Suga tak melihat dengan jelas bagaimana hal itu dapat terjadi didepan matanya. Jimin datang entah dari mana. Pemuda itu menyelematkannya. Mendorong tubuhnya menyingkir satu sekon lebih cepat dari jalan sebelum mobil itu menabraknya.
Suga sangat terkejut. Semua terjadi begitu cepat. Bahkan ia belum sepenuhnya bangkit saat ia melihat mobil sedan itu melaju meninggalkan mereka begitu saja.
Jalanan disana ramai. Tapi, orang-orang hanya memilih diam menyaksikan. Beberapa orang yang lewat dan mengenal mereka juga tampak sangat terkejut. Bukan menolong, mereka justru ribut mengeluarkan ponsel masing-masing. Mereka memotret dan merekam apa yang terjadi. Suga tak dapat berkomentar apapun. Meski jauh dilubuk hatinya ia sangat ingin berteriak dan memaki semua orang agar mereka berhenti merekam. Mereka bukanlah bahan tontonan. Suga tak mengerti kenapa semua orang melihat kejadian yang terjadi seolah itu adalah sebuah pertunjukan yang patut untuk tak dilewatkan.
Menghiraukan rasa perih yang menyerang lutut dan sikunya yang lecet akibat terjatuh mengenai aspal tadi, Suga melangkah menghampiri Jimin yang berada ditengah jalan tengah mengerang kesakitan.
Suga merunduk. Ia berjongkok dan kemudian mendudukan dirinya disamping Jimin, yang seolah tak menyadari keberadaannya karena terlalu sibuk dengan rasa sakit.
"Aaaghh!" Jimin lagi-lagi mengerang. Pemuda itu mencengkeram terlalu kuat kaki kirinya. Membuat Suga yang melihatnya diliputi dua kali lipat rasa bersalah.
"Maafkan aku," Suga merengkuh Jimin kedalam pangkuannya. Berusaha mengurangi rasa sakit pemuda itu meski ia tak tahu bagaimana cara melakukannya. Jadi, ia memeluknya dan membisikan kata-kata permohonan maaf juga agar pemuda itu bertahan dengan lirih.
Barulah setelah tubuh Jimin diangkat dan dimasukan kedalam ambulance, Suga menghapus airmatanya yang entah sejak kapan telah jatuh. Ia lantas terpaku. Didepannya, jauh diseberang jalan, Taehyung bergeming dengan tatapan lurus kedepan. Ia tak yakin apa yang pemuda itu tangkap dan rasanya tak ingin perduli. Pemandangan didepannya telah menjelaskan jika Taehyung mungkin melihat seluruh kejadian.
Karena itu, Suga sungguh tak mengerti. Bahkan saat tatapan mereka akhirnya bertemu meski dalam jarak sejauh itu. Suga sungguh tak bisa menjelaskan sebesar apa rasa kecewa yang menyelinap dihatinya saat ia menyadari bahwa Taehyung hanya diam.
-
Suga melangkah keluar dari ruang UGD setelah mendapatkan penanganan untuk luka-luka yang didapatnya. Langkahnya terhenti saat ia melihat Taehyung yang tengah menunggunya. Ia bahkan tak ingin bertanya meski heran saat melihat pakaian pemuda itu. Taehyung menanggalkan baju pasiennya.
"Jimin diruang operasi sekarang." Taehyung bersuara saat melihat langkah Suga yang mengarah ke ruangan tempat Jimin ditangani sebelumnya. Sedangkan Jimin memang telah digiring ke ruang operasi tak lama setelah Suga pergi ke UGD.
Suga tak membalas. Ia hanya berbalik guna memutar arah dan kemudian melewati Taehyung begitu saja.
-
Taehyung menghela napas. Tatapannya jatuh pada Suga yang tengah duduk dikursi tunggu tak jauh dari pintu ruang operasi. Ingin rasanya ia menghampiri pemuda yang lebih tua darinya itu tapi, seolah ada tembok pembatas yang menghalanginya. Tatapan dingin Suga saat menatapnya membuatnya mengurung niat dan memilih berdiri dengan menjaga jarak. Taehyung hanya tak ingin membuat keributan di rumah sakit. Apalagi didepan ruang operasi, dimana didalam sana, Jimin tengah berjuang.
