tiga puluh

119 9 7
                                    

 "Rahiel sayang dia. Bahkan setelah dia tiba-tiba jadi aneh, setelah dia melukai Rahiel walau dia gak sadar, setelah dia melanggar janjinya, Rahiel masih sayang." 

-----------------

 

"Jadi, apa yang pengen lo omongin, Yell?"

Rahiel menatap Fina dan teman-temannya yang lain dengan tatapan sendu. Rahiel ingin menangis.

Rahiel mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamarnya yang luas. Ia pasti akan merindukan kamar bernuansa pink-biru itu. Terlalu banyak kenangan yang tercipta di sana.

"Yell?" Fina menatap mata Rahiel dalam-dalam. Dan Fina menemukan sinar kesedihan terpancar jelas di sana.

Tapi kesedihan yang seperti apa? Kesedihan yang bagaimana? Fina masih belum mengerti.

"Jangan liat-liatan, nanti lu berdua naksir. Pindah haluan deh!" Anya berkomentar karena dari tadi ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

"Yee .. Gue masih normal!"

"Belok-belok." Caca menaruh gelas berisi cokelat hangat miliknya ke nakas terdekat. 

"Oke. Dengerin gue baik-baik." Rahiel menarik nafasnya berat. Ia menelan ludah sebelum melanjutkan kalimatnya. "Rasanya kita kenal udah lama ya? Gak kerasa. Kita udah mau lulus."

Sahabat-sahabatnya berpandangan. Mau dibawa kemana topik pembicaraan ini?

"There's something hard to explain. But i promise you guys to tell the truth ..." Rahiel menahan air matanya supaya tidak jatuh. "Gue bakalan kuliah di Amerika. Mungkin gue gak akan balik lagi. Dan gue berangkat dua minggu lagi."

Mereka semua tertegun.


---


Aidan ingin menemui Rahiel hari ini. 

Aidan sudah mempersiapkan semuanya. Tidak ada yang lebih baik dari rencana Aidan. Ia tersenyum. Semoga Rahiel suka dengan apa yang ia persiapkan. 

flashback on 

Rahiel menatap manusia di depannya. Lucu. Cowok di depannya baru saja bertanya tentang tips menjadi orang pemberani. Padahal, Rahiel tidak menganggap dirinya pemberani. 

"Tips berani sama orang, satu." Rahiel menarik nafasnya dalam-dalam. "Ya berani!"

Aidan terkekeh. "Apaan tuh begitu?"

"Lo pernah nonton Ninja Hatori gak?" tanya Rahiel. Cewek itu menatap ke arah langit-langit, ia sedang mengingat-ingat. 

Aidan mengangguk. "Waktu kecil. Mungkin SD atau SMP. Kenapa?"

Rahiel tersenyum lebar. Ia mendadak excited karena sudah membicarakan kartun. "Ada episode tentang Yumeko minta tolong Hatori. Dia pengen tampil tapi nervous gitu."

Aidan mendengarkan. "Terus Hatori-nya ngeluarin jurus apa?"

Rahiel menyeruput jus alpukat miliknya, melelannya lalu berucap, "Hatori bikin pandangan Yumeko berubah. Jadi audience-nya itu berubah jadi sayuran gitu."

"Hm ... gak pernah nonton episode itu sih," balas Aidan seadanya. "Sibuk belajar mulu."

"Gue juga sibuk," aku Rahiel. "Dari kecil gue les ini itu, tapi kartun jalan terus. Sampe sekarang gue mending nonton 'Powerpuff Girls' dari pada harus nonton acara gak jelas."

[RGS 1] To, Aidan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang