"Lalu bagaimana dengan hal yang kudengar? Aku jelas-jelas mendengarnya hyung. Taehyung mengatakan dia ingin berhenti."
Ucapan Jimin membuat semua orang terdiam dan menciptakan hening sementara menemani mereka.
Manager Lee tampak berpikir sebelum akhirnya ia menyerah. "Hyung tidak tahu Jim. Hanya itu yang Presdir katakan pada hyung."
"Apa Presdir tidak mengatakan apapun tentang Taehyung yang ingin berhenti?"
Manager Lee hanya menggeleng membuat Jimin berdecak kesal melihatnya. Ia masih sangat penasaran dan tak ada satu orang pun yang dapat memberinya penjelasan.
"Tapi apa kau sungguh mendengarnya Jim?" Tanya Rapmon.
Semua orang pun meragukan penjelasan Jimin yang mengatakan; mendengar Taehyung berbicara pada presdir Bang tentang keinginannya keluar dari Bangtan.
"Aku tidak akan memukulnya jika aku tidak mendengarnya."
Semua orang kembali terdiam. Pengakuan Jimin sangat mengejutkan tapi tidak mungkin jika harus menyalahkan kelakuan pemuda itu sementara mereka tidak mengetahui apa akar masalahnya.
"Kau memukulnya?" Tanya Jin tak percaya.
Jimin hanya mengangguk singkat. Tak berniat bersuara karena ia yakin semua orang telah mengerti jawabannya.
"Dan kau menyesal?" Suga turut bersuara. Ia tak membutuhkan jawaban Jimin karena sorot mata pemuda itu telah menjadi jawabannya. Suga tahu Jimin telah menyesal.
"V hyung... ingin keluar?"
"Jungkook?"
-
Pintu itu terbuka menampakan seorang pemuda bermantel biru dengan syal hitam yang melilit lehernya. Pemuda itu tersenyum dibalik sebuah masker yang menyembunyikan hampir seluruh wajahnya, menyapa pria pemilik ruangan yang langsung menyambutnya begitu melihat kedatangannya.
"Kau datang Taehyung-ssi?"
"Annyeonghasseyo, Dokter Kang."
-
Taehyung meletakan ranselnya diatas ranjang, pemuda itu memilih melangkah menghampiri sofa panjang disebelah kanan ruangan dan mendudukan dirinya disana. Dari tempatnya, ia berusaha mengedarkan pandangannya keseliling ruangan. Mengamati setiap sudut tempat itu yang terlihat sangat baik untuk ukuran sebuah kamar rawat di rumah sakit. Taehyung pikir ia akan merasa nyaman disana.
"Kami menyediakan kamar khusus untukmu. Bang Shinhyuk-ssi yang memintanya. Jika kau membutuhkan sesuatu katakan saja padaku atau perawat Song. Beliau yang akan membantuku untuk merawatmu."
Taehyung menoleh. Ia tersenyum senang mendengarnya. "Terima kasih." Ia kembali mengedarkan pandangannya. "Tapi sepertinya presdir kami sedikit berlebihan. Ruangan ini bahkan lebih mirip sebuah hotel daripada kamar rawat." Ujarnya.
Dokter Kang tersenyum tipis. "Kurasa idol kami memang pantas mendapatkannya."
Taehyung menggeleng berusaha membantah. "Tapi bisakah aku mendapatkan selimut dengan motif?" Tanyanya.
Dokter Kang mengalihkan pandangannya pada ranjang, melihat selimut yang dimaksud Taehyung. Ia mengangguk. "Hanya itu?" Tanyanya.
"Aku merasa tak akan nyaman jika menggunakan selimut berwarna putih polos seperti itu. Jadi aku ingin yang lain."
"Baiklah, aku akan mengatakannya pada perawat Song untuk membawakanmu selimut baru."
"Terima kasih."
"Tak perlu sungkan. Aku ingin kau merasa nyaman disini agar kau bisa menerima pengobatan dengan baik."
Lagi, Taehyung tersenyum dan mengucapkan terima kasih lewat mulutnya.
Karena Taehyung telah membuat pilihannya. Ia hanya perlu sedikit bertahan untuk dapat melihat akhir yang bahagia itu.
-
-
"Kookie!" Teriak Taehyung. Ia menghampiri Jungkook yang tengah menikmati acara televisi dan langsung memeluk anak itu. "Aku baru saja mendapatkan hadiah. Bagus sekali!" Ujarnya dengan diakhiri senyuman ceria.