Taehyung mengetuk-ngetuk lantai. Menghitung detik yang berlalu sekaligus berusaha mengusir rasa gelisah yang bersarang dihatinya. Berulang kali ia melirik lampu berwarna hijau diatas pintu. Lampu yang menandakan operasi masih berjalan itu sungguh membuatnya tak tenang. Ia cemas dan ia takut.
Lagi, Taehyung menghela napas. Berusaha mengontrol perasaannya sendiri. Ia tak boleh menangis. Ia tak boleh terlihat lemah. Meski pada kenyataannya sangat sulit untuknya menegakan wajah. Karena itu, hanya lantai dingin rumah sakit yang mampu ditatapnya.
Hingga, suara derap langkah ramai mulai terdengar mengisi koridor. Suara yang menyita perhatian Taehyung dan membuatnya mendongak begitu saja. Ia bergeming. Sementara matanya menyapukan pandangan pada setiap orang yang baru saja datang. Manager Lee, Jungkook, Jin, Jhope, dan terakhir Rapmon.
"Yoongi apa yang terjadi?"
Sangat jelas Taehyung dapat mendengar suara Manager Lee yang bertanya pada Suga. Taehyung memperhatikan bagaimana interaksi mereka. Diam-diam ia menggigit bibir bawahnya resah.
Kumohon jangan lagi...
Taehyung tak dapat mengontrol pikiran buruk yang berada dikepalanya. Terutama saat semua pasang mata tiba-tiba menatap kearahnya dengan sorot yang tak biasa. Membuatnya tercekat dan untuk sesaat kehilangan seluruh fungsi inderanya.
Taehyung pikir, mungkin ia telah membuat kesalahan lagi.
-
"Apa lagi ini, V?"
Taehyung mengangkat wajahnya yang semula menunduk. Menatap ragu Presdir Bang yang tengah duduk menyandar dikursinya dengan ekspresi jengah.
"Aku sudah menuruti semua keinginanmu tapi apa yang kau lakukan? Kau menyiksa tubuhmu sendiri."
Sungguh, Taehyung tak mempunyai sangkalan apapun untuk pernyataan itu. Karena ia turut membenarkannya. Tapi Taehyung bukan jenis orang yang akan mengakui kelemahannya dengan mudah. Karena itu, dengan nada terkesan acuh ia berusaha membalas.
"Aku minta maaf. Aku berniat akan kembali ke rumah sakit saat kecelakaan Jimin terjadi."
"Dan kau hanya melihatnya seperti patung?" Balas Presdir Bang sarkas.
"A-apa?" Taehyung merasa tertohok mendengarnya. Karena itu, ia kembali bertanya untuk memastikan jika pendengarannya tak salah.
"Apa kau tahu judul artikel terbaru yang menjadi topik utama hari ini?"
Taehyung cepat menggeleng. Ia memang tak tahu karena ia tak mengaktifkan ponselnya sejak kemarin.
Dan selanjutnya Taehyung merasa ditampar detik itu juga saat ia melihat sebuah artikel dengan judul 'V BTS MEMBIARKAN JIMIN BTS TERLUKA'
Meski sejujurnya Taehyung mengerti maksud dari judul artikel itu. Tapi Taehyung pikir, bukankah itu berlebihan? Membiarkan Jimin terluka? Taehyung kini benar-benar merasa seperti seorang antagonis utama dalam sebuah cerita. Membuatnya menyesal karena saat itu ia hanya mampu diam dan menyaksikan. Salahkan saja tubuhnya yang tak dapat diajak kerja sama saat itu.
Saat itu, Taehyung juga ingin berlari menghampiri. Tapi kakinya terasa berat dan seolah terpaku ditempat. Pandangannya berputar diiringi rasa sakit yang menyerang kepalanya. Taehyung bukan tak ingin. Tapi, ia tak bisa. Ia memilih melihat dari jauh hanya untuk sekedar memastikan bahwa temannya itu tak terluka parah. Bahwa temannya itu baik-baik saja.
Tapi jika ia tahu akan menjadi seperti ini. Ia mungkin akan lebih memilih untuk tak berada disana.
"Jimin-ah..."
"Pergilah Tae! Aku tak ingin melihatmu."
"Maaf karena tak pernah berkata jujur selama ini,"
"Aku membencimu! Kau pembohong! Aku membencimu dan aku tak akan memaafkanmu sampai kau mati sekalipun. Jadi, jangan pernah meminta maaf padaku."
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
PLEASE
FanfictionAku hanya bisa menyembunyikan lukaku bukan, menyembuhkannya. - Taehyung (Complete)