat Tosca berdua dengan Blue yang masih menggunakan seragam putih biru dan bersenyum, bukan. Hanya Tosca yang tersenyum sedangkan Blue hanya menampilkan wajah datarnya.
Lalu, Rose menangkap foto Tosca dengan Rennie dan juga Albert. Mereka berempat sewaktu SMP sering bermain berempat. Dan juga foto mereka berempat. Rose tersenyum dan ia menangkap buku diary Tosca. Buku bersampul hitam dengan gambar kupu kupu bertebangan.
Rose berjalan keluar kamar anaknya dan ia berjalan menuju dapur untuk menyiapkan makan malam.
"Dimana Tosca ma?" Tanya Julian yang sedang berada di sofa
"Lagi mandi, dia baru bangun tidur"
"Gimana ini? Apa dia mau terima usulan papa?" Tanya Julian sambil memerhatikan amplop
"Pasti dia mau, kamu tenang aja" ucap Rose menenangkan kegelisahan Julian
"Mudahan dia nggak sedih dengan ini"
"Aku harap" balas Rose mengelus punggung suaminya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
BluSca
Teen Fiction{Cerita di PRIVATE. Jika mau membaca cerita ini, FOLLOW aku. Untuk menghindari PLAGIAT} Seorang lelaki tampan dan dingin terhadap siapa saja. Dengan pesonanya, dia dapat membuat seorang perempuan terus mengejarnya tanpa lelah. Seorang perempuan deng...