Dikediaman Elliot, semua anggota keluarga sedang menikmati makan malam. Mereka makan diselingi dengan pembicaraan dan suasana disana tidak menegangkan.
"Habis ini kita semua ke ruang keluarga, ada papa mau omongin"
"Oke pa" sahut Kyle sambil menyantap makanan
Mereka sekarang sudah duduk bersama di sofa ruang keluarga. Julian dan Rose duduk di depan Kyle dan Tosca yang dipisahkan oleh meja panjang."Mau ngomong apa pa?" Tanya Kyle
"Papa sebenernya tak ada yang mau disampaikan ke kamu, Kyle. Papa mau berbicara sama Tosca" ucap Julian menatap anaknya, Tosca.
Tosca mengadahkan kepalanya menatap papanya dengan tatapan bingung
"Memang apa pa?" Tanya Tosca
"Ini menyangkut cita citamu" ucap Julian membuat Tosca tambah bingung
"Memang ada apa sama cita cita Tosca?"
"Kamu ingin menjadi chef kan?" Tanya Rose memastikan
"Iya ma, terus?" Tanya lagi Tosca
"Papa ngusulin kamu lebih baik sekolah diluar negeri" ucap Julian membuat Tosca diam bungkam
"Maksud papa Tosca harus sekolah diluar negeri? Tapi pa, Tosca sudah betah disini"
"Papa tahu Tosca, tapi kamu harus menuntun ilmu tentang chef harus diluar negeri sayang. Disana kamu lebih banyak belajar dan kamu banyak mendapatkan pengetahuan lebih banyak daripada disini. Jika disini, memang bagus. Cuma di Amerika kamu lebih banyak pengetahuannya" ucap Julian memberikan penjelasan
"Kenapa nggak disini aja pa?" Tanya Tosca gusar
"Papa Cuma mau kamu dapat meraih cita citamu sayang" ucap Rose pada Tosca.
"Kamu terima aja dek, kamu lebih banyak pengetahuan kalau sekolah disana" Kyle ikut menimpali usulan Julian
"Kapan Tosca perginya?" Tanya Tosca menyerah. Dia memilih memutuskan pergi saja demi cita cita yang ia ingin gapai
"Tosca maunya kapan?" Tanya balik Julian
"Tosca maunya pas lulus sekolah. Tosca mau focus dulu sama pelajaran"
"Oke, Tosca akan pergi saat lulus. Nanti papa siapkan semua perlengkapannya"
"Oke pa"
~~~~~~~~~~~~
Tosca melangkahkan kakinya di koridor sekolah dengan lesu. Kemarin hari minggu, dia tengah memikirkan kuliahnya yang akan dia tempuh di Negara lain.
"Lemes banget lo kayak nggak makan berminggu minggu. Ada apa lo?" Tanya Albert menghampiri Tosca
"Gue kepikiran aja Al"
"Mikirin apa? Kayaknya rumit banget deh sampai rupa lo kayak begitu" ucap Albert memerhatikan Tosca.
Rambut yang ia gerai, jalan yang lemas dan pandangan lesu yang ia pamerkan
"Memang rumit tahu. Lo mau tau nggak?" Tanya Tosca sambil menggoda Albert
"Iya dong, sahabat gue kan lagi membutuhkan gue. Lo bisa sharing sama gue kok Sca"
"Tapi lo jangan bilang siapa siapa ya? Terutama Blue"
"Tenang aja, gue mau kicep kalo soal rahasia" ucap Albert sambil menyisir rambutnya
"Gue memang percaya kok sama lo. Oke, gue kasih tahu rahasianya. Gue bakal kuliah di luar negeri" ucap Tosca sambil berbisik kepada Albert.
"Beneran lo? Kok lo mau?"
"Ini permintaan papa gue. Gue lebih milih iya aja, kan juga demi cita cita gue" ucap Tosca tersenyum
"Cita cita lo apa?" Tanya Albert penasaran
"Gue mau jadi chef"
"Keren banget kalo lo jadi chef. Gue dukung lo deh. Menurut gue juga, usulan papa lo kayaknya bagus juga"
"Iya, dan gue lebih milih kuliah diluar negeri. Tapi gue udah betah disini"
"Lo juga lama lama betah disana juga"
"Kayaknya nggak deh, gue nggak bisa jauh jauh sama dia dan juga sahabat sahabat gue"
"Lo masih mikirin Blue? Lebih baik lo hapus deh perasaan lo ke dia Sca" ucap Albert lirih.
Albert kasihan melihat Tosca yang selalu mengejar Blue namun ditolak oleh Blue. Dia rasa, Blue sangat terlalu cuek pada Tosca.
"Gue nggak bisa Albert. Gue udah terlalu cinta sama dia. Walaupun dia anggap gue nggak ada, tapi gue terima kok"
"Tapi Sca, lo nggak capek dan sakit apa digituin sama Blue?" Tanya Albert
"Kalo nggak sakit dan capek gue namanya bohong. Mau gimana lagi, gue cinta sama dia. Lo tahu kan gue udah suka sama dia dari SMP"
"Tapi Sca, kalo lo capek atau sakit itu tak bisa lo atasi, lebih baik lo pergi"
~~~~~~~~~~~~
Tosca memerhatikan guru yang menjelaskan didepan kelas, namun pikirannya dan tatapannya kosong. Pikiran tentang masalahnya dan perkataan Albert selalu menguasai pikirannya.
"Sca, lo kenapa? Ngelamun aja" ucap Rennie yang melihat Tosca beberapa kali menghela nafas berat dan melamun.
"Ntar deh gue certain ya" ucap Tosca tersenyum lalu Rennie menganggukkan kepalanya mengerti.
Tak lama, bel istirahat bunyi. Tosca mengeluarkan dua kotak makan dari atas mejanya. Satunya bewarna biru dan satunya bewarna tosca. Tosca tersenyum dan ia mengambil kotak warna tosca dan melangkah ke meja berada belakang kelas.
"Hai Blue" ucap riang Tosca. Blue menengok lalu focus membaca lagi
"Ini aku bawain makanan. Kamu makan sampai habis ya" ucap Tosca menaruh kotak makan itu.
"Kalo udah makan, kasih aja kotak makannya ke aku" ucap Tosca lalu melangkah pergi dari meja Blue. Entah mengapa dia nggak mau terlalu banyak bicara dengan Blue.
Blue melihat Tosca berjalan menuju mejanya. Blue memerhatikan kotak makan warna tosca sesuai nama pembuat dan pemberinya, Tosca.
"Tumben nggak cerewet" gumam Blue pelan. Blue yang merasa lapar, langsung membuka bekal itu. Dia melihat sandwich tuna dan salmon dengan selada, tomat, mentimun, dengan saus yang berada di tumpukan roti itu.
Blue memakannya dengan lahap karena dirinya memang suka sandwich tuna dan salmon. Blue makan sambil focus dengan buku yang ia pegang, yaitu ilmu kedokteran.
Tosca duduk dibangkunya dan membuka kotak makan warna biru yang berisi sandwich yang sama dengan kotak makan warna tosca. Tosca makan lalu tak lama Rennie datang dengan beberapa snack dan roti yang ia bawa dari kantin.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
BluSca
Teen Fiction{Cerita di PRIVATE. Jika mau membaca cerita ini, FOLLOW aku. Untuk menghindari PLAGIAT} Seorang lelaki tampan dan dingin terhadap siapa saja. Dengan pesonanya, dia dapat membuat seorang perempuan terus mengejarnya tanpa lelah. Seorang perempuan deng...