Chapter 5A

10.4K 1K 190
                                    

Suara penonton yang ikut terlibat dalam nyanyian bersama mereka yang tampil diatas panggung terdengar menggema kesetiap sudut arena.

Dalam kegelapan yang ditaburi ribuan lightstic menyala terang membuat pemandangan sangat indah dimata.

Taehyung tersenyum. Senyumnya seolah tak ingin pudar menyaksikan semua hal indah berada didepan matanya.

Hanya beberapa menit, bahkan belum sempat ia bersuara untuk turut menyatakan rasa cinta dan bahagianya, perlahan semua berubah. Satu persatu cahaya itu padam, merambat dari ujung kiri ke ujung kanan hingga hanya menyisakan kegelapan yang sangat mengerikan.

Taehyung menggeleng. Tak mengetahui apa yang terjadi dan sangat tak menyukainya. Ia tak suka gelap.

Dengungan menyakitkan mulai terasa perlahan-lahan hingga kemudian menelan suara nyanyian hingga menghilang. Taehyung menoleh kesekitar dan gelengan itu kembali dilakukan -lebih kuat. Kesunyian yang mencekam dan mengundang perasaan takut itu datang tanpa diundang terasa disekelilingnya. Taehyung menolak semua rasa tak menyenangkan itu.

Hanya dalam kurun waktu satu menit semua orang telah menghilang. Mereka lenyap dalam pandangan hanya dalam satu kedipan.

Gelap, sunyi dan sepi, tanpa batas dan ruang, terlalu luas untuk mencapai jarak pandang. Semua terasa hampa dengan hanya warna hitam yang mengelilinginya, hanya berteman dengan rasa sesak didada yang semakin menjadi, tanpa setitik cahaya setetes air bening itu jatuh begitu saja dari mata indahnya.

Deg.

Seolah sesuatu telah menyentaknya telak, Taehyung terjaga dengan kedua mata membulat lebar disertai keringat dingin yang menurun dari pelipis.

Pemuda itu mengatur napasnya yang terasa sesak untuk beberapa saat sebelum memilih menyandar pada headboard ranjang, menghembuskan napas panjang dan diteruskan memejamkan matanya kembali hanya untuk beberapa saat berusaha menenangkan diri.

Mimpi yang terasa begitu nyata ditambah rasa sesak didadanya yang enggan mereda, Taehyung berharap mimpi itu memang hanya sebuah bunga tidur semata. Mimpi itu terlalu menakutkan untuk terjadi dalam dunia nyata.

Lightstic padam, semuanya hanya tentang kegelapan. Nyanyian yang redup dan keadaan berubah mencekam. Tanpa tersisa satu pun member lain disampingnya, para ARMY turut meninggalkannya. Mereka semua pergi dengan hanya menyisakan ia yang pada akhirnya menangis seorang diri.

"Kau sudah sadar?"

Suara Jin dari ambang pintu kamar menyadarkannya. Taehyung mendongak mempertemukan tatapan mereka berakhir dengan mendapatkan seulas senyum yang Jin tawarkan. Taehyung hanya diam tanpa ekspresi, bergeming tanpa mengeluarkan sepatahkata pun.

"Aku membuat bubur, makanlah! Lalu minum obatmu."

Setelah meletakan nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air yang dibawanya diatas meja, Jin kembali menatap Taehyung. Memperhatikan pemuda itu secara menyeluruh.

Taehyung memalingkan wajahnya, risih mendapatkan tatapan seperti itu. "Gomawo."

Meski lirih tapi Jin dapat mendengarnya. Pemuda itu tersenyum dan nyaris mengusak rambut Taehyung sebelum ia urung melakukannya.

Jin tersenyum canggung mendapati Taehyung menatapnya, tangannya masih menggantung diudara. "A-ha, aku hampir melupakan lukamu. Mian."

Taehyung menghela napas ditambah satu kali anggukan ia berikan sebagai balasan. Ia tak mempermasalahkannya. Ia bahkan juga melupakan lukanya.

Jin hanya dapat menggaruk kepalanya yang tak gatal mendapati Taehyung yang terlihat melamun begitu saja. Tapi belum sempat ia bersuara untuk menegur pemuda itu, suara Suga telah lebih dulu terdengar diambang pintu.

"Dia sudah bangun hyung?"

Jin menoleh dan memberikan anggukan sebagai jawaban.

Taehyung ikut melirik kearah pintu. Suara Suga menyadarkannya.

Melihat Taehyung yang telah duduk menyandar diranjangnya, Suga memilih untuk masuk. "Kau pingsan lama sekali bocah,"

Taehyung tak yakin harus berekpresi seperti apa dan merasa bagaimana. Pemuda itu tetap bungkam dengan wajah datar.

"Dia baru sadar Suga-ya," Jin memperingati. Ia tak ingin Suga kembali melontarkan koleksi kalimat pedasnya yang dapat menyakiti hati Taehyung secara tanpa sengaja.

Suga hanya mengangguk acuh sebelum menempatkan tubuhnya pada kasur Jimin. "Kau baik-baik saja?"

Taehyung menghela, menatap Suga dengan tatapan sayu yang membuat pemuda itu terhenyak. Terutama saat jawaban keluar dari mulutnya.

"Tidak."

Jin terpaku. Tubuhnya gagal merespon dan hanya dapat berdiri diam ditempat.

Jawaban Taehyung terlampau singkat tapi Jin tahu itu merupakan sebuah kejujuran langka yang baru saja pemuda itu sampaikan. Bukan sebuah kebohongan yang dapat ia abaikan.

"Aku tidak pernah baik-baik saja."

Kata-kata itu keluar dari mulut Taehyung tanpa sebuah kontak mata yang dilakukan.

Pemuda itu memilih menunduk, meremat pelan ujung selimut yang masih menutup sebagian tubuhnya.

Ruangan itu seketika sunyi dengan atmosfer menyesakan yang tiba-tiba mengelilingi sekitar. Hanya detik jarum yang yang terdengar seiring waktu yang terus berjalan.

Sepuluh detik, keadaan masih sama sebelum akhirnya Jin kembali buka suara setelah sempat ragu untuk mengutarakannya.

"Apa kami... membuatmu menderita?"

Suga lantas menatap Jin dengan sorot tajam miliknya. Tak percaya dengan tanya yang baru saja keluar dari mulut pemuda itu.

Jin menghiraukan. Lebih memilih menatap Taehyung menunggu jawaban itu ia dengar.

Tapi, Taehyung bungkam.

"Jawablah!"

Meski tanpa nada paksaan tapi, Jin sangat berharap Taehyung dapat segera menjawab pertanyaannya.

Hembusan napas itu keluar karena Taehyung masih tetap bungkam.

"Taehyung-ah..."

Dalam diam, Suga hanya mengamati. Berusaha merekam semua yang ia lihat didalam memori otaknya.

"Anio. Maaf jika membuatmu berpikir begitu."

Jin menatap tak percaya sekaligus penuh tanya. "Gotjimal. Katakan saja jika memang iya!"

"Aku tidak..." Taehyung mendesah melihat tatapan yang Jin lemparkan padanya tak berubah.

"-bukankah kalian yang menderita karena menampung orang sepertiku dalam grup?"

...




Ini baru setengah jadi, awalnya ga mau up hari ini tpi kalo ga sekarang bakalan lebih lama lagi karna ga tau punya kesempatan nulis kapan lagi.

Nulis jg ngebut dan ga tau feel ada atau ngga. Jalan cerita jg jalan ngedadak nyamain yg ada dipikiran aja. Maaf ya kalo kecewa.. bagian chap 5b diusahakn segera.

Terima kasih.

PLEASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang