Chapter 14

6.7K 775 140
                                    

Akhir yang bahagia itu apa masih akan terjadi padaku?

KTH

***

"Maafkan hyung."

Manager Lee sungguh tak kuasa membalas tatapan yang kini menatapnya penuh permohonan itu. Tak kuasa untuk mematahkan harapan yang bahkan terlihat samar disana.

"Kumohon jangan membohongiku!"

Taehyung sungguh kacau dan itu membuat rasa bersalah dalam dirinya menjadi dua kali bertambah. Tapi tak ada yang dapat ia lakukan, selain merengkuh tubuh itu dan berusaha menenangkannya. Menyalurkan kehangatan dan memberinya sebuah keyakinan.

"Kau tak sendiri. Kau tak akan sendiri."

"Tidak mungkin... eommaa... hiks-hikss... eommaaa..."

"Kau masih memiliki kami. Kau juga masih memiliki appa-mu, Tae. Kau harus kuat! Kau pasti kuat!"

Tapi kalimat penenang itu seolah bagai angin lalu bagi Taehyung. Pemuda itu justru terisak semakin keras dan tak sungkan lagi untuk memperlihatkan airmatanya. Taehyung membiarkan cairan hangat itu mengalir membasahi kedua pipinya dengan deras tanpa berusaha menghapusnya sama sekali.

"Eommaaa... hikss... tidak mungkin eomma-aakh... shh..."

Ringisan pelan yang tiba-tiba keluar dari bibir Taehyung ditengah teriakan pilunya itu membuat Manager Lee terkejut sekaligus panik. Ia melepaskan rengkuhannya dan semakin panik saat melihat Taehyung yang telah memejamkan matanya. Kerutan dalam didahi pemuda itu cukup menjelaskan betapa parah rasa sakit yang menyerangnya. Tapi, ia tak mengetahui apa sebabnya dan tak tahu harus berbuat apa.

Membuat kepanikan dan rasa cemas itu semakin menjadi menguasai dirinya. Berulang kali ia menepuk-nepuk pipi Taehyung guna menyadarkan pemuda itu.

"Tae-ya, kau kenapa?"

Tapi, respon yang Taehyung berikan hanya sebatas ringisan pelan dengan matanya yang masih terpejam.

"Tae, kau mendengar hyung? Tae!"

"H-hyung..."

Meski sangat lirih tapi satu suara yang dikeluarkan Taehyung itu berhasil membuatnya sedikit menarik napas lega. Meski kemudian perasaan lega itu langsung menghilang saat pengakuan kecil keluar dari mulut Taehyung.

"Sa-sakit..."

Seorang Kim Taehyung yang ia kenal bukanlah orang yang mudah berkata sakit. Jika ia mengatakannya maka berarti ia tengah benar-benar kesakitan sehingga ia tak bisa lagi menahannya seorang diri. Tanpa sadar air mata menetes jatuh begitu saja. Ia tak tahu sejak kapan ia menjadi seorang pria cengeng, tapi hatinya turut terasa sakit karena mendengar semua itu.

"Sakit? Di-dimana yang sakit?" Tanyanya sedikit terbata.

Jantungnya telah bekerja dua kali lebih cepat membuatnya sedikit sulit mengontrol pengucapannya.

"Ugh..."

Taehyung terlihat kesulitan menelan ludahnya sendiri. Kerutan didahi pemuda itu semakin dalam dan kesadarannya perlahan-lahan menghilang.

-

-

Malam yang dipenuhi kesedihan dan kepanikan itu pada akhirnya berlalu digantikan satu hari yang baru. Meski tumpukan salju yang mengundang hawa dingin itu masih memenuhi jalan tapi matahari dilangit telah kembali bersinar terang.

PLEASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang