BluSca - 14

4.7K 250 2
                                    

Bryan bersama Tosca menuruni mobil yang dikendarai Kyle. Mereka berjalan berdampingan dengan serasi.

Semua siswi yang melihat ketampanan Bryan langsung memusatkan perhatian sepenuhnya ke Bryan, namun Bryan hanya serius dengan memainkan rambut Tosca yang sangat halus itu.

Blue bersama Albert datang bersama dan berjalan dikoridor. Namun mereka memusatkan perhatian mereka kepada dua orang yang menjadi bisik-bisikkan semua siswa.

“Itu Tosca, tapi siapa lelaki yang disampingnya?” tanya Albert dan Blue tak menjawab.

Blue juga memerhatikan kedua orang itu. Blue menatap kedua orang itu dengan intens. Dia bingung kenapa Tosca berjalan bersama lelaki.

Bukankah lelaki yang disukai Tosca hanya Blue? Blue juga tahu bahwa banyak siswa laki-laki yang menyukai Tosca, namun Tosca tak menanggapinya dan perhatian dan pandangannya hanya kepada Blue.

Blue menggelengkan pikirannya karena memikirkan kejadian didepannya.

“Lo harus ke ruang kepala sekolah dulu” ucap Tosca kepada Bryan saat mereka berada di koridor kelas

“Baiklah. Gue harap kita sekelas” ucap Bryan sedih

“Tak sekelas juga tak apa. Kita masih bisa bertemu”

“Iya, gue pergi dulu”

Tosca mengangguk dan meninggalkan Bryan yang juga pergi yang arah jalannya berbeda dengan Tosca.

Tosca menangkap Blue dan Albert yang jalan dan mereka saling berhadapan. Tosca terpekik senang dan dia berlari kecil menuju dua orang itu.

“Selamat pagi Blue. Selamat pagi Albert”

“Selamat pagi Tosca. Lo tadi bersama siapa?” tanya Albert

“Bryan. Dia sepupu gue” balas Tosca

Blue hanya mendengar percakapan dua orang didepannya itu. Blue merasa lega bahwa pemikirannya terjawab oleh perkataan Tosca. Namun Blue bingung, kenapa Blue harus tahu hubungan dua orang tadi yang menjadi perbincangan sekolah dan merasa lega jika lelaki tadi adalah sepupunya Tosca?

“Ayo kita ke kelas. Lagi sebentar bel masuk berbunyi”

Albert mengaitkan tangannya dileher Blue dan Tosca. Albert tertawa keras melihat raut wajah Blue yang kesal. Tosca tertawa berada disamping kedua sahabatnya.

“Siapa tadi yang bersama lo, Sca? Apakah dia pacar lo?” tanya Rennie langsung bertanya kepada Tosca yang sudah duduk dikursinya.

“Tentu saja bukan. Dia sepupu gue yang mau sekolah disini. Kenapa lo mengira dia pacar gue? Lo tahu kan kalau gue menyukai Blue?”

“Aku kira dia pacar lo. Kalian sangat akrab dan seperti sepasang kekasih”

“Yang lo liat salah. Bagaimana pun, hati gue cuman untuk Blue seorang”

“Terserah lo. Gue cukup malas mendengar itu” balas Rennie memutar bola matanya.

“Hehehehe” tawa kecil Tosca

Tak lama, seorang guru datang dan pelajaran berlangsung dengan baik. Blue yang duduk dibelakang entah mengapa matanya menoleh kearah bangku Tosca yang memerhatikan guru menjelaskan.

Blue hanya memerhatikan, tak ada raut wajah yang tergantikan. Hanya wajah datar yang ditampilkan Blue.

Bel istirahat sudah berbunyi, semua siswa merapikan alat tulis lalu berlalu keluar kelas menuju kantin.

“Mau kekantin, Sca?” tanya Rennie yang sudah berdiri disamping Tosca.

“Nggak deh. Gue bawa bekal” jawab Tosca mengeluarkan kotak makan warna biru.

“Pasti mau makan sama Blue” tebak Rennie menyipitkan matanya

“Tau aja lo. Pergi gih”
Rennie menggelengkan kepalanya dan pergi keluar kelasnya. Tosca pun bangun sambil membawa kotak makannya dan berjalan menuju meja Blue.

“Hai Blue. Ini aku bawa bekal untukmu. Tapi, kita makannya bagi ya”

Blue hanya diam dan melanjutkan membaca bukunya. Tosca duduk didepan Blue dan membuka kotak makan itu.

Terlihat dua sandwich yang tebal itu. Tosca mengambil makananya dan memakannya. Tosca melihat Blue yang masih membaca

“Blue, bukunya ditaruh dulu. Kamu harus makan dulu”

“Ntaran” jawab Blue masih focus kepada bukunya. Tosca mengendus keras

“Nih makan” sodor Tosca yang mengambil sandwich dan menyodorkannya kearah mulut Blue. Blue diam dan dia menyimpan bukunya.

“Jangan suapin gue. Gue bisa makan sendiri” balas Blue memakan sandwichnya yang dia ambil dari tangan Tosca

“Blue susah disuruh makan sih. Kalau mau disuapin, aku rela kok suapin Blue”

Tosca senyum senyum dan Blue menatap Tosca datar. Tosca mengerucutkan bibirnya menatap Blue.

“Blue datar banget wajahnya. Blue coba senyum gitu. Pasti tampan banget” celutuk Tosca dan Blue terdiam sesaat.

“Jadi lo mau bilang kalau gue nggak senyum, gue nggak tampan gitu?” tanya Blue. Tosca membulatkan matanya dan kaget jika omongannya dianggap Blue.

“Jelas nggak. Blue tetap tampan kalau diam aja. Kan aku jarang banget liat Blue senyum. Coba senyum, pasti Blue tambah tampan dari diam”

Blue hanya diam dan melanjutkan makannya. Namun, entah mengapa dia tersenyum kecil sambil mengunyah dan dia serasa mau ketawa.

Diluar kelas, Bryan bersama teman barunya bernama Jack berjalan melintasi kelas Tosca. Bryan melongokkan kepalanya kearah jendela mau melihat Tosca. Karena tadi dia tak melihat Tosca dikantin.

“Kenapa lo?” tanya Jack melihat Bryan diam dan menatap kedalam kelas Tosca melalui kaca.

“Gue mau nyari Tosca”

“Oh dia. Lo nggak liat tuh dia duduk didepan Blue. Lagi ngomong sama Blue” jawab Jack yang melihat sosok yang dicari Bryan.

“Blue? Siapa dia?” tanya Bryan tetap focus menatap Tosca makan dan berbincang dengan seorang lelaki yang ada di hadapannya

“Lo nggak tahu? Blue itu orang yang disuka Tosca” jawab Jack

“Kok lo bisa tahu kalau Tosca suka sama Blue?”

“Semua orang juga tahu kalau Tosca suka sama Blue. Lo masa yang sepupunya nggak tahu?” tanya Jack heran menatap Bryan.

“Gue nggak pernah ketemu dia selama dua tahun, mana gue tahu dia suka sama dia. Kenapa semua orang tahu kalau Tosca suka sama Blue?” tanya lagi Bryan

“Semua lelaki disini suka sama Tosca. Gimana nggak suka coba, udah cantik, ceria, pintar, dan baik lagi. Tapi, Tosca selalu mendekati Blue”

“Gue nggak nyangka sepupu gue bakal deketin cowok” gumam Bryan

“Ayo balik ke kelas. Udah mau masuk nih”

Bryan dan Jack berjalan menuju kelas mereka. Bryan memikirkan Tosca karena ucapan Jack.

Apakah Tosca segitu cintanya sama Blue hingga semua bisa liat kalau Tosca suka sama Blue? Apa Tosca nggak kepikiran pikiran orang?

Tak lama, bel masuk berbunyi. Tosca dengan cemberut mengambil kotak makannya yang kosong dan berjalan menuju mejanya. Blue menahan tawa melihat wajah dengan pipi tembam dan bibir dimanyunkan karena kesal.

“Kenapa muka lo?” tanya Albert yang melewati meja Tosca dan wajah Tosca sedang kesal.

“Gue kesal sama bel ini. Dia bunyi pas gue lagi seneng senengnya sama Blue. Memang PHO banget dah bel ini” gerutu Tosca melipat tangannya didepan dada.

“Hahahahahaha, bel lo bilang PHO. Astaga Tosca, lo kan selamanya bisa ketemu Blue”

“Nggak selamanya” gumam Tosca sedih.






TBC

BluScaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang