dua puluh dua

90 17 7
                                    

"Lo tau? Setelah delapan belas tahun gue hidup, gue baru mengetahui siapa gue sebenarnya."

-------------------------------------- 

Shock.

Rahiel memang senang, tepatnya lega. Tapi dirinya masih shock.

Ia masih shock. Jadi selaman delapan tahun hidupnya, ia tidak mengetahui nama Ibu kandungnya. Bahkan sampai sekarang, ia tidak tahu nama Ayahnya. Jadi selama delapan belas tahun hidupnya, ia diurus oleh Tantenya, dan ia tidak pernah sadar, tidak pernah tahu. 

Betapa sedihnya Rahiel, jadi dia seorang diri. Namun betapa senangnya ia, sekarang mengetahui yang 'sebenarnya' tentang hidupnya.

Walaupun Rahiel masih menganggap dan memang akan terus  menganggap Novianti, sebagai ibunya. Tapi ia juga ingin melihat tempat peristirahatan terakhir ibunya. 

Dan memang, Novianti sendiri juga sudah berjanji kepada Rahiel. Ia akan mengajak gadis itu kesana sore ini.


---


Aidan akan makan siang dengan Rahiel hari ini. Aidan yang mengajaknya. Rahiel memang tidak menolak, tapi dari di dalam hati cewek itu, ada perasaan negatif, yang entah apa dan bagaimana. Yang jelas, ini ada hubungannya dengan Nabila.

"Gue gak marah sama lo," kekeuh Rahiel. "Dibilang."

"Tapi gue yakinnya iya." Aidan membalas. "Lo sendiri yang bilang, bersikap biasa. Sekarang gue udah biasa."

"Ya memang udah biasa," ucap Rahiel. Cewek itu tertawa. "Dan sikap biasa lo itu sama sekali nggak menganggu gue 'kok. Jadi untuk apa gue marah?"

"Body language lo," tebak Aidan. "Asal sih enggak. Tapi kayaknya lo gelisah. Antara gelisah dan kesel. Dan gue gak tau yang mana."

"Dua-duanya." Rahiel menceplos.

"Nah kan," tawa Aidan lepas. Namun agak hambar. "Apa? Gue buat salah?"

Iya, Aidan. Gue masih gak paham kenapa lo meluk Nabila, tapi masih aja ngajak gue makan bareng. Masih aja buat gue seneng. 

"Rahiel?"

"Ya, apa?" Rahiel terlihat kaget. Ia menggigit bibir bawahnya. Kenapa dia jadi gugup? 

Gue salah? Ini normal 'kan? 

"Tolong." Aidan memegang lengan Rahiel pelan. "Jangan rahasia begitu. Gue gak akan tahu apa salah gue, dimana, kapan."

"Lo gak salah!" Rahiel berseru dengan nada yang agak tinggi, namun volumenya kecil.

"Ya terus kenapa? Ada apa?"

"Gue cuma bingung sama lo dan Nabila, udah!" Rahiel berseru lagi. Bedanya, yang ini refleks. Refleks dan ketidak sengajaan. 

"Gue sama Nabila?" Aidan bingung. 

Rahiel sadar. Ia menyumpah, memaki, mendesis, berteriak, namun ia lakukan semua itu di dalam pikirannya. Di dalam hatinya. Menyadari kebodohan dirinya sendiri.

"Rahiel? Kenapa tiba-tiba..."

Rahiel malu. Malu. Jadi cewek itu bangkit, lalu berjalan keluar restoran. Dan ini membuat Aidan bingung. 

"Yell? Mau kemana? Kalau mau pulang gue antar!" Aidan berteriak. Tapi boro-boro menjawab, menoleh-pun tidak. 

Ini adalah hal terbodoh yang pernah di lakukan oleh Rahiel Nathania Winata.

[RGS 1] To, Aidan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang