Chapter 19

6.2K 705 72
                                    

Taehyung membuka matanya dan hanya kegelapan yang ia tangkap didalam bilik sempit itu. Taehyung sadar dirinya masih berada didalam kamar mandi saat setitik sinar bulan membagi biasnya untuk memberikan sedikit penerangan pada tempatnya berada.

Taehyung meringis. Tak lagi terasa sakit, kepalanya hanya terasa pening dan pandangannya yang cukup kabur karena ia baru terbangun. Taehyung tak yakin berapa lama ia tak sadarkan diri tapi melihat suasana yang gelap dan sepi, ia yakin acara yang seharusnya diikuti Bangtan telah berakhir dan semua orang pun telah pergi. Taehyung meraih ponselnya, ingin memastikan jam lewat benda pintar itu karena ia tak mengenakan jam tangannya. Tapi kemudian, hanya desah napas yang keluar saat layar ponsel miliknya enggan menyala. Taehyung menyerah, ponselnya telah kehabisan daya.

Ringisan ngilu keluar dari mulutnya saat Taehyung memaksakan diri untuk bangkit dari lantai yang setia mengantarkan hawa dingin hingga terasa menusuk tulang itu. Taehyung melangkah tertatih, dengan bantuan berpegangan pada satu persatu bilik toilet, ia berhasil meninggalkan tempat itu.

-

Taehyung kembali meringis. Bukan karena pening yang terasa dikepalanya ataupun karena sakit yang menyerang seluruh tubuhnya, tapi karena ia tak tahu bagaimana cara harus kembali ke dorm dengan penampilannya yang sangat kacau. Ia bahkan tak membawa uang sepeserpun karena ia meninggalkan semua barangnya diruang make up, yang mungkin telah dibawa Manager Lee.

Taehyung melirik sekelilingnya sekali lagi, banyak mobil berlalu lalang dijalanan dan lampu-lampu yang menyala berusaha menerangi kegelapan malam. Sungguh malam yang sibuk di Seoul.

Tiiiittt...

Hingga suara klakson mobil menghentikan pergerakannya yang akan memulai langkah. Taehyung terhenyak sesaat, ia menoleh dengan tampang terkejut kearah mobil yang tiba-tiba memarkirkan diri didekatnya.

Dan saat kaca jendela hitam itu terbuka, barulah Taehyung melihat siapa pemiliknya.

-

"Apa yang kau lakukan disana? Dan ada apa dengan penampilanmu?"

Taehyung menoleh kesamping kirinya, menatap Hyunsik yang baru saja bertanya. Pemuda itu menelan salivanya sebelum menjawab, "Kami baru saja mengisi acara dan..."

Kalimatnya terjeda. Taehyung tak tahu harus memberikan alasan seperti apa untuk kehadirannya yang terlihat seperti gembel ditengah jalan yang tak mempunyai tujuan, juga untuk kostum panggung yang masih ia kenakan. Lalu, hanya berakhir hembusan napasnya yang keluar. Taehyung bahkan tak dapat lagi menatap lawan bicaranya dan lebih memilih berpaling untuk memperhatikan lampu-lampu yang menghias jalanan.

"-aku kambuh." Sambungnya pelan. Taehyung jelas sangat enggan mengakui bahwa dirinya semakin bertambah lemah dari hari kehari. Ia masih tak ingin dianggap lemah meski itu adalah kebenarannya.

Mendengar itu Hyunsik menghela napas. Tatapannya tertuju pada Taehyung meski tak mendapat sambutan pemuda itu. Sejak awal Taehyung memutuskan untuk menunda operasi, ia tahu semua akan menjadi seperti ini.

"Kau tahu, kau tidak akan bisa terus bertahan dengan obat pereda sakit yang kuberikan. Semakin lama-"

"Aku tahu. Anda sudah mengatakannya berulang kali!" Potong Taehyung. Ia bahkan tak memperdulikan ekspresi lawan bicaranya dan tetap bicara. "Aku bahkan bisa menghapalnya karena terlalu sering mendengarnya."

Hyunsik mendesah. "Kau tahu dan kau masih dengan keputusanmu itu?"

"Aku tidak ingin membicarakan tentang ini sekarang."

Taehyung mengakhiri perdebatan kecil mereka. Tangan kanannya lalu kembali bergerak untuk memijat pelan pelipisnya saat rasa sakit itu kembali datang setelah sebelumnya sempat mereda. Ia menelan salivanya dengan sedikit paksaan saat sesuatu terasa tengah berputar-putar didalam perutnya dan membuat rasa mual didalam sana.

PLEASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang