Setelah memilih untuk meninggalkan ruang tengah, Suga naik keatas lantai dua untuk kembali ke kamarnya.
Pemuda itu hanya membutuhkan waktu untuk menenangkan diri.
Tersebarnya berita tentang kecelakaan Taehyung hampir disemua media menyebabkan pro dan kontra. Ia hanya tak yakin ini akan baik untuk Bangtan kedepannya.
Tap.
Langkah pemuda itu terhenti tiba-tiba didepan sebuah pintu bercat cokelat tua.
Ada sebuah keinginan untuk mengetuk pintu dan membukanya. Tapi, ia memilih untuk bertahan dalam geming beberapa saat.
Tatapan yang menyiratkan otak yang terlalu penuh hingga membuat kepalanya serasa ingin meledak itu terlihat begitu jelas. Suga menghembuskan napasnya bersama mata yang terpejam sesaat hanya untuk menyingkirkan keraguan dihatinya.
Hingga, ingatan tentang pembicaraan mereka kembali berputar dikepalanya.
"-bukankah kalian yang menderita karena menampung orang sepertiku dalam grup?"
Suga mendengus. Ia tak menyukai pertanyaan yang diberikan Taehyung satu itu. "Kau bicara apa?"
Senyumnya terukir meski bukan bentuk dari simbol kebahagiaan. Taehyung menatap Suga tanpa kata.
Pemuda itu terus bungkam cukup lama menciptakan hening diantara mereka yang berbaur bersama tarikan napas yang terus dihembuskan.
"Orang sepertimu? Kau orang seperti apa? Aku bahkan tak yakin kau bisa menyadari kau orang seperti apa." Suga kembali mendengus mengakhiri kalimatnya.
Jin yang turut terlibat diantara mereka menggeleng. Ia tidak pernah membenarkan pertanyaan Taehyung.
Pemuda itu lantas menatap Suga dengan sorot sendunya. Ia kecewa karena ternyata sependek itu pemikiran Taehyung terhadap mereka. Bahkan jika ia atau pun member lain terlihat mengacuhkan pemuda itu bukan berarti mereka benar-benar tak perduli. "Ayo kita keluar!" Ajaknya.
Jin berbalik dan melangkah meninggalkan kamar begitu saja. Tak memperdulikan meski Suga masih bergeming tak melangkah sedikitpun untuk mengikutinya.
"Orang aneh. Kau adalah orang yang seperti itu jadi cepat hentikanlah segala pemikiranmu itu! Karena pemikiranmu bahkan terdengar lebih aneh dan tak masuk akal bagiku."
Perlahan senyuman itu luntur. Taehyung mengganti tatapannya menjadi tak terbaca seperti biasa.
"Kau mengatakan tak dapat mengabaikanku karena kita berada dijalan yang sama lalu, bagaimana jika aku memutuskan untuk berhenti?"
Suga terdiam. Pertanyaan Taehyung tiba-tiba melenceng dari topik pembicaraan.
"Akankah kau membenciku?"
Suga masih tetap bergeming dengan tangan terangkat diudara nyaris menyentuh pintu kayu didepannya tapi ia tetap tak berhasil melakukannya setelah lima menit telah berlalu begitu saja.
Samar suara Taehyung dari dalam terdengar ditelinga. Suga mengurungkan niatnya dan memilih untuk berbalik, melenggang pergi meninggalkan pintu bercat cokelat tua yang masih setia tertutup itu.
-
Taehyung melempar asal ponselnya tepat setelah sambungan telepon dimatikan dari seberang.
Pemuda itu membasahi bibirnya yang terasa kering sebelum melirik cermin besar yang digantung disalah satu sisi kamar. Menatap bayangannya sendiri yang terlihat menyedihkan.
"Apa kau sungguh Taehyung?"
Lalu, tatapan pemuda itu beralih pada pintu saat telinganya menangkap suara langkah seseorang.

KAMU SEDANG MEMBACA
PLEASE
FanfictionAku hanya bisa menyembunyikan lukaku bukan, menyembuhkannya. - Taehyung (Complete)