Blue berjalan menuruni tangga dan duduk di meja makan bersama kedua orangtuanya.
"Gimana sekolahnya, Blue?" Tanya Adam, ayah Blue
"Baik pa" ucap Blue seadanya sambil mengambil nasi dan beberapa lauk untuk dia makan.
"Mama denger Tosca tadi pingsan ya?" Tanya mamanya yang bernama Emily.
Emily tahu Tosca karena sering bertemu beberapa kali dalam acara perusahaan. Keluarga Blue dan Tosca juga mempunyai hubungan yang baik.
"Mama tahu darimana?" Tanya Blue bingung
"Albert cerita tadi"
"Ck anak itu" gumam Blue.
Blue membuka mulutnya dan sendok berisi nasi dan lauk masuk kedalam mulutnya. Dia melakukan berulang kali hingga makanan dipiring habis dan kedua orangtuanya juga melakukan hal yang sama.
"Blue, besok kamu anterin mama sama papa kerumah Tosca. Mama mau jenguk dia"
Blue tersedak mendengar penuturan mamanya. Kenapa mamanya ingin sekali jenguk Tosca? Blue buru buru meminum airnya
"APA!? Kenapa mama mau jenguk dia?" Tanya Blue kaget setelah dia meneguk habis minuman
"Apa salahnya mama kerumahnya? Kan mama juga kangen sama Rose. Pasti papa juga mau ketemu sama Julian, iya kan pa?" Tanya Emily kepada Adam
"Iya, papa udah lama nggak ngobrol sama dia. Kamu kan sama Tosca sudah temenan semenjak SMP, sekali sekali kerumahnya dong sama kita"
"Bener kata papa. Kamu tuh gimana sih"
"Terserah mama sama papa aja" Blue hanya pasrah mengikuti ucapan Emily.
Seusai makan, Blue menuju kamarnya. Dia membaringkan badannya di kasur dengan tangannya sebagai bantal kepalanya. Pikirannya mulai berterbangan di kejadian tadi siang.
Asik memikirkan kejadian tadi, pintu kamarnya terbuka. Dia melihat Albert datang dengan tas ransel di punggungnya.
"Lo ngapain disini?" Tanya Blue. Albert melangkah masuk dan dia duduk di sofa kamar Blue
"Rumah gue sepi. Mama papa gue lagi pergi keluar kota. Gue nginep sini"
"Enak banget lo numpang disini. Masih ada rumah juga lo"
"Jahat banget lo. Gue bosen tahu dirumah, sepi. Mendingan gue disini"
"Serah lo"
"Tadi gue liat lo ngelamun. Mikirin apa lo?" Tanya Albert sambil membaringkan badannya di sofa itu.
"Nggak, gue mana ngelamun" elak Blue
"Nggak usah bohong deh lo. Gue tadi liat. Lo mikirin apa?" Tanya Albert ulang
"Nggak ada" gumam Blue namun masih di denger Albert
"Lo mikirin kejadian tadi siang?"
SKAKMAT. Albert dapat menebak langsung yang dipikirin Blue. Blue menegokkan kepalanya ke Albert dengan raut terkejut.
"Kan bener gue. Memang apa yang lo pikirin sampe melamun tentang kejadian tadi siang?"
"Nggak ada, Cuma kepikiran aja"
"Lo pasti nggak nyangka kan Tosca pingsan?" Tanya Albert namun tak dijawab oleh Blue.
Albert tahu pasti pikiran Blue tentang Tosca, namun Blue tak mau mengakuinya.
"Gue sama kayak lo, masih nggak nyangka Tosca bisa pingsan kayak tadi. Sumpah pucet banget mukanya. Dia selalu ceria, tersenyum dan tiba tiba liat dia yang pucet pingsan kayak gitu pasti kaget"
"Kadang, apa yang dia tunjukkan tak sama apa yang aslinya. Tosca itu selalu menunjukkan sosok ceria dia kepada semua orang, tapi dia pasti mempunyai sosok yang kita tak tahu. Cuma dia sama Tuhan yang tahu" ucap Albert membuat Blue bungkam.
Entah mengapa, Blue merasa ucapan Albert memohok kepadanya. Blue juga mendadak menahan nafasnya.
"Wanita itu sosok yang susah kita tebak. Kita tanya keadaannya, dia pasti bilang 'nggak apa apa' padahal dia 'kenapa napa'. Banyak bilang cewek itu cengeng, dia menangis karena sudah tak bisa memuat beban terlalu banyak lagi. Dia menumpahkannya dengan menangis. Sedangkan para cowok, kita pasti mencari pelampiasan, seperti merokok, meminum minuman keras, ke club, atau lainnya."
Albert sengaja mengucapkan itu, dia mau Blue cepat sadar dengan perasaan Tosca yang tulus untuknya dan Blue mau merubah sikapnya kepada Tosca. Dia juga mau Blue tak menyesal telah menyia nyiakan Tosca karena perasaan tulusnya kepada Blue.
Albert baru menemukan sosok yang mencintai seseorang dengan tulus, yaitu Tosca. Sahabatnya sendiri yang menyukai sahabatnya juga. Albert harus membantu mereka dalam mendapatkan bahagia.
Tosca bangun dari tidurnya, dia melihat jam dan sudah menunjukkan jam setengah tujuh pagi. Tosca mencoba mengangkat dirinya, namun kepalanya pusing. Dia tidurkan lagi dirinya.
Tosca menatap pintunya yang terbuka, disana ada Rose, Julian, dan Kyle datang memasuki kamar Tosca.
"Hai sayang, merasa mendingan?" tanya Julian
"Kepala Tosca masih agak pusing pa"
"Kamu nggak usah masuk aja ya sayang. Nanti mama buatin surat sakit untuk sekolah. Nanti supir mama suruh anterin suratnya" ucap Rose lalu mengelus kepala anaknya
"Iya ma"
"Kamu mau makan dek? Nanti kakak buatin deh bubur yang kayak kemarin, mau nggak?" tanya Kyle sambil mengelus kepala Tosca
"Mau. Tosca mau bubur kayak kemarin buatan kakak"
"Sip, ntar kakak masakin ya. Untung aja kakak nggak ada jadwal kuliah sekarang"
"Yeay. Makasih kak, mama, papa" ucap Tosca tersenyum. Kyle, Rose, Julian tersenyum.
"Iya sayang, kamu istirahat ya biar cepet sembuh. Papa sekarang mau siap siap mau kekantor ya" ucap Julian lalu mengecup kening Tosca dengan sayang
"Oke pa. Papa hati hati ya dijalan"
"Oke sayang" Julian melangkah keluar dari kamar Tosca.
"Mama keluar dulu ya, mama mau siapin keperluan sama sarapan buat papa"
"Iya ma. Mama kalo ada kerjaan, mama bisa pergi kerja" ucap Tosca tersenyum hangat kepada Rose
"Beneran sayang? Kamu lagi sakit tapi"
"Nggak papa. Kan ada kak Kyle disini"
"Iya ma, mama pergi aja. Tapi jangan pulang lama" tambah Kyle. Rose menatap kedua anaknya dengan sayang
"Iya, mama pergi dulu ya. Mama bakal nyampe rumah sore kok"
"Iya ma" ucap Tosca dan Kyle serempak. Rose mengecup kepala Tosca dan Kyle lalu berjalan keluar kamar Tosca
"Kamu mau makan sekarang dek? Biar kakak buatin" tanya Kyle duduk dikursi samping kasur Tosca
"Jam tujuh kakak buatin Tosca buburnya deh"
"Siap princess"
"Hehehehehehe"
"Kakak keluar dulu ya. Kamu istirahat yang banyak ya. Ntar Kakak balik lagi untuk kasih buburnya ya"
"Iya Kak"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
BluSca
Teen Fiction{Cerita di PRIVATE. Jika mau membaca cerita ini, FOLLOW aku. Untuk menghindari PLAGIAT} Seorang lelaki tampan dan dingin terhadap siapa saja. Dengan pesonanya, dia dapat membuat seorang perempuan terus mengejarnya tanpa lelah. Seorang perempuan deng...