Chapter 8

9.7K 999 293
                                    

Jimin langsung berlari meninggalkan kamar rawat Jungkook tanpa sempat mendengarkan penjelasan lanjut dari Manajer Lee. Pemuda itu menyelusuri sepanjang koridor, tak tentu arah dan hanya mengikuti kemana kakinya melangkah. Kedua netranya juga sibuk bekerja untuk melihat sekeliling yang dilewatinya.

Tatapan pemuda itu menunjukan kecemasan yang kini ia rasakan juga sebuah penyesalan yang dalam.

Bodoh. Bodoh. Bagaimana bisa aku mempunyai pikiran sebodoh itu? Tentu saja kau tidak akan melakukannya, kan Tae? Maaf. Kumohon maafkan aku...

Maaf Tae. Sungguh, maafkan aku...

Bodoh. Park Jimin kau memang bodoh. Seharusnya kau tidak asal menuduh dan membuat kesimpulan seperti itu.

Bodoh. Bodoh. Kau memang bodoh.

...

"Mau kemana?" Tanya Rapmon. Tangannya mencekal pergelangan tangan Jhope saat melihat pemuda yang duduk disampingnya itu tiba-tiba bangkit.

"Mencari V."

"Duduklah!"

Jhope lantas mengurungkan niatnya, kembali mendudukan diri. Ia menatap Rapmon. "Aku telah memukulnya,"

"Aku tahu. Tapi biarkan Jimin yang mencarinya." Balas Rapmon.

Jhope mengusap wajahnya kasar mendengar balasan itu. Rapmon tak mengetahui bagaimana perasaannya karena ia tak berada dalam posisinya. Ia bahkan masih mengingat dengan jelas saat kepalan tangannya berkali-kali menyentuh wajah Taehyung, menciptakan lebam kebiruan disana hingga melukai sudut bibirnya. Tapi, Taehyung hanya diam, tak melawan. Menimbulkan perasaan bersalah itu terasa dua kali lebih besar.

Ia ingin mencari Taehyung, ingin meminta maaf pada pemuda itu secepatnya. Sesuatu yang setidaknya dapat mengurangi rasa bersalah dihatinya.

"-aku harus meminta maaf." Jhope kembali menyambung ucapannya.

Suaranya mengusir keheningan yang ada. Bahkan, Manager Lee kehilangan kata-katanya karena terlalu terkejut dengan pengakuan pemuda itu. Jhope memukul Taehyung, Manager Lee bahkan tidak bisa meski hanya untuk sekedar membayangkannya. Bagaimana bisa pemuda yang terkenal dengan sikap ramah dan murah senyumnya itu melakukan kekerasan pada adiknya sendiri? Semua hanya karena sebuah kesalahpahaman.

...

Langkah lebarnya ia pacu cepat-cepat. Andai ia melupakan dimana keberadaannya saat ini, ia mungkin sudah berlari. Tapi, ia tak ingin membuat kegaduhan dan memancing banyak perhatian.

Kau dimana?

Sial. Disaat seperti ini, kenapa rasanya rumah sakit ini sangat luas?

Jimin terus memaki dalam hati. Lorong-lorong rumah sakit terasa sangat panjang saat ia melewatinya.

Langkah pemuda itu masih belum ingin berhenti meski keringat telah jatuh membasahi pelipisnya. Jimin tetap mengedarkan pandangannya kesekitar, berharap Taehyung ada diantara kerumunan salah satu orang-orang. Tak hanya satu atau dua. Tapi, puluhan manusia itu ia temui disana.

Kau dimana, Tae?

"Permisi!" Seorang perawat berseru saat Jimin menghalangi jalannya. Ia dibantu beberapa perawat lain tengah mendorong sebuah brankar dengan seseorang yang sudah tak sadarkan diri diatasnya.

Jimin tersentak. Tak menyadari jika sedari tadi ia telah menghalangi jalan. Pemuda itu buru-buru menunduk, meminta maaf. "Joesonghamnida."

...

Manager Lee menatap Jhope sedih. Ia dapat merasakan penyesalan yang dirasakan pemuda itu. Karena penyesalan dengan sebab yang berbeda kini tengah dirasakannya.

PLEASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang