Chapter 22

5.8K 690 77
                                    

Didalam ruangan yang dipenuhi warna serba putih itu, dengan pembatas meja diantara mereka, Taehyung duduk dengan pandangan kosong. Ada sebuah lebam kebiruan yang tampak samar dipipi kiri pemuda itu. Didepannya, Dokter Seo hanya memperhatikan dalam diam. Sebenarnya, pria berjas itu menunggu pemuda didepannya berbicara lebih dulu. Tapi sepertinya sia-sia karena Taehyung tak kunjung buka suara.

"Apa apa?"

Taehyung yang semula asyik menatap jendela akhirnya menoleh. Ia tersenyum. Meski itu sangat jelas terlihat dipaksakan. "Ingin berkunjung saja." Jawabnya.

"Seharusnya berkunjung ke rumah sakit. Kau bahkan tidak datang untuk kontrol minggu lalu."

"Ah, kami melakukan comeback belum lama ini. Jadi kami sangat sibuk,"

"Lalu, kenapa dengan pipimu?"

"Terjatuh."

Dokter Seo menghela napas. Ia tahu Taehyung berbohong. Untuk apa ia mempunyai sertifikat kedokteran jika ia tak bisa membedakan sebuah luka? Bahkan hanya dengan melihatnya sekilas, ia tahu apa yang telah menimpa pemuda didepannya itu.

"Datanglah ke rumah sakit! Hyunsik memintaku untuk menyampaikannya padamu jika kau datang. Dia menunggumu."

Taehyung mendengus. "Katakan padanya, aku tidak merindukannya jadi aku tidak akan datang."

"Anak bodoh."

-

"Apa tadi aku keterlaluan padanya?"

Entah Jimin bertanya pada siapa. Tatapan pemuda itu lebih tertuju pada lantai ruang tengah dorm mereka dibandingkan pada empat teman-temannya yang tersisa.

Kini, hanya ada mereka berlima didalam ruangan yang biasa mereka pakai untuk sekedar berkumpul atau mendiskusikan sesuatu itu setelah Suga lebih memilih pergi kekamar.

Jungkook juga sempat akan beranjak dari ruang tengah, tapi terurung saat melihat raut kacau semua hyungnya. Ia tak ingin meninggalkan mereka semua dalam keadaan seperti itu.

Karena itu, ia berakhir duduk diam diantara orang-orang yang sibuk berkelana dengan pikirannya masing-masing. Ia memperhatikan satu persatu wajah para hyungnya. Ia menghela napas. Tak ada satupun yang terlihat normal. Mereka semua kacau. Beruntung hari ini mereka tak ada jadwal tampil. Akan sangat buruk jika mereka harus tampil dengan kondisi seperti ini.

Lagi, Jungkook menghela napas. Ia yakin ini semua hanya kesalahpahaman. Kesalahpahaman yang sialnya dapat menghancurkan Bangtan dari dalam.

"Apa kita sungguh akan tour tanpa Taehyung?"

Jungkook tak berniat sama sekali untuk menjawab pertanyaan itu, apalagi mengiyakannya. Ia melirik jam didinding sekilas sebelum kembali menatap para hyungnya.

Dan, sepasang manik bulatnya semakin membulat saat melihat cairan berwarna merah turun dari hidung salah satu hyungnya.

"Hyung, kau mimisan? Kau tidak apa?" Ia bertanya dengan panik dan cemas. Suaranya mengambilalih kesadaran semua orang. Membuatnya menjadi pusat perhatian sesaat sebelum semua perhatian beralih pada seseorang yang mulai sibuk menyeka cairan amis yang keluar dari hidungnya.

-

Baru satu langkah ia keluar dari ruang kerjanya, Dokter Seo berhenti dan menoleh, menatap Taehyung yang tak beranjak sedikitpun dari posisi baringnya diatas sofa.

Sejak tiga puluh menit lalu, Taehyung memang telah menghuni sofa panjang yang berada dipojok ruangan dengan menidurkan dirinya disana. Taehyung mengatakan ia lelah dan mengantuk. Tapi kenyataannya, Taehyung tak pernah benar-benar tertidur. Ia tetap terjaga meski dengan mata yang terpejam.

PLEASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang