Suga buru-buru berjongkok guna membereskan pecahan kaca yang berserakan dilantai setelah menyadari kesalahannya yang telah menjatuhkan pigura tersebut.
"Hyung, apa kau masih marah?" Taehyung memberanikan diri kembali bertanya saat melihat Suga mengabaikannya dengan tak menjawab pertanyaannya.
Taehyung menghela napas, berusaha menetralkan rasa mual yang sejak tadi terus memberontak di dalam perutnya. Dengan langkah lemas ia menghampiri Suga yang masih setia dalam posisinya. Berjongkok, memunguti satu persatu pecahan kaca dengan hati-hati.
Taehyung kembali menghela napas. Sungguh rasa mual itu sangat mengganggunya. Lalu, Taehyung turut berjongkok dihadapan Suga. Berniat membantu pemuda itu. Yang lalu tangannya segera mendapat tepisan dari Suga.
"Aku saja."
Sedikit kecewa karena mendapat penolakan tapi, Taehyung hanya diam. Lalu, saat Suga menjulurkan tangan, menyerahkan selembar foto, Taehyung tak langsung menerimanya. Ia tatap selama beberapa detik foto yang menggambarkan kebahagiaan ditangan Suga itu dengan sendu. Taehyung tiba-tiba merindukan seluruh keluarganya.
Hatinya bergetar perih dan dadanya terasa sesak seketika bersama denyutan yang semakin menjadi di dalam kepalanya. Taehyung menunduk dan tangannya mengepal erat sebelum tubuhnya meluruh dan mengundang keterkejutan Suga di depannya.
"Taehyung!" Suga panik secara mendadak. Pecahan kaca belum dibersihkan seluruhnya dan membuat beberapa yang tersisa berhasil menancap dikakinya karena tak bisa dihindari.
Napas Taehyung yang berada dipelukannya memberat. Dahi pemuda itu mengerut tampak menahan sakit dan bibirnya kadang terdengar merintih meski kedua matanya terpejam erat.
Drrrttt... drrrttt...
Dan bersamaan dengan itu, ponsel Taehyung di atas nakas bergetar panjang. Tampilan dengan nama Sejin hyung tertera sebagai nama pemanggil dilayarnya.
Sementara itu di lantai berbeda, di Rumah Sakit yang sama. Di depan salah satu ruangan VIP lainnya, Manager Sejin tengah berdiri dengan gelisah. Ponsel setia menempel ditelinga pria itu.
Manager Sejin tampak memijat pelipisnya pelan. Rasa pusingnya datang karena berkali-kali panggilan yang ia lakukan tak juga mendapatkan jawaban. Ia turunkan ponsel itu dan ganti mengetik beberapa kata di sana sebelum mengirimkannya sebagai pesan. Ia hanya berharap bahwa pesannya dapat dibaca.
'Taehyung, ayahmu kritis'
-
Jungkook melakukan panggilan pada Suga tapi, panggilannya selalu dialihkan pada pesan suara. Membuat pemuda itu menghela napas kesal.
"Sebenarnya dia kemana?" Tanya Jin.
"Jin hyung, Jungkook, Hoseok, sebaiknya kalian bertiga pulang saja. Biar aku yang menemani Jimin di sini." Rapmon menatap bergantian ketiganya setelah sebelumnya memastikan jam yang melingkar dilengannya telah menunjukan pukul berapa.
Waktu hampir larut sekali. Mereka terjebak di Rumah Sakit karena orang tua Jimin yang terlambat datang. Membuat mereka tak tega jika harus meninggalkan pemuda itu sendirian. Sementara sejak sore, Suga memang telah menghilang. Tak ada yang mengetahui kemana perginya pemuda itu. Sudah dihubungi pun tak ada jawaban sama sekali.
Melihat tatapan tak enak hati yang diperuntukan Jin padanya membuat Rapmon tersenyum hingga kedua dimple-nya terlihat. "Tak apa. Lagi pula sebentar lagi kurasa Paman dan Bibi Park akan datang. Jika mereka sudah datang aku juga akan segera menyusul pulang."
"Tapi akan membosankan jika kau hanya sendirian." Balas Jhope.
Rapmon mengernyit. Pura-pura tak mengerti. "Ada Jimin disini. Apa maksudmu aku sendirian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PLEASE
FanfictionAku hanya bisa menyembunyikan lukaku bukan, menyembuhkannya. - Taehyung (Complete)