Jungkook membulatkan matanya terkejut. Membuat Taehyung terkekeh melihat ekspresi menggemaskan adiknya itu.
"Buka dan lihatlah!"
Jungkook menurutinya. Ia membuka kotak berwarna hijau yang dibawa Taehyung dan matanya seketika berbinar begitu melihat isinya. "Wah... bagus sekali hyung!" Ia melihat dua buah gelang yang menjadi kado pertama yang didapat Taehyung itu dengan penuh minat. "Ini benar-benar bagus! Aku jadi iri. Padahal kita belum resmi debut tapi kau sudah mendapatkan hadiah. Selamat atas hadiah pertamamu Taetae hyung!" Pekiknya senang.
Taehyung tersenyum bangga. "Kau mau satu Kookie?" Tanyanya menawarkan dan mengeluarkan dua buah gelang itu dari kotak.
"Bolehkah?" Jungkook bertanya dengan mata berbinarnya.
Taehyung mengangguk. "Tentu saja. Bukankah ini pasangan? Aku akan menyimpannya satu dan satu lagi..." Taehyung memakaikan salah satu gelang pada Jungkook dan tersenyum senang setelahnya. "Aku memberikan ini padamu, Kookie. Ini sangat berharga bagiku. Kau harus terus menjaganya, arra? Kau tahukan ini hadiah pertamaku?"
Jungkook mengangguk penuh semangat. Matanya berbinar bahagia dan bibirnya tak henti menyunggingkan senyum yang menampakan gigi kelincinya. Dalam hati ia telah berjanji bahwa ia akan selalu menjaga gelang itu sampai kapan pun.
Karena itu berharga.
Jungkook terus memandangi gelang digenggaman tangannya. Membuat ingatan lama yang telah ia lupakan itu tiba-tiba kembali berputar dikepalanya. Pemuda itu tersenyum miris. Sudah lama sekali. Hampir delapan tahun berlalu sejak saat itu.
Dulu, seorang Jeon Jungkook adalah seseorang yang begitu bergantung pada seorang Kim Taehyung, selalu menempelinya dan mengikutinya kemanapun. Tapi semua itu hanya masa lalu. Jungkook membuat sebuah tembok tak kasat mata untuk memisahkan jarak diantara mereka tanpa sengaja. Saat dimana ia mulai merasa semakin iri, saat ia tiba-tiba merasa marah dan tak berguna, saat ia merasa Taehyung adalah sebab dari semuanya. Saat itulah, ia mulai menciptakan jarak yang semakin panjang diantara mereka.
Jungkook berubah. Ia tahu itu. Tapi manusia dan hatinya memang tidak akan pernah tetap. Semua itu adalah sesuatu yang sangat mudah goyah. Karena itu, Jungkook merasa ia tak pernah salah karena telah membuat tembok besar itu dan menciptakan jarak diantara mereka.
Hanya saja kini, hatinya kembali goyah setelah jarak yang cukup panjang berada diantara mereka. Sebuah perasaan yang lebih menakutkan daripada rasa bersalah, sebuah penyesalan. Jungkook menyesal. Ia menyesal karena telah membuat jarak itu ada.
Sudah dua hari Jungkook meninggalkan Rumah sakit. Tapi belum sekalipun ia kembali bertemu Taehyung. Pertemuan terakhir mereka adalah saat acara jumpa pers. Jungkook mendengus tanpa sadar saat mengingat hari itu. Semua ini gara-gara jus beracun itu, ia tertinggal banyak berita karena harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Ia bahkan baru mengetahui Taehyung sempat menghilang selama dua hari kemarin.
Jungkook menggenggam gelangnya. Ia menghela napas. Ia membenci saat sebuah rasa rindu itu datang. Tapi kini, ia tak bisa memungkiri jika ia memang tengah merindukan si pemilik senyum kotak itu.
"Bodoh! Kau tidak akan keluar dan pergi meninggalkan kami, bukan?"
"Tentu saja aku tidak akan meninggalkanmu, Kookie."
"Lalu kenapa kau mengatakan hal itu pada Presdir? Sebenarnya apa yang kau rencanakan?"
"Kau tidak percaya padaku, Kookie? Aku menyayangimu."
"Pembohong!"
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
PLEASE
FanfictionAku hanya bisa menyembunyikan lukaku bukan, menyembuhkannya. - Taehyung (Complete)