Chapter 23

5.2K 729 191
                                    

Matahari masih tenggelam saat Taehyung memutuskan untuk keluar dorm. Pemuda itu melangkah tanpa tujuan pasti. Hanya dengan berbekal pakaian yang ia kenakan dan juga sebuah topi.

Langkahnya terhenti disebuah taman. Taman yang masih terlihat sangat sepi karena hari yang masih terlampau pagi. Bahkan jam yang melingkah dilengan Taehyung pun masih menunjuk jarum empat. Taehyung hanya tak bisa terlelap. Semalaman ia terjaga karena begitu banyaknya pikiran yang memenuhi kepalanya. Juga, berada didalam lingkup dorm hanya membuat dadanya terasa sesak. Jelas saja sejak kejadian ia meninggalkan dorm tempo hari setelah berhasil menghajar Rapmon dengan tinjunya, membuat beberapa member kembali menatap sinis dan dingin terhadapnya.

Taehyung berusaha tak perduli. Tapi itu tetap terasa sesak.

"Ugh..." Taehyung melenguh pelan. Rasa sakit menyerang kepalanya kembali. Tapi lagi, ia berusaha bertahan dan mengacuhkan.

Memilih untuk kembali menegakan kepala yang sempat menunduk itu. Menatap langit pagi yang perlahan mulai cerah dengan matahari yang merangkak naik kepermukaannya. Sebuah panorama alam yang sangat memanjakan mata seorang Kim Taehyung. Ia sangat menyukainya sehingga tanpa sadar sudut bibirnya terangkat membentuk segaris senyuman kala melihat warna kemerahan yang berpendar terang itu. Melupakan semua rasa sakit yang dirasakannya.

"Apa yang kau lakukan?"

Taehyung lantas menoleh. Sama sekali tak merasa terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba itu. Karena sebelumnya telah mendengar suara langkah kaki yang mendekat kearahnya.

Taehyung lantas tersenyum. Sebuah senyuman hangat yang membuat pemuda didepannya membeku seketika.

Jimin terpaku. Netranya membulat terkejut sekaligus penasaran melihat senyuman Taehyung yang berbeda dari biasanya. Senyuman itu terlihat begitu polos dan tulus. Sebuah senyuman milik Taehyung yang telah lama ia lupakan. Tapi, bibirnya memilih bungkam selagi pertanyaan pertamanya belum mendapatkan jawaban.

Jimin bersedekap. Lebih memilih menantang langit daripada menatap wajah Taehyung yang tengah tersenyum.

"Kau datang?" Bukan menjawab, Taehyung justru balik bertanya. Pertanyaan yang membuat Jimin mengernyit kerana tak paham.

Mereka tak membuat janji atau apapun sama sekali yang dapat mendasari pertanyaan Taehyung. Jimin hanya kebetulan keluar dan tak sengaja melihat Taehyung yang meninggalkan dorm kemudian mengikuti pemuda itu tanpa sadar. Tapi, karena enggan memikirkan, Jimin mengabaikannya.

Jimin menatap Taehyung sejenak. Mengamati wajah pucat pemuda didepannya itu. Yang kemudian membuatnya menyadari sesuatu. Wajah Taehyung memang telah kehilangan ronanya sejak beberapa hari yang lalu.

Apa kau sakit? Pertanyaan itu hanya menyangkut ditenggorokannya. Membuat Jimin menelan saliva dan berpaling tatap pada hamparan rumput yang dipijaknya. Tak sanggup menatap Taehyung lebih lama.

Taehyung tak acuh meski sadar dirinya diperhatikan. Ia terus menatap lurus kedepan. "Jimin-ah,"

Jimin lantas mengangkat wajahnya. Merasa terpanggil. Ia kembali menatap Taehyung dan memperhatikan pemuda itu yang menggeser duduknya lalu, menepuk tempat kosong disampingnya.

"Duduklah!" Pinta Taehyung seraya menoleh menatap Jimin.

Jimin kaku tiba-tiba. Lidahnya terasa kelu padahal banyak pertanyaan yang ingin ia utarakan. Akhirnya, ia hanya menurut. Duduk disamping Taehyung.

"Aku," Taehyung ragu-ragu mengatakannya. Ia melirik Jimin sekilas dan tersenyum kecut saat mendapati raut datar terkesan acuh pemuda itu. "Kali ini aku membuat keputusan besar. Aku tak tahu apa keputusanku itu salah atau benar. Aku tidak bisa menentukannya."

PLEASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang