"Apa yang kau katakan?" Presdir Bang masih berusaha bersikap tenang meski ia sangat terkejut setelah mendengar ucapan Taehyung.
Taehyung hanya mampu tersenyum paksa, sekuat tenaga berusaha mengukir senyum lewat bibirnya. Ini sulit. Semua sangat sulit. Pilihan yang ia ambil adalah pilihan yang tak ingin ia lakukan tapi ia harus tetap melakukannya.
"Joesonghamnida." Taehyung membungkuk hormat dengan masih mempertahankan senyum palsunya membuat pria didepannya tak dapat berbicara banyak selain menghembuskan napas berat.
Presdir Bang masih tak percaya. Taehyung didepannya sangat berbeda. Taehyung yang ia kenal tidak akan mungkin memutuskan hal secara sepihak apalagi ia tahu keputusan itu menyangkut semua orang dan dapat merugikan semua orang. "Apa kau sungguh uri V?"
Taehyung menunduk. Tak mampu lagi berpura-pura dan menawarkan sebuah senyum palsu. Napasnya tercekat, dadanya terasa sesak bersama beban dipundaknya yang terasa semakin berat membuatnya tak mampu lagi berdiri tegak.
"Saya..." Taehyung menggigit bibirnya. Salivanya telah lebih dulu ditelan secara paksa sebelum ia berani mengeluarkan kata yang terasa menyangkut ditenggorokannya. "-sakit."
Taehyung menyambung kalimatnya dengan lebih lirih. Tatapannya tetap jatuh pada lantai, tak mampu bertemu pandang dengan pria didepannya.
"Apa maksudmu?" Presdir Bang buka suara dengan nada terkejut sekaligus tak percayanya. Ucapan Taehyung yang terdengar ditelinganya berhasil membuatnya menatap pemuda didepannya itu dengan tatapan meminta lebih -penjelasan.
Taehyung kembali mengangkat wajahnya, kembali menampilkan senyum palsu, berusaha mengatakan pada diri sendiri jika semua ini bukanlah apa-apa. Meski sebenarnya semua ini terasa sangat sulit baginya.
"Saya mungkin akan sulit untuk bertahan..." Taehyung menatap pria didepannya dengan mata berbayang karena terhalang air mata. Senyum palsunya seketika lenyap digantikan raut kesakitan yang menggambarkan rasa sakit dihatinya karena keputusan yang ia buat. Membuat Presdir Bang terpaku melihat tatapan itu.
Tatapan Taehyung terlihat begitu menyakitkan. Sebuah tatapan yang menunjukan betapa rapuhnya seorang Kim Taehyung dan betapa sulitnya semua ini untuk pemuda itu. Presdir Bang mengetahuinya. Juga, mengetahui sebuah pesan lain yang disampaikan pemuda itu lewat tatapannya.
Taehyung meminta pertolongan.
Bantu aku... aku ingin tetap bersama yang lainnya.
-
Dua jam berlalu begitu saja setelah pertemuannya dengan sang presdir. Kini, Taehyung hanya mampu menatap bangunan yang selama ini menjadi tempat ia tinggal dalam diam. Pemuda itu menarik dan menghembuskan napasnya dengan cara yang sama berulang kali dan masih bergeming ditempatnya berdiri.
Kakinya akan melangkah untuk mendekat tapi sekali lagi, Taehyung ragu. Rasa kecewa yang seharusnya tak ia rasakan muncul dihatinya saat membayangkan bagaimana ia menggigil kedinginan dibawah salju yang turun karena tak bisa membuka pintu tempat tinggalnya sendiri. Tapi, bukan hal itu yang membuat Taehyung kecewa melainkan kenyataan member lain mengganti sandi pintu tanpa memberitahunya -mereka seolah tak pernah menganggap kehadirannya adahal hal yang membuatnya kecewa.
Flashback,
Taehyung mengernyit saat pintu didepannya tak dapat terbuka padahal ia yakin ia telah memasukan sandi yang benar. "Kenapa ini?"
Berkali-kali usaha dilakukan tapi pintu didepannya tetap tak terbuka. Taehyung tak tahu apa yang salah sebelum sebuah pemikiran terlintas dibenaknya begitu saja membuatnya menghembuskan napas kecewa dengan nada lirih yang keluar dari mulutnya.
"Apa mereka mengubahnya?"
Taehyung tak tahu member lain akan melakukan semua itu dan itu sangat mengecewakannya. Apa mereka sangat tidak menyukainya? Apa mereka sungguh membencinya? Bahkan mereka mengganti sandi pintu tanpa memberitahunya.
Lalu, tindakan yang selanjutnya Taehyung lakukan adalah memencet bel, berharap member lain bersedia membukakan pintu untuknya karena ia sudah tak tahan dengan hawa dingin yang diantarkan salju pada tubuhnya.
Tapi, selang beberapa menit dan berkali-kali ia melakukannya masih tetap tak ada jawaban ataupun tanda-tanda pintu didepannya akan terbuka. Membuat Taehyung kembali menghela napas dengan pandangan menoleh kesekitar. Ia merutuk pada dirinya sendiri saat mendapati keadaan sekelilingnya yang terlihat begitu sepi. "Ah Kim pabbo... mereka semua pasti di rumah sakit."
Flashback end.
Hari itu, Taehyung menyerah untuk bertahan didepan dorm, menunggu salah satu member ataupun sang manager datang dan bersedia membukakan pintu untuknya karena tubuhnya yang telah meronta. Tubuhnya terus gemetar dan menggigil kedinginan. Taehyung tak bisa lagi bertahan dan menunggu mereka yang bahkan entah kapan akan datang.
Pada akhirnya, Taehyung kembali berakhir ditempat orang yang seharusnya masih menjadi orang asing. Pertemuan mereka di taman adalah pertemuan kali keduanya dengan Dokter Seo setelah insiden kecelakaan tapi, ia telah banyak menerima bantuan dari pria paruh baya itu.
Taehyung menghembuskan napas panjang mengakhiri lamunannya. Ia memejamkan matanya sejenak berusaha menikmati hawa dingin yang merambat kesetiap jengkal dikulitnya sebelum kembali memandang bangunan didepannya dan memutuskan untuk melangkah maju.
-
Bugh!
Kepalan tangan yang menyentuh permukaan kulitnya dengan keras itu berhasil membuat Taehyung terhuyung dan membuat beberapa pakaian yang telah pemuda itu rapihkan kedalam ransel kembali berantakan -berserakan dilantai. Karena ransel yang ia pegang melayang jatuh setelah ia mendapat pukulan menyakitkan itu tepat dipipinya.
Taehyung tak mengaduh ataupun meringis sakit meski pukulan itu memang menyakitkan. Ia hanya menatap sang pelaku dengan tatapan tak mengertinya. Ia tak mengerti kenapa pemuda itu tiba-tiba datang dan memberinya pukulan. Kali ini, apalagi kesalahannya? Padahal sudah dua hari mereka tak bertemu. Apa Taehyung membuat kesalahan pada pemuda itu bahkan disaat keduanya tak dapat saling menatap wajah masing-masing.
"Jimin-ah..."
...
"Saya mungkin akan sulit untuk bertahan..."
"Pendarahan dikepala dan saya harus melakukan operasi jika ingin tetap hidup. Itu yang mereka katakan."
"Tapi saya juga tidak bodoh, saya mencaritahu kemungkinan apa yang akan terjadi jika saya melakukan operasi itu... kemungkin baiknya saya selamat dan kemungkinan buruknya..."
Semua ucapan-ucapan Taehyung kembali berputar dikepala Presdir Bang membuat pria itu pening. Ia tak bisa memikirkan apapun lagi. Ia tak tahu apa yang sebaiknya ia lakukan dan keputusan apa yang seharusnya ia ambil.
SURAT PEMBATALAN KONTRAK
Tulisan bercetak tebal yang terdapat dibagian paling atas surat yang kini digenggamnya kembali menjadi pusat perhatiannya. Ia menatap lekat tulisan itu cukup lama dan menghembuskan napas panjang karenanya. Sebelum ia memutuskan untuk kembali memasukan surat itu kewadahnya semula. Sebuah amplop cokelat yang dibawa Taehyung.
"Setidaknya, izinkan saya bersama mereka untuk comeback kali ini. Untuk yang terakhir..."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
PLEASE
FanfictionAku hanya bisa menyembunyikan lukaku bukan, menyembuhkannya. - Taehyung (Complete)