dua puluh sembilan

89 11 2
                                    

Vanya mematung sesaat. Lalu bergegas keluar kamar Rahiel. Cewek itu menatap mata Rahiel dengan dingin. Tajam. "Aku emang belum ngerti. Tapi aku kecewa sama kakak yang nyembunyiin masalah ini berbulan-bulan dari aku. Aku kecewa dan aku perlu waktu."

--------------------------

Tidak ada kejelasan. 

Rahiel sempat ingin mengajak Aidan berdamai. Tapi Rahiel dapat kabar kalau Aidan tidak masuk selama satu minggu. Katanya, Aidan kecelakaan. Entah apa alasannya, pesan Rahiel hanya dibaca, telepon dari Rahiel hanya didiamkan. Rahiel tidak mengerti. 

Tapi cewek itu tetap mencoba, mencoba. Menyadari fakta yang ada, kalau Rahiel tidak bersalah. Kalau saja dia punya salah, apa salahnya? Mampukah Aidan menyebutkan kesalahan Rahiel? 

Rahiel belum menyerah. Belum sepenuhnya. Tapi Rahiel letih. Oasis terlalu sulit untuk dicapai. Namun oasis itu juga ada di depan matanya sendiri. 

Sampai akhirnya Rahiel sadar, kalau oasis tadi hanyalah fatamorgana. Sebuah ilusi yang tercipta di pandangan gadis yang tidak bisa apa-apa. 


---


5 Bulan kemudian ...

Rahiel dan angkatannya menjalani Ujian Nasional sekarang. Hari terakhir, penderitaan terakhir. Sedikit lagi, mereka akan menempuh kehidupan yang sesungguhnya. 

"Waktu habis. Silahkan tinggalkan ruangan."

Dan penderitaan mereka memang benar berakhir. Rahiel, Rivzy, Fina, dan Tasya yang kebetulan seruangan keluar bersama-sama. Mereka tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya selesai juga masa SMA. Apakah setelah ini mereka masih remaja? 

"Ih gue sedih," gumam Fina. "Rahiel! Gue bakal kangen sama lo!"

"Cuma Iyell? Gue enggak?" goda Anya dan Caca. 

Fina mengangguk. "Habis lo jahat sama gue! Gue gak akan kangen sama lo lah!"

Adit, Naufal, Agam, dan Rivzy tertawa renyah. Ternyata cewek-cewek yang ada di dekat mereka ini lucu juga. Padahal penampilan mereka selalu garang dan seram.

Rahiel hanya tersenyum tipis. Dari tadi ia memikirkan, inikah akhir masa SMA nya? Kenapa harus begini? Inikah akhir dari hubungannya dengan Aidan? Apakah mereka tidak bisa menjadi 'teman' seperti dulu? 

Rahiel rindu Aidan. Tapi Rahiel tidak bisa bilang, karena ada Nabila. Selama Rahiel tidak di sisi Aidan, Nabila selalu terlihat bersama cowok itu. Kadang bergandengan tangan. Dan Aidan juga kelihatan nyaman saja bersama Nabila. 

Rahiel tidak tahu. Ia bingung dengan dirinya, ia bingung dengan hatinya. Apakah dia serius dengan Aidan? Sejak kapan perasaan itu merekah di hatinya? Sejak kapan nama Aidan terukir di dadanya? 

"Rahiel!" panggil Anya dan Lisa berbarengan. "Lo gak boleh sedih-sedihan lagi! Pokoknya lo harus have fun sama kita di prom, okay?"

Rahiel tersenyum lagi. Kali ini senyum tulus, senyum keharuan. Ia tiba-tiba sadar karena ia adalah salah satu dari orang yang beruntung. Cewek itu mempunyai sahabat-sahabat yang tulus, dan dirinya dikelilingi orang-orang yang peduli. 

[RGS 1] To, Aidan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